Pesut Mahakan: Teman Laut juga

Selain dikenal dengan sebutan Lumba-lumba Irrawaddy, pesut Mahakam juga merupakan ikon satwa Provinsi Kalimantan Timur. Berbeda dengan pesut Australia yang dikenal memiliki tiga warna kulit, pesebaran pesut Mahakam sekitar Asia Tenggara dan Benggali. 

Pesut Mahakam dapat hidup di berbagai habitat, seperti; muara yang mengalir seperti delta sungai, aliran bakau dan sekitar wilayah pantai terutama daerah teluk-teluk untuk mencari makan, kawin dan istirahat.¹ Jadi tidak salah jika pesut Mahakam berkaitan erat dengan laut. Musim kawin pesut Mahakam antara Desember sampai Juni.

Selain itu periode kehamilan pesut betina adalah antara 9-14 bulan dengan jumlah yang dilahirkan hanya satu ekor dalam setiap periode sedangkan periodenya hanya berlangsung tiga tahun sekali. Kini keluarga lumba-lumba tersebut digolongkan ke dalam Appendix I lists species that are the most endangered among CITES-listed animals and plants sebagai satwa yang terancam punah dan dilindungi.

Fisiologi dan Perilaku

Fisiologis dari pesut Mahakam; Bentuk kepala bulat, mata kecil, kulit berwarna abu-abu dengan gradasi abu muda sampai tua tanpa motif khusus, memiliki panjang berkisar 1,5 sampai 2,8 meter dengan berat badan hingga 133 kilogram, Sirip punggungnya kecil dan tidak bermoncong layaknya spesies lumba-lumba lainnya. Pesut Mahakam dapat berumur hingga 30 tahun. Layaknya lumba-lumba, pesut Mahakam hidup berkelompok beranggotakan 3-6 ekor.²

Pesut Mahakam merupakan karnivora yang menangkap ikan, cumi dan udang kecil untuk dikonsumsi, walau tidak semua jenis ikan merupakan mangsanya. Pesut Mahakam berkomunikasi melalui ekolokasi dengan frekuensi 60 kHz yang tidak bisa didengar oleh manusia. Mereka menabrakkan dan mengibaskan ekornya untuk menandai wilayahnya. Sedangkan menyentuh sirip dan menyemburkan untuk menunjukkan afeksi sekaligus perilaku sosialnya.³

Pesut dan Mitos

Mamalia lumba-lumba erat kaitannya dengan mitos di Yunani. Sedangkan sebangsanya, pesut, juga erat dengan mitos dan budaya masyarakat setempat. Di Kamboja dan Laos, pesut dipercaya sebagai reinkarnasi dari leluhur. Selain itu, bangsa Khmer dan nelayan Vietnam menganggap pesut sebagai hewan suci.

Sedangkan di Kalimantan, terdapat cerita rakyat yang berhubungan dengan pesut Mahakam. Cerita tersebut mengenai dua orang anak yang menjelma menjadi pesut dikarenakan melanggar aturan tentang mengambil buah seorang Pak Tua.⁴ Selain menggambarkan keindahan alam di tepi sungai dan hutan dengan ragam buah-buahan, cerita rakyat tersebut menjelaskan pesut Mahakam sebagai fauna endemik.

Selain itu, pesut menjadi beberapa ikon daerah termasuk klub Sepak Bola (Borneo FC). Secara tidak langsung, pesut Mahakam telah menjadi jati diri masyarakat yang diturunkan antar generasi. Menurut mitologi, pesut Mahakam yang digambarkan sebagai jelmaan manusia memberi pesan agar selaras dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Teman dan Musuh Manusia

Menurut IUCN (The International Union for Conservation of Nature’s Red List)⁵ yang mengkaji satwa dan tanaman langka, pesut Mahakam berperan sebagai navigator ikan untuk nelayan sekaligus indikator kualitas sungai. Nelayan tradisional Kamboja dan Laos misalnya, menggunakan peluit akustik, ketukan kano, serta isyarat di dalam air untik berkomunikasi dengan pesut. Bahkan hampir setiap desa nelayan diyakini memiliki lumba-lumba yang “ditunjuk” untuk membantu mereka dalam usaha penangkapan ikan.⁶ Artinya, pesut telah menjalin simbiosis yang baik dengan manusia sebagai mitra. Sedangkan pesut Mahakam, selain sebagai navigator ikan, juga berperan penting bagi ekowisata.

Namun sayangnya, simbiosis tersebut tidak selalu harmonis. Degradasi habitat turut menjadikan pesut Mahakam sebagai korban bencana ekologi. Sekitar 5 ekor pesut ditemukan mati terkena jaring nelayan (rengge). Kerusakan hutan, sampah di perairan juga termasuk penyebab pesut Mahakam diambang kepunahan.

Semakin sibuknya aktivitas sungai Mahakam, mengakibatkan pesut Mahakam sering terjaring ikan nelayan. Pesut yang membutuhkan udara untuk bernapas beberapa memiliki nasib mati terjebak. Selain itu, menurunnya kualitas air sungai dan lahan yang menyebabkan erosi, dimana pesut hidup di air yang dalam. Kasus lain, pesut Mahakam juga harus menghadapi kasus keji perburuan ilegal. Adapun kasus terburuknya, pencemaran air oleh limbah sawit dan batubara.

Konservasi dan Edukasi tanpa Henti

Pesut Mahakam memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan rantai makanan sebagai predator puncak. Keberadaan pesut juga berfungsi sebagai indikator kualitas air yang sehat. Semakin sehat airnya, maka semakin panjang umur pesut-pesut tersebut.

Konservasi sungai diperlukan dalam hal ini. Kamboja terbukti berhasil menaikkan jumlah pesut melalui program konservasi pemerintah. Adanya penegakkan hukum dan patroli nelayan untuk mendeteksi illegal fishing berbuah positif. Pesut di Kamboja, terdapat peningkatan jumlah bayi pesut lahir dibandingkan kematian berkat konservasi. Walau hal ini belum sesuai target namun telah menjadi jawaban positif untuk melestarikan populasi pesut.

Adapun upaya dari pemerintah pusat di Indonesia adalah terbitnya SK Nomor 660.2/3925/B12/BLH/2015 mengenai larangan penggunaan ponton batubara melewati daerah sungai demi mendukung upaya konservasi pesut Mahakam, sedangkan upaya dari pemerintah lokal adalah ditetapkannya kawasan konservasi perairan yang difokuskan untuk pengelolaan habitat Orcaella brevirostris sejak 2020 silam menurut Surat Keputusan Bupati Pemerintah Kutai Kartanegara Nomor 75 tahun 2020. Sebaliknya, perihal limbah industri, pemerintah harus tegas dalam menindak siapapun yang berkontribusi dalam pembuangan limbah industri. Pemerintah tidak seharusnya tebang pilih dalam menindaklanjuti.

Dari segi grassroot sendiri, diadakannya local wisdom legenda pesut sebagai edukasi sekaligus untuk meningkatkan awareness. Edukasi lingkungan yang mencakup menjaga perairan dari sampah sendiri dapat melalui ekowisata, pendidikan sekolah, dan pendidikan di lingkup sosial.

Tentu hal ini perlu konsistensi dari berbagai pihak seperti pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat setempat. Mereka dapat menggandeng akademisi dan ilmuwan untuk memperbaiki kualitas air sungai dalam membantu upaya konservasi, lalu tokoh masyarakat dan aktivis lingkungan melalui kampanye perlindungan satwa, atau dapat dengan menggandeng stakeholder melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) yang tentunya terarah dan terawasi.***

Sumber:

¹ https://animalium.id/2022/12/01/pesut-mahakam-berwajah-ekspresif-dan-karismatik/

² https://www.gbif.org/species/2440460

³

https://www.idntimes.com/science/discovery/amp/nur-aulia-safira/fakta-menarik-pesut-mahakam-c1c2

⁴ https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6515306/cerita-rakyat-kalimantan-timur-legenda-pesut-mahakam/amp

⁵ https://iucn-csg.org/irrawaddy-dolphins-pesut-in-indonesias-mahakam-river/

⁶ https://thinkwildlifefoundation.com/irrawaddy-dolphin-the-fishermans-friend/

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan