Kendalikan Sampah, Selamatkan Kehidupan Laut!

Indonesia merupakan negara yang kaya, letaknya yang tepat berada digaris katulistiwa menyebabkan indonesia memiliki hutan tropis yang lebat juga hamparan lautan yang luas, bahkan indonesia terletak dinatara dua samudra sekaligus.

Perairan indonesia yang memiliki luas 6.400.000 km2 dengan kedalaman rata-rata 200 m dengan arus yang besar, menyebabkan laut indonesia banyak diminati dan memikat hati. Terumbu karang yang indah, beragam dan terbesar di Asia Tenggara . Luasnya mencapai 39.500 km2 mencakup 16 persen habitat karang dunia.

Hamparan pasir putih yang luas, kekayaan laut yang melimpah, keindahaan bawa laut yang mempesona membuat Indonesia lebih dikenal baik lokal maupun manca negara. Biota laut yang beragam dengan berjuta-juta spesies yang memperkaya laut Indonesia.

Credit: Greenpeace

Laut memiliki peran yang sangat penting dalam produksi primer elemen rantai makanan dasar yaitu plankton dan organisme terkait yang tanpa kita sadari keberadaannya sangat membantu manusia untuk menyuplai kebutuhan oksigen didarat yang sama pentingnya dengan tumbuhan. Oksigen menjadi sumber kehidupan paling penting manusia, namun justru jarang disadari fungsi dan keberadaannya.

Selain itu laut memiliki sejuta manfaat lain yang sangat penting untuk kehidupan manusia baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Namun pada kenyataannya, meskipun berperan penting bagi manusia, laut menghadapi tekanan kian besar yang disebabkan oleh perilaku manusia sendiri.

Menurut buku The States of the Sea ancaman-ancaman itu antara lain penangkapan ikan yang merusak, penangkapan ikan berlebihan, polusi laut, pembangunan pesisir, dan perubahan iklim. Padahal, tanpa lautan yang sehat termasuk di Indonesia, manusia tidak akan bisa hidup.

Sangat disayangkan sekali, keberadaannya kian luput dari perhatian manusia, laut yang seharusnya harus dijaga dan rawat, sekarang tak beda dengan tempat sampah raksaksa yang dibiarkan menjamur dan berbau. Sampah yang seharusnya diolah didaratan, saat ini malah memenuhi lautan yang seharusnya menjadi ekosistem yang sangat dibutuhkan oleh biota laut.

Credit: Greenpeace

Manusia tak lagi malu membuang sampah ke laut, sampah dibuang begitu saja tanpa pernah berpikir panjang, dan menganggap membuang sampah dilaut adalah hal yang sepele dan lumrah. Laut mengalami krisis akibat sampah yang menumpuk di laut. Namun lagi-lagi manusia menyalahkan laut tanpa peduli sebab yang sebenarnya.

Banyak sekali dampak buruk yang akan terjadi akibat kerusakan laut, bukan hanya biota laut yang terkena imbas, melainkan seluruh makhluk di bumi tak terkecuali manusia. Manusia tak bisa lagi menikmati sajian ikan yang lezat dan bergizi, melainkan ikan yang sudah terkontaminasi sampah maupun zat berbahaya yang sebelumnya mencemari laut.

Ikan yang terkontaminasi lama kelamaan akan mempengaruhi kesehatan manusia, karena ikan merupakan sumber protein hewani terbesar, terutama pada masyarakat yang sebagian besar hidup di pesisir. Hal ini bukan hal yang baru kita menemukan bahwa satwa laut terjerat sampah bahkan sampai mati karena gagal pencernaan memakan sampah .

Credit : Greenpeace

Kerusakan ekosistem laut sudah sangat banyak dan berbahaya jika diabaikan, seperti halnya kerusakan terumbu karang yang menyebabkan hilangnya tempat tinggal biota laut, hingga kematian biota laut karena sampah. Hingga saat ini sudah banyak kita temui, biota laut yang mati bahkan punah karena ‘hal sepele’ yang diciptakan manusia.

Tak sedikit paus dan hiu terdampar dan mati dengan perut penuh sampah, hal tersebut menunjukkan betapa sesaknya lautan dengan sampah hasil karya manusia. Manusia beranggapan “Buang ke laut aja, toh cuma SATU botol plastik” dan bayangkan jika yang beranggapan demikian adalah seluruh penduduk Indonesia, maka bagaimana sakitnya laut saat ini?

Hal naas tersebut tidak akan terjadi jika kita mengolah sampah kita sendiri, minimal dimulai dari diri sendiri. Kerusakan laut tidak akan berakhir tanpa adanya i’tikad yang baik dari manusia. Dimulai dari tidak membuang sampah dilaut dan didukung pula dengan regulasi yang tegas sehingga sampah tak lagi menjadi ancaman biota laut.

Sistem pengelolaan sampah yang tepat dan efisien harus dilakukan dengan berkelanjutan dan tepat. Pemerintah bertanggung jawab penuh dalam menegakkan peraturan, memperbaiki manajemen sampah dan produsen juga wajib berinovasi dalam membuat sistem kemasan yang lebih ramah lingkungan. Jadi, tidak hanya individu semuanya punya andil besar dalam perubahan .

Teknologi tepat guna juga harus dimanfaatkan untuk mengurangi cemaran sampah baik di laut maupun dilingkungan sekitar untuk menghentaskan Indonesia dari permasalahan persampahan. Dan yang terpenting adalah menumbuhkan rasa kecintaan manusia terhadap lingkungan, bagaimana manusia dapat peduli dengan sampah yang dihasilkan sehingga permasalahan persampahan dapat teratasi.

Mengubah kebiasaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan, namun bisa dilakukan dengan kemauan yang kuat dan kesungguhan, lingkungan tidak sebercanda itu untuk dirusak untuk itu penting sekali membiasakan hidup minimalis, zero waste dan lebih peduli dengan lingkungan juga laut kita.

Mari tunjukkan aksi untuk selamatkan laut biru indonesia!!

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan