Gempar! Fenomena Laut Punya Usus 12 Jari?
Heboh! kejadian historis dalam sejarah umat manusia yang unik terekam kamera, dimana terlihat di dasar laut yang terbentang ‘jaringan organ laut’ yang mirip dengan jaringan organ pencernaan milik manusia. Jaringan organ ini nyata adanya pada samudera hindia bagian selatan Jawa dan dapat dilihat dalam kedalaman 500 meter dibawah laut.
Organ tubuh laut ini sangat berfungsi sebagai sistem pengelolaan sampah dasar laut yang dapat membebaskan manusia membuang sampah ke laut atau aliran-aliran sungai.
Penemuan baru ini sangat menggemparkan dunia, bagaimana tidak?
Iyalah tulisan paragraf diatas menggemparkan, sehingga tulisan semacam itu sangat mudah untuk menggaet pasang mata Netizen yang budiman. Selamat, anda sudah terkena jebakan clickbait. Tapi serius jangan di skip lanjut bacanya karena tulisan ini beneran berkaitan sama sistem pencernaan, jangan di close biar ilmunya nggak setengah-setengah.
Oke premisnya, gimana kalo laut beneran punya usus? Ngga perlu lagi tuh yang namanya pemerintah dan masyarakat ribet-ribet ngurus dan memilah sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Sampah plastik mungkin bukan lagi momok dalam masalah ekosistem dunia.
Tapi faktanya, laut ngga punya organ pencernaan cara laut mengurai sampah bahkan butuh beribu-ribu tahun lamanya. Menurut WWF (World Wildlife Fund) sampah ‘semudah’ gelas plastik aja butuh 450 tahun buat terurai.
Nah, laut ngga punya organ pencernaan, tapi orang yang lagi baca ini punya.
Pernah denger yang namanya Microplastic?
Coba simak dulu video dari National Geographic dibawah, buat kenalan sama Mas Microplastic. Yang bikin ngeri menggelitik.
Emang apa bahayanya?
Microplastic ini ada beberapa jenis yang dipakai secara komersial dalam bentuk nurdels (pelet kecil), microbeads (manik-manik mikro), hingga serat plastik yang entah dipake buat bikin botol, sendal, pakaian, kosmetik, dan lain-lain.
Menurut Lusher & Peter (2017) Microplastic didefinisikan sebagai partikel plastik kecil berukuran 5 mm atau lebih kecil. Nah, mikron plastik dari uraian sampah inilah yang bakal nyebar di rantai makanan (misalnya ikan), yang ujung – ujungnya nangkring di sistem pencernaan manusia.
Buruknya, kalo mikroplastik ini keseringan ditelan/dimakan, ini bisa menjadi racun bagi tubuh, karena plastik-plastik yang tersebar beberapa dibuat dengan bahan kimia yang beracun misalnya klorin, bisphenol A (BPA), timbal, dioksin, dan merkuri.
Peneliti dari Johns Hopkins pernah melakukan riset terkait hal ini juga, dan berkesimpulan bahwa plastik yang terkumpul dapat merusak sistem kekebalan dan mengganggu keseimbangan usus. (Source) Seremnya juga, resiko kangker juga menanti loh.
Penelitian yang di terbitkan di jurnal kategori Food, Health, and the Environment mengatakan bahwa ikan tangkapan liar dari pasar di Makassar, Indonesia (28% dari ikan yang diolah mengandung mikroplastik). Masih mau makan ikan berplastik?
Indonesia memang punya potensi alam yang menarik banget, tapi akan lebih bagus nih kalo darat dan lautnya bebas dari mikron-mikron plastik yang membahayakan. Tanggung jawab penduduknya untuk turut menjaga dan mengatasi masalah ini.
Masalahnya nih ya, lu mampu ga boss? – kata Jessica Jane
Kalo dilihat secara makro masalah ini ribet bin rumit banget, melebihi masalahku dengan dia. Solusi secara makro yang bisa kita lihat misalnya penggunaan bio plastik (plastik dari bahan alami) yang cenderung mahal, regulasi pemerintah yang perlu dipertegas, green economy, bentuk CSR (Customer Social Responsibility) pada perusahaan penyumbang sampah plastik, dan sebagainya.
Tapi solusi yang bisa penulis kasih buat pembaca, yang ya setidaknya bisa berdampak meskipun secara mikro. Tapi kan kalo dilakuin oleh jumlah orang yang masif kan bisa jadi dampak yang besar nih;
- Kasih tau emak, bapak, adik, kakak, sanak saudara orang terdekat buat nggak buang sampah sembarangan apalagi di aliran sungai atau laut.
- Bijak dengan mulai mengurangi konsumsi plastik (maksudnya dalam pemakaian sehari-hari ya bukan dimakan)
- Tanamkan prinsip kesehatanku nomer satu
- Terakhir, sebarin tulisan ini atau tetep makan mikroplastik?
Udah, segitu dulu. Kalo ada lagi kasih tambah lah di komen, biar kedepannya tenang makan ikan kagak mikirin plastik.
Editor : Annisa Dian Ndari
Tanggapan