Apa yang Mau Kamu Berikan Untuk Laut Indonesia?

Kalau kita coba menilik peta Indonesia, hamparan warna biru sebagai potret laut memenuhi hampir dua pertiga gambar, menduduki sebagian besar wilayah yang dimiliki Indonesia. Tampak jelas Indonesia mempunyai luas lautan yang mumpuni untuk bisa menyandang gelar poros maritim dunia.

Lautan Indonesia juga telah menyediakan kekayaan yang melimpah dengan berbagai macam fauna dan flora yang beragam dan eksotis. Tentu hal membanggakan ini tidak bisa luput dari rasa terima kasih kita sebagai manusia.

Berbagai cara kita raih untuk menyalurkan rasa syukur ini, salah satunya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 yang secara khusus memuat tentang kelautan.

Tak hanya itu, lagu-lagu yang mendendangkan kecintaan pada laut dapat ditemukan dan dinyanyikan berbagai kalangan, terutama ketika 2 Juli yang didedikasikan sebagai Hari Kelautan Nasional.

Ucapan-ucapan terima kasih tersebut memang bernilai besar, tetapi untuk laut Indonesia yang bernilai tak terhingga ini, apakah ucapan terima kasih kita memang telah cukup?

Rasanya sulit untuk mengukur kecukupan itu, apalagi jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai puluhan juta jiwa tidak memungkinkan kita untuk mendata sebanyak apa bentuk terima kasih yang sudah diberikan.

Namun, ketika kita mengamati lebih jauh, kita dapat menemukan kehadiran orang-orang, baik disadari ataupun tidak, sebagai pemberi sumbangan yang dapat menyakiti kebaikan laut Indonesia.

Sumber: unsplash.com

Ketika sedang berlayar di laut dengan kapal atau perahu, coba amatilah permukaannya. Di tengah ombak yang bergelombang, jangan heran apabila menemukan satu atau dua sampah yang ikut terombang-ambing.

Dari data yang dikumpulkan oleh Tim Koordinasi Sekretariat Nasional Penangan Sampah Laut, laut Indonesia dihampiri sekitar 521.540 ton sampah pada tahun 2020.

Aktivitas-aktivitas destructive fishing seperti penangkapan ikan dengan memanfaatkan racun potas atau bom ikan turut melukai makhluk hidup di dalam laut dengan merusak habitat atau bahkan membunuh mereka.

Ada pula kegiatan yang sering dianggap sepele, seperti membuang sampah sembarangan atau kurangnya perhatian ketika berinteraksi dengan makhluk laut yang justru bisa menjadi ancaman besar bagi laut Indonesia.

Informasi-informasi di atas tak hanya mengajarkan kita mengenai kekayaan laut Indonesia, tetapi juga mengingatkan kita terhadap tanggung jawab untuk menjaganya, sebab kekayaan ini tidak mampu terus abadi apabila tergerus oleh perilaku-perilaku yang tak diinginkan.

Daripada memperkirakan apakah bentuk terima kasih kita cukup atau tidak, lebih berfokus untuk terus melanjutkan kontribusi dalam melindungi laut jauh lebih penting karena sebanyak apa kegiatan destruktif yang laut terima juga susah untuk diukur, membuat perkembangan laut Indonesia untuk ke depannya sulit diprediksi.

Mengikuti peribahasa “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit,” apa yang kita hadiahkan pada laut, sekecil apapun, akan menunjukkan hasilnya di kemudian hari. Tak bisa dipungkiri, kita ikut menggenggam masa depan laut Indonesia.

Sumber: pexels.com

Untuk menunjukkan terima kasih pada sang laut, ada banyak yang bisa kita lakukan. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil seperti berbagi informasi atau edukasi mengenai kelautan melalui sosial media, mengurangi penggunaan alat dan bahan yang berbahaya bagi makhluk hidup di laut atau hal sederhana tidak membuang sampah sembarangan ke laut saat berwisata.

Memilih perlengkapan atau kegiatan yang aman bagi ekosistem laut ketika beraktivitas disekitarnya, bahkan menjadi relawan, aktivis, atau pemerhati yang secara khusus fokus pada isu-isu yang harus dihadapi laut Indonesia. Apapun yang kita lakukan, selama memberikan pengaruh positif, akan selalu menjadi kado yang berharga bagi laut Indonesia.

Jadi, bentuk terima kasih apa yang mau kalian berikan untuk laut Indonesia?

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan