Teripang: Komoditas Laut yang Terancam dan Pentingnya Upaya Konservasi
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang ke 2 di dunia setelah Kanada, memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu kekayaan laut tersebut adalah timun laut, yang dikenal juga dengan nama teripang.
Istilah teripang lebih dikenal di banding timun laut, hal ini di karenakan berdasarkan ilmu taksonomi teripang adalah jenis timun laut yang dipanen dan dimanfaatkan oleh manusia. Di berbagai negara, teripang dikenal dengan berbagai istilah berbeda yang digunakan di pasar internasional seperti di Cina dikenal dengan nama Haisom, Jepang dengan sebutan Iriko, dan Perancis dengan sebutan Bêche-de-mer .
Teripang merupakan hewan laut yang sering diburu karena nilai ekonomisnya yang tinggi, baik untuk pasar lokal maupun internasional. Teripang sering dikonsumsi dan dihargai karena nilai gizinya yang tinggi serta sering digunakan dalam masakan tradisional dan dianggap sebagai makanan lezat di beberapa negara Asia. Di sisi lain, perburuan yang berlebihan dapat mengancam ekosistem laut dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut.
Perairan indonesia dilaporkan terdapat 400 jenis timun laut yang 56 jenis di antaranya di manfaatkan untuk di perdagangkan dengan tujuan ekspor. Salah satu wilayah yang hingga saat ini masih melakukan perburuan teripang adalah Pulau Barrang Lompo.
Pulau Barrang Lompo secara administratif berada di wilayah Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, akses ke pulau ini dapat menggunakan kapal penumpang yang ada di Dermaga Kayu Bengkoa di Makassar dengan perjalanannya memakan waktu hingga 30 menit-1 jam.
Teripang memiliki klasifikasi harga yang berbeda berkisar antara 10.000 – 500.000 per kilogram kering. Produksi teripang di Pulau Barrang Lompo tergantung pada jenis nelayan yakni nelayan harian dan bulanan. Secara umum alur perdagangan teripang di Barrang Lompo bermula dari nelayan ke pengepul kemudian pengepul akan bawa ke perusahaan eksportir di makassar atau beberapa nelayan langsung membawa hasil ke perusahaan.
Pentingnya Teripang dalam Ekosistem Laut
Teripang memainkan peran penting dalam ekosistem laut. Mereka bertindak sebagai deposit feeder, membersihkan dasar laut dengan memakan detritus dan bahan organik mati lainnya yang di mana sedimen hasil pembuangan teripang ini sangat bermanfaat bagi komunitas hewan dan tumbuhan .
Proses ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah penumpukan bahan organik yang dapat merusak terumbu karang dan habitat laut lainnya.
Selain itu, teripang juga berkontribusi dalam siklus nutrisi di laut. Mereka membantu dalam dekomposisi bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke dalam ekosistem, yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh organisme laut lainnya.
Kehadiran teripang juga membantu menjaga kualitas air laut dengan mengurangi kandungan bahan organik yang dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu peningkatan pertumbuhan alga yang dapat merusak ekosistem laut.
Ancaman Terhadap Teripang
Permintaan yang tinggi untuk teripang, terutama di pasar internasional, telah menyebabkan penangkapan yang berlebihan. Banyak komunitas pesisir di Indonesia yang mengandalkan penangkapan teripang sebagai sumber penghasilan utama. Namun, tanpa pengelolaan yang berkelanjutan, praktik ini dapat menyebabkan penurunan populasi teripang yang signifikan.
Penurunan populasi teripang tidak hanya mengancam kelestarian spesies ini, tetapi juga dapat berdampak negatif pada ekosistem laut secara keseluruhan. Berdasarkan IUCN Redlist, terdapat 3 spesies teripang di indonesia yang masuk dalam kategori (Endangered) atau terancam, yaitu Holothuria scabra, Holothuria lessoni, dan Thelenota ananas.
Spesies-spesies ini menghadapi ancaman kepunahan akibat penangkapan berlebihan, degradasi habitat, dan perubahan iklim yang mempengaruhi ekosistem laut mereka. Teripang-teripang ini memiliki peran penting dalam ekosistem laut, seperti membantu dalam daur ulang nutrisi dan menjaga kesehatan dasar laut.
Selain itu, terdapat 3 spesies teripang yang masuk dalam CITES Appendix II, yaitu Holothuria fuscogilva, Holothuria nobilis, dan Holothuria whitmaei. Spesies yang terdaftar dalam CITES Appendix II tidak dianggap terancam punah saat ini, tetapi bisa menjadi terancam jika perdagangan mereka tidak diatur dengan ketat.
Perdagangan internasional spesies ini diatur untuk memastikan bahwa eksploitasi tidak membahayakan kelangsungan hidup mereka di alam liar. Upaya ini penting untuk mencegah penurunan populasi yang drastis dan menjaga keseimbangan ekosistem laut
Kehilangan teripang berarti hilangnya jasa ekosistem yang mereka berikan, seperti pembersihan dasar laut dan siklus nutrisi. Ini dapat menyebabkan degradasi habitat dan menurunkan produktivitas laut, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat pesisir. Selain itu, penangkapan teripang yang tidak terkontrol dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang lebih luas.
Teripang yang berkurang drastis dapat memicu perubahan dalam rantai makanan laut, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi spesies lain yang bergantung pada teripang secara langsung maupun tidak langsung.
Upaya Konservasi dan Pengelolaan Berkelanjutan
Untuk melindungi teripang dan memastikan keberlanjutan ekosistem laut, diperlukan upaya konservasi yang efektif. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Penerapan Zona Perlindungan Laut: Menetapkan kawasan konservasi laut di mana penangkapan teripang dilarang atau dibatasi. Ini akan memungkinkan populasi teripang untuk pulih dan menjaga keseimbangan ekosistem. Contoh sukses dari inisiatif ini dapat dilihat di beberapa kawasan konservasi di Indonesia, seperti di beberapa desa di laporkan menerapkan sistem pelestarian (Sasi) , di mana pelarangan penangkapan teripang telah membantu meningkatkan populasi mereka secara signifikan.
- Pendidikan dan Penyadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir tentang pentingnya teripang bagi ekosistem laut dan dampak negatif dari penangkapan yang berlebihan. Program pendidikan dapat membantu masyarakat memahami manfaat jangka panjang dari pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Misalnya, program edukasi yang melibatkan sekolah-sekolah dan komunitas lokal dapat menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya konservasi teripang.
- Penelitian dan Pemantauan: Melakukan penelitian untuk memantau populasi teripang dan kondisi ekosistem laut. Data ini penting untuk merumuskan kebijakan pengelolaan yang berbasis ilmiah dan memastikan keberhasilan upaya konservasi. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah dapat menghasilkan penelitian yang komprehensif dan solusi yang efektif.
- Budidaya : Melakukan kegiatan budidaya teripang dapat menjadi solusi yang berkelanjutan untuk mengurangi pengambilan teripang dari alam tanpa mempertimbangkan ukuran yang layak. Salah satu contoh budidaya adalah dengan membuat keramba jaring tancap. Keramba ini menjadi solusi untuk menyadarkan masyarakat agar menyimpan teripang yang ditangkap di alam dengan ukuran kecil hingga mencapai ukuran yang layak untuk dipanen.
Salah satu jenis karamba jaring tancap teripang. (Dokumentasi pribadi, 2024)
Baca juga: Pemulihan Mangrove dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir: Dua Sisi Mata Uang yang Saling Menguatkan
Sumber:
Setyastuti, Ana, Ismiliana Wirawati, Sandi Permadi, and Indra Bayu Vimono. 2019. Teripang Indonesia: Jenis, Sebaran Dan Status Nilai Ekonomi [Indonesian Sea Cucumbers: Species, Distribution, and Its Economic Value]. Jakarta: PT. Media Sains Nasional.
Nurul Dhewani Mirah Sjafrie, Ismiliana Wirawati, Andi Zulfikar, Ernawati Widyastuti. 2024. Using the socio-ecological system approach to guide the management of sea cucumber fisheries at Barang Lompo Island, South Sulawesi, Indonesia. Environment, Development and Sustainability.
Tanggapan