Kampung Nelayan Jayapura : Eksotik Banyak Plastik

Setelah diresmikan pada 5 Desember 2019 lalu, Kampung Nelayan yang berada di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura ini hingga kini masih menjadi satu lokasi wisata yang menarik untuk didatangi. Selain berada persis di atas air laut, disini juga jika sore bisa menyaksikan banyak perahu – perahu nelayan yang menepi dan mengingatkan tali jangkarnya ke tiang – tiang kaki beton.

Dari sini juga bisa melihat pulau – pulau kecil yang menjadi pemukiman masyarakat pesisir. Terkadang kapal putih saat melintas juga bisa disaksikan dengan jelas. Untuk sampai ke lokasi ini jika bertolak dari Kota Jayapura hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Kampung Nelayan terletak di Daerah Hamadi yang terdapat sebuah pasar ikan.

Kebanyakan warga Kota Jayapura membeli ikan di pasar yang disebut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini. Pasalnya selain ikan – ikannya masih segar, disini juga banyak pilihan seperti kepiting, udang, kerang maupun cumi.  Untuk mendapatkan harga murah, pembeli harus datang di pagi hari disaat ikan baru dinaikkan dari perahu dan bisa dibilang disitulah surganya ikan karena berbagai ukuran akan dinaikkan dari perahu. Ada yang hanya sebesar betis orang dewasa namun ada juga sebesar tubuh orang dewasa.

Jika sore hari bisa melihat banyak perahu – perahu yang menepi, sebaliknya, jika pagi hari bisa melihat terbitnya matahari dengan warna kemerah – merahan. Adanya Kampung Nelayan ini ibarat membuat jalan di atas laut sepanjang 2 Km yang menghubungkan Hamadi Gunung dan Hamadi Hanurata.

Terbukanya akses jalan di atas laut ini membuat warga pesisir jauh lebih mudah untuk mendatangi lokasi pasar maupun sekolah. Setelah resmi dioperasikan, lokasi ini juga  kerap dijadikan spot foto bagi pecinta fotografi termasuk untuk jogging, memancing hingga refreshing.

Tak jauh dari Kampung Nelayan atau tepatnya di bagian depan terdapat tugu yang menjadi saksi bisu sejarah pendaratan tentara sekutu daerah Pasifik Barat Daya di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur pada 22 April 1944 silam.

Hanya sayangnya, tugu yang dikelola oleh pemerintah provinsi terkesan kurang terawat sehingga terbiar begitu saja. Di lokasi Kampung Nelayan juga pernah digelar festival kampung nelayan dengan menghadirkan perahu – perahu yang dihiasi banyak bendera.

Hanya sayangnya di Kampung Nelayan ini kesadaran warga terkait sampah masih dibilang kurang. Banyak sampah plastik yang dibuang begitu saja baik oleh penduduk sekitar maupun pedagang ikan saat berjualan. Alhasil terkadang pinggiran Kampung Nelayan ini banyak ditemukan plastik mengapung di laut.

Beragam jenis mulai dari sampah botol, kemasan produk sehari-hari hingga stereofoam. Mirisnya lagi di lokasi pasar, para pedagangnya kerap membuang plastik es batu langsung ke lautan. Jika  tersapu ombak, plastik – plastik ini bergerak layaknya ubur – ubur dan bisa dibilang sampah – sampah ini paling sulit untuk dibersihkan karena terkadang mengapung terpisah dan cukup dalam di perairan.

Warga juga memanfaatkan lokasi untuk memancing namun lebih sering mendapatkan “ikan plastik”. Untungnya kepemimpinan Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano yang memiliki konsen dibidang lingkungan khususnya sampah tidak henti mengingatkan warga bahkan menyampaikan secara langsung dari berbagai pertemuan dengan warga kampung.

Ia menginginkan ada kondisi daerah yang bersih sehat dan menjadi layak digunakan oleh anak – anak untuk bermain sesuai dengan satu misi kota menjadikan Jayapura sebagai daerah layak anak. Oh ia di Kampung Nelayan juga sering muncul rombongan cumi – cumi yang berada persis di bahwa akses jalan selebar 2 meter. Biasa kalo mulai terlihat itu menjadi hiburan khusus yang gratis.

Kadang ada juga yang memancing dengan cara sederhana. Kailnya hanya didekatkan dengan  tubuh cumi kemudian biasanya cumi akan mendekat, nah disitulah kail tadi ditarik sekuat tenaga ke arah tubuh cumi dan jika sudah tersangkut dipastikan sulit untuk terlepas.

Jadi anak – anak maupun orang dewasa tidak perlu jauh – jauh melaut untuk mendapatkan cumi karena dimusim – musim tertentu biasanya rombongan cumi ini datang dengan sendirinya.

Hanya berbicara soal sampah di kawasan pesisir Jayapura memang diakui tak mudah membangun pemahaman berkonsep lingkungan. Warga masih memilih mengambil jalan mudah dengan membuang begitu saja ke laut. Ketua RT 04/RW O9 Hamadi, Distrik Japsel Harun Imbiri juga turun tangan mengingatkan warga bahwa laut akan menjadi jelek dipandang jika dipenuhi sampah.

Tak hanya itu, beberapa kali komunitas pegiat lingkungan di Jayapura juga menggelar aksi grebek sampah dan mengingatkan warga tentang bahaya plastic maupun mikro plastik dengan harapan terjadi perubahan perilaku. (*)

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan