Apa yang Ada dan Telah Terjadi di Laut Lepas (Perairan Internasional)?
Harta karun Laut Lepas (perairan internasional) mencakup 50% dari planet ini. Harta karun laut lepas siap untuk diperebutkan dan tidak dipertahankan.
Menurut High Seas Alliance (sebuah aliansi dari lembaga-lembaga non-pemerintah dan persatuan internasional untuk konservasi alam) menerangkan bahwa laut lepas adalah bagian dari milik bersama secara global dan diatur secara kolektif oleh semua bangsa/negara. Dulunya dianggap tandus dan tidak ada kehidupan, namunn sekarang diketahui bahwa laut lepas adalah salah satu reservoir keanekaragaman hayati terbesar di Bumi.
Banyak spesies laut, seperti paus, tuna, dan hiu, menghabiskan sebagian besar hidup mereka di laut lepas, bermigrasi di sepanjang jalur migrasi dan melintasi cekungan Samudera mulai dari mencari makan hingga tempat bertelur dan berkembang biak, kemudian kembali lagi.
Spesies lain menghabiskan seluruh hidup mereka di laut lepas, hidup dan berkembang biak di sepanjang pegunungan besar yang terendam yang membentang di samudra.
Penemuan yang dilakukan di ladang karang laut dalam kuno dan di gunung bawah laut yang penuh dengan kehidupan menghasilkan obat-obatan yang berpotensi menyelamatkan jiwa dan meningkatkan pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati dunia. Namun lebih banyak orang yang berkelana ke luar angkasa daripada ke kedalaman terdalam samudra kita dan kita tahu lebih banyak tentang permukaan bulan daripada tentang dasar laut dalam di laut lepas.
Pada titik terdalamnya, samudra memiliki kedalaman hampir 11 km (lebih dari 2 km lebih dalam dari ketinggian Gunung Everest), namun laut dalam tampaknya merupakan dunia yang sangat berbeda. Sejauh ini hanya 0,0001% dari dasar laut dalam yang telah dipelajari dan diperkirakan jutaan spesies yang hidup di sana belum ditemukan, serta obat potensial untuk penyakit fatal.
Laut lepas memberikan jasa ekosistem penting bagi planet kita, mulai dari perikanan hingga pengaturan iklim. Sebagai contoh, perkiraan nilai ekonomi penyimpanan karbon oleh laut lepas saat ini berkisar antara US$74 miliar hingga US$222 miliar per tahun, sementara perikanan laut lepas menghasilkan tangkapan kotor hingga US$16 miliar per tahun.
Saat ini, tidak ada mekanisme hukum yang dapat digunakan untuk membangun kawasan laut yang dilindungi sepenuhnya di sebagian besar laut lepas, tidak ada mekanisme untuk melakukan penilaian dampak lingkungan dan tidak ada kesepakatan untuk akses dan pembagian keuntungan sumber daya genetik laut di wilayah di luar yurisdiksi nasional.
Meningkatnya dampak dari aktivitas manusia, terus berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati di laut lepas. Misalnya, stok ikan bermasalah karena stok yang menipis semakin dekat ke pantai yang berarti perahu akan pergi semakin jauh untuk mencari ikan.
Praktik penangkapan ikan yang merusak, seperti pukat dasar, dan penangkapan ikan ilegal mengancam kehidupan laut di laut lepas. Dan aktivitas baru dan tidak diatur yang muncul menambah lapisan kekhawatiran lainnya. Sehingga beberapa kehidupan laut bahkan bisa menghilang sebelum ditemukan.
Pertemuan PBB “Konferensi Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati Laut di Luar Wilayah Yurisdiksi Nasional”
Proses yang saat ini tengah berlangsung kembali untuk merundingkan perjanjian laut dunia (Global Ocean Treaty) yang baru harus mengarah pada kesepakatan yang kuat dan tepat untuk menjaga kehidupan lautan dari bahaya abad ke-21, dan untuk kepentingan semua.
Para pakar mengatakan dibutuhkan suatu perjanjian laut dunia untuk benar-benar menegakkan janji Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB baru-baru ini, guna melindungi 30 persen laut di planet ini, serta daratannya, bagi pelestarian.
Anggota-anggota PBB kembali melangsungkan pertemuan di New York mulai Senin (20/2/2023) untuk melanjutkan upaya merancang perjanjian yang telah lama ditunggu-tunggu untuk melindungi keanekaragaman hayati laut dunia.
Pertemuan yang secara resmi disebut sebagai “Intergovernmental Conference on Marine Biodiversity of Areas Beyond National Jurisdiction” atau “Konferensi Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati Laut di Luar Wilayah Yurisdiksi Nasional” itu merupakan upaya melanjutkan perundingan yang ditangguhkan pada musim gugur lalu tanpa kesepakatan tentang perjanjian nuklir.
Pertemuan PBB ini akan difokuskan pada beberapa pertanyaan kunci, antara lain: bagaimana sedianya menetapkan batas-batas kawasan untuk melindungi laut, dan oleh siapa?
Bagaimana seharusnya lembaga-lembaga mengukur dampak lingkungan dari kegiatan komersial seperti pelayaran dan pertambangan? Siapa yang memiliki kekuatan untuk menegakkan aturan?”***
Baca juga: Ekspedisi Terbesar Greenpeace di Laut Lepas
Sumber: Greenpeace, High Seas Alliance
Tanggapan