Memulihkan Terumbu Karang Si Pemberi Warna Laut Sumatera Barat dan Sosok Di Baliknya

terumbu karang

Terumbu karang Sumatera berhak untuk kembali pulih dan memancarkan warna serta pesonanya.

Indonesia selalu seolah menjadi rumah yang baik bagi pertumbuhan terumbu karang, dengan luas lebih dari 60.000 km Indonesia, bahkan Indonesia juga diketahui menjadi negara importir terumbu karang di dunia.

Pada umumnya terumbu karang akan tumbuh di pinggiran pantai atau laut dangkal yaitu daerah yang masih terkena sinar matahari, untuk dapat tumbuh dengan optimal dalam artian terumbu karang memerlukan kondisi lingkungan yang mendukunng.

Sebagai tempat bertumbuhnnya 1/8 dari terumbu karang di dunia  menjadikan Indonesia merupakan negara yang kaya akan keindahan lautnya. Namun sayangnya krusakan terumbu karang meningkat pesat. Hanya sekitar 6,2% terumbu karang yang masih dalam kondisi baik.

Kerusakan ini tak luput karena aktivitas manusia, seperti hal kecil yaitu membuang sampah ke laut sampai dengan penangkapan ikan dengan pemakaian bom, hingga aktivitas-aktivitas lainnya yanng tidak mengindahkan dampak terhadap terumbu karang. Kerusakan ini menyebakan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami.

terumbu karang restorasi
Para penyelam kelompok Andespin berfoto bersama / Foto: Facebook / Deep West Andespin

Cerita kali ini, penulis ingin membagikan kisah sekelompok masyarakat atas kerusakan yang telah terjadi. Kelompok ini bergerak dengan tujuann yang terkait dengan lingkungan, konservasi, edukasi, hingga sosial kemasyarakatan. Kelompok masyarakat ini bernama ANDESPIN atau Anak Desa Sungai Pinang. Mereka memulai aktivitas sejak 2014.

Salah satu yang kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini adalah pelestarian dan restorasi terumbu karang hingga budidaya rumput laut.

Dalam upaya pengelolaan dan pengawasan di perairan dan pesisir pulau-pulai kecil, kelompok ini telah melakukan kegiatan berupa mengamati karang hidup dan mati pada Kawasan Wisata terpadu Mandeh, Pesisir Selatan.

Lautan Sumatera yang gelap kini mulai dipenuhi kembali terumbu karang dengan indahnya warna warni di dasar laut. Ratusan terumbu karang menjadi saksi hidup para Andespin ini atas upayanya sekaligus menyelamatkan berbagai biota laut, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning dan jenis lainnya.

Menjadi salah satu bagian dari ekosistem laut tentunya terumbu karang ini sangat penting dimana ketidak beradaannya akan menjadi masalah bagi alam maupun bagi kita manusia khusunya bagi nelayan yang mencari penghasilan dari menangkap ikan.

“Bagi kami, terumbu karang adalah nyawa bagi pesisir pantai. Saat karang mati maka terancamlah kehidupan laut kami. Inilah alasan kenapa kami melkaukan transplantasi, demi menyematkan manusia, demi menyelamatkan alam”, ujar David, promotor kelompok Andespin sebagaimana dilansir dari haluan.padang.

Berbudidaya Rumput Laut / Foto: Facebook Deep West Andespin

David juga menjelaskan “kami bekerjasama secara teknis maupun dukungan materil. Yang paling penting disini kami bekerjasama dengan kesatuan misi menyelamatkan lingkungan bawah laut”.

Tentunya kegiatan Andespin tak hanya sebatas penanaman saja, kelompok ini juga aktif melakukan kegiatan di bidang edukasi yang dinamakan “Rumah Literasi atau Belajar” sebagai bentuk ruang pencerdasan bagi masyarakat sekitar. Membekali sumber daya manusia untuk mempelajari terumbu karang agar tetap bisa berjalan dengan baik.

terumbu karang
Anak-anak berkegiatan bersih-bersih di pantai / Foto: Facebook Deep West Anndespin

Sebagaimana yang kita tahu bahwa hidup saling berkaitan dan saling membutuhkan, maka dari itu wajib bagi kita untuk ikut serta melestarikan terumbu karang agar kehidupan tetap seimbang.

Keindahan yang diberikan oleh terumbu karang ini juga menjadi bayaran yang kita dapatkan, bagaimana eloknnya bawah laut dan kehidupan yang ada didalamnya.

Baca juga: Mengenal Sosok Bang Leo dan Semangatnya pada Gerakan Sosial Lingkungan

Sumber: Haluan Padang, KKP  RI, Facebook Deep West Andespin

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan