Apak Kabar Hutan Mangrove Muna dan Muna Barat?

Pagi itu cukup berangin dan dingin. Ku genggam segelas teh jeruk hangat dan roti bakar selai kacang di keramik biru. Begitulah menu sarapan di basecamp kami tiap hari, kebarat-baratan. Dengan sedikit tergesa-gesa mengerjakan kerjaan kantor. Dibalik bangunan bambu yang khas disini. Ku manfaatkan tampilan monitor yang multi screen. Sederhana namun mewah untuk peradaban masa kini. Tidak peduli apa kata atasanku bila dia melihatku seperti ini. Kuharap dia hanya menggeleng-gelengkan kepala dan bangga.

Potret salah satu tugasku mengambil data tutupan Karang di Lombok Barat

Sebagai Marine Protect Area Project Scientist di lembaga konservasi swasta di Provinsi Lombok Barat keseharian aku ialah mengumpulkan data lapangan dan menganalisisnya. Atau mengikuti beberapa kegiatan santai lainnya seperti beach clean up bahkan menanam mangrove juga bersama warga sekitar sini. Bisa dikatakan cukup fleksibel ya…  Dan inilah impian pekerjaanku.

Ngomong-ngomong walaupun sudah punya pekerjaan, aku masih haus mengikuti berbagai kegiatan webinar dan lomba. Semata-mata agar aku gak bosan sama kerjaanku sihh.. Soalnya aku anaknya gak bisa diam. Aku suka dengan webinar yang masih nyambung dengan bidangku yaitu lingkungan.

Khusus pagi ini Rabu (10/07/2024) aku punya webinar mangrove dari Yayasan Hutan Biru (YHB) tentang potret tata kelola mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Sulawesi Tenggara.

Screenshot zoom webinar mangrove dari Yayasan Hutan Biru (YHB) tentang potret tata kelola mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Sulawesi Tenggara

Saat melihat poster yang di upload oleh YHB di akun instagram mereka, tentu aku langsung menyimpan tanggal webinar mereka. Apalagi mereka mengadakan lomba jurnalis gratis dengan hadiah yang menarik. Aku pengen sekali mendapatkannya.  Oh iya, akhir-akhir ini aku juga pengen aktif mengikuti lomba menulis. Setelah mencoba-coba ikut lomba di Laut Sehat dan belum berhasil. Aku rasa di YHB aku ingin belajar lagi bagaimana menulis dan mencoba keberuntunganku dalam lomba kali ini. Mereka juga tidak tanggung-tanggung memberikan evaluasi tulisan peserta di hari Sabtu, 13 Juli 2024 yang langsung dilatih oleh Kanda Wahyu Chandra salah satu jurnalis di Mongabay Indonesia. Mongabay Indonesia ini adalah media lingkungan yang berbasis di Amerika Serikat. Ahh excited banget sih.

Aku berharap dimanapun aku, kapanpun itu, aku bisa mendengarkan kabar soal hutan mangrove sang pahlawan lingkungan tanpa suara, yang kadang ditebas tanpa perhitungannya. Dan ini saatnya aku belajar menuliskan kabar mereka dan menyuarakannya lewat media ke penjuru dunia. Agar semua dapat mengenalnya lebih dekat.

Khususnya di tanah air kita Indonesia setidaknya terdapat 22 – 23% dari 15 juta hektar persebaran mangrove secara global, begitulah awal webinar itu dimulai oleh Kanda Rio Ahmad. Kanda Rio mendapatkan gelar sarjanya di Universitas Hasanuddin dengan jurusan biologi. Dia dipercayakan memimpin YHB sejak tahun 2018. Tentu angka yang dia sampaikan bukan main-main untuk menopang kehidupan manusia itu sendiri. Betapa beruntungnya kita semuanya disediakan oleh alam.

Secara biologi mangrove yang juga pohon melakukan fotosintesis sehingga dapat menghasilkan oksigen untuk dihirup manusia. Mangrove juga dapat memecahkan ombak. Ada juga manfaat lainnya yang jarang dilihat oleh manusia dan sudah banyak dibahas ialah sebagai stok karbon.

Ada apa dengan Karbon ? Karbon itu bentuk kimia yang mana dapat disimpan dalam bentuk padat, cair atau gas. Karbon diudara berbentuk gas yang dikenal dengan karbon dioksida yang dibutuhkan tumbuhan berfotosintesis. Sedangkan karbon di dalam tanah dapat berbentuk hasil interaksi mikroba dengan  tanah. Karbon dapat berbahaya bila berlebihan seperti, banyaknya karbon dioksida dapat merusak ozon hingga dapat menyebabkan perubahan iklim. Jadi, stok karbon adalah kemampuan tumbuhan menyimpan karbon agar tidak terlepas ke alam.

Selain itu mangrove memiliki nilai ekonomi, contohnya saja khusus di Muna dan Muna Barat kak Anastalia Adelady menceritakan bahwa tongke (Brugueira gymnorrhiza) sebutan untuk mangrove di Muna yang biasa digunakan sebagai obat-obatan, minuman herbal dan kosmetik. Kak Anastalia dia perempuan hebat yang mengkoordinir program YHB di Muna dan Muna Barat. Anastalia juga menyebutkan potensi mangrove di Muna sendiri ada 2.840, 75 hektar dan Muna Barat 1.269,40 hektar. Dan bersamaan dengan itu diceritakan juga tutupan mangrove di tahun 2002 ke 2022 turun sebanyak 32% akibat pemanfaatan yang berlebihan terhadap mangrove. Khusus disana mangrove dibabat untuk pembukaan tambak, pembangunan rumah, pembangunan pasar, dan pembukaan lapangan futsal. Yang mana dari aktifitas tersebut tidak menghasilkan penghasilan yang berkelanjutan. Sayang sekali bukan, padahal kita hidup bukan untuk hari ini saja.

Sampai saat ini YHB bersama seluruh pihak berusaha melakukan programnya dalam perbaikan dan pengembangan mangrove di 8 provinsi di Indonesia, salah satunya di Sulawesi Tenggara. Dalam upayanya di Muna dan Muna Barat, YHB tentu menggandeng Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan penyamaan persepsi bersama stakeholder setempat untuk menemukan upaya apa yang cocok dengan masyarakat setempat. Mereka mencoba mengulik tipe hutan mangrove disana seperti apa dan potensi pola mata pencarian masyarakat setempat seperti apa.

Setelah ditemukan akhirnya mereka membuat beberapa program yaitu melakukan rehabilitasi di wilayah potensial, mengembangkan pencarian alternatif seperti pembuatan produk nugget ikan, abon ikan, sambal ikan, pembuatan kerajinan dari batok kelapa, membuat agar-agar dari kelapa, mengandakan sekolah lapang budidaya rumput laut, sekolah lapang tambak ikan organik dan sekolah lapang pembuatan pupuk organik. Bahkan mereka melakukan kegiatan lingkungan hidup buat Tingkat SD, agar diusia dini mereka boleh mencintai lingkungan. Buat aku ini keren banget, seluruh usia dilibatkan, seluruh gender dilibatkan, dan peran keluarga dilibatkan. Gak usah muluk-muluk mengadakan program besar. Aku percaya dengan langkah kecil mereka seperti ini yang rutin dilakukan, pasti bakal membuat perubahan berarti.

Tentu tidak jarang dalam upaya ini terdapat juga kendala. Namanya juga hidup ya pasti ada aja kendala, tapi itu semua pasti membentuk kita kearah yang lebih baik. Contohnya seperti saat ingin melakukan rehabilitasi di lahan yang tidak bisa beroperasi lagi seperti bekas tambak namun, masih potensial dilakukan rehabilitasi. Tentu lahan tersebut sulit dilepaskan oleh pemiliknya. Hal ini dapat dimengerti, mengingat modal pembuatannya yang tidak sedikit. Sehingga dibutuhkan waktu hingga pemilik mau mengiklaskannya sebagai lokasi rehabilitas. Tapi kabar gembiranya sejauh ini sudah ada sekitar 50an hektar yang direhabilitasi oleh YHB 2 tahun terakhir kata Kak Anastalia.

Hal yang menarik lainnya dalam upaya ini juga mengembalikan budaya lama masyarakat dalam berbudidaya rumput laut. Konon kegiatan ini diberhentikan semenjak habitat laut tercemar oleh limbah perusahaan sehingga tidak dapat mendukung tumbuh kembang budidaya rumput laut. Namun, setelah kondisi sudah kembali normal dengan bantuan YHB masyarakat didorong kembali untuk berbudidaya rumput laut. Hal ini semata-mata agar semakin banyak mata pencarian alternatif bagi masyarakat.

Screenshot live youtube webinar mangrove dari Yayasan Hutan Biru (YHB) tentang potret tata kelola mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Sulawesi Tenggara

Sepanjang YHB menjalakan program ini mereka disambut baik oleh masyarakat. Mereka sangat senang bekerja bersama-sama karena menurut mereka mendengar teori saja itu tidak cukup. Mereka merasa sangat senang apabila diedukasi dan ikut berpartisipasi langsung mengelola mangrove. Sultra Yulardi sebagai Ketua KKMD pun berharap seluruh program kerja samanya dapat berjalan dengan baik dan dapat berhasil sehingga dapat memberikan contoh terhadap daerah lainnya tentang bagaimana melakukan pengelolaan mangrove yang tepat dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta hingga masyarakat biasa. Dan tentu mereka terus terbuka untuk semua pihak bekerja sama. Kita doakan bersama ya semua niat baik ini, pembela lautan ! Amin.***

Artikel Terkait

Tanggapan