Habiskan Makanan Bantu Cegah Kelaparan Global, Benarkah?

Berdasarkan data dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), sebanyak 828 juta orang di seluruh dunia menderita rawan pangan pada tahun 2022 sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah kasus kelaparan.

FAO menyebutkan bahwa kelaparan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca ekstrem. World Food Program (WFP) menambahkan bahwa limbah makanan menjadi faktor penyebab kelaparan.

Limbah makanan (food waste) adalah sampah yang dihasilkan pada saat proses dalam pembuatan makanan maupun setelah kegiatan makan yang berhubungan dengan perilaku penjual dan konsumennya.

Populasi bumi menghasilkan 1,3 miliar limbah makanan setiap tahunnya. Kebiasaan tidak menghabiskan makanan merupaan penyebab utama food waste.

Makanan laut (Seafood)

Masyarakat Indonesia juga berperan dalam menghasilkan limbah makanan dalam jumlah yang banyak.

Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa limbah makanan dan restoran dapat mencapai 2 liter per orang per hari. Saat masa tertentu seperti bulan puasa Ramadhan, penghasilan limbah jauh meningkat.

Kandungan organik yang tinggi pada food waste membutuhkan manajemen yang cepat. Ketika memasuki tempat pembuangan, sampah akan memberikan dampak rumah kaca melalui peningkatan gas metana dari reaksi anaerobik limbah.

Akumulasi sampah makanan tersebut di tempat penimbunan berpotensi menyebabkan pemanasan global.

Hadirnya perubahan iklim menyebabkan penurunan produksi pertanian dan pasokan makanan, sementara permintaan terus meningkat seiring dengan lonjakan populasi maka harga pangan ikut meningkat.

Meningkatnya harga pangan dengan daya beli rendah membawa kelaparan secara global.

Sampah makanan

Penanganan sampah dengan cara membakar dan menimbun di dalam tanah dapat meimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Pasal 12 Undang-undang Nomor 18 Ttahun 2007 menyebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan.

Food waste tergolong dalam kategori sampah rumah tangga tersebut. Pengelolaan sampah sementara ini dipandang hanya sebagai tanggung jawab pemerintah semata.

Kenyataannya saat ini sudah ada sistem yang efisien dan lebih baik dengan konsep zero waste yang menerapkan daur ulang untuk mengurangi volume sampah.

Salah satu penerapannya adalah menghabiskan makanan sebelum sampai tenggat waktunya.***

Baca juga: Konsep Pendakian Netral Karbon

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan