Hari LSM Sedunia: 5 LSM di Indonesia yang Memiliki Konsentrasi Terhadap Kelautan

Acara pengukuhan secara global pertama Hari LSM Sedunia diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Finlandia pada 27 Februari 2014 di Helsinki, Finlandia yang dihadiri tamu internasional seperti para pemimpin dari UNOPS, UNESCO, UNDP, Uni Eropa, Dewan Nordik dan organisasi internasional lainnya.

LSM merupakan singkatan dari Lembaga Swadaya Masyarakat. LSM merupakan lembaga yang bukan merupakan bagian dari lembaga pemerintah atau yang biasa disebut Non-Government Organization (NGO).

LSM didirikan secara independen tidak mewakili pemerintah oleh masyarakat sipil , baik perorangan maupun sekelompok orang. LSM dalam istilah yang lain juga sering disebut Civil society organizations (CSOs).

LSM memiliki banyak bentuk dan ukuran, mulai dari organisasi kecil yang bersifat akar rumput hingga organisasi multinasional yang besar. Masing-masing dari LSM membawa pendekatan, keahlian, dan perspektifnya yang unik, sehingga memperkaya upaya kolektif menuju perubahan sosial.

LSM memiliki ciri-ciri yakni dalam melakukan tugas tidak berorientasi pada keuntungan, sehingga setiap kegiatan-kegiatan yang dikerjakan bersifat kepentingan umum.

LSM sangat banyak di Indonesia dan setiap LSM memiliki bidang-bidang tertentu sesuai dengan fokus arah gerak perjuangannya. Mulai dari bidang lingkungan, pendidikan, hak asasi manusia, buruh dan pekerja, anak-anak, kelompok rentan, kesehatan, hukum, dan masih banyak lagi.

Gerakan LSM Greenpeace Indonesia dalam mendorong kebijakan perlindungan laut.

Berikut 5 LSM populer yang ada di Indonesia dan memiliki konsetrasi terhadap kelautan.

1. Greenpeace Indonesia

Greenpeace Indonesia termasuk LSM yang bergerak di bidang lingkungan termasuk laut di Indonesia. Greenpeace Indonesia termasuk ke dalam jaringan Greenpeace Internasional. Dalam gerakannya lembaga mengedepankan kampanye sebagai upaya penyuaraan isu-isu yang terjadi.

Salah satu programnya dalam bidang kelautan, saat ini Greenpeace Indonesia tengah berkampanye untuk perlindungan AKP (Awak Kapal Perikanan) serta permasalahan IUU Fishing yang terjadi di perairan Indonesia dan global.

2. WWF Indonesia

Yayasan WWF Indonesia telah berkiprah di Indonesia sejak tahun 1962 sebagai bagian dari WWF internasional. Dalam bidang kelautan, Yayasan WWF Indonesia mendukung pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi secara efektif – perlindungan keanekaragaman hayati laut dan habitat; pemanfaatan berkelanjutan oleh masyarakat; dan tata kelola yang baik dan memadai.

Keberadaan kawasan konservasi perairan, masyarakat adat, desa maupun kelompok yang turun temurun telah ada, juga menjadi fokus lembaga ini.

3. KIARA

KIARA atau Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan adalah LSM yang berdiri di Yogyakarta pada tanggal 2 Oktober 2002. Organisasi nirlaba ini diinisiasi oleh 9 lembaga atau organisasi masyarakat sipil yang memiliki fokus dan perhatian terhadap isu kelautan dan perikanan.

Sejak awal berdiri, KIARA berkomitmen untuk memperjuangkan dan memperkuat pengelolaan sumber daya pesisir dan laut sebagai bentuk kedaulatan masyarakat yang tinggal secara turun temurun di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar memperoleh pengakuan, perlindungan dan kesejahteraan hidup yang layak dari Pemerintah Republik Indonesia. 

3. MDPI

Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) didirikan pada tahun 2013 untuk mendorong kegiatan perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan demi kesejahteraan komunitas nelayan dan sumber daya perikanan di seluruh Indonesia.

MDPI memiliki misi memberdayakan masyarakat pesisir di Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan ekosistem dan perikanan serta memanfaatkan peluang pasar, dalam rangka meningkatkan keberlanjutan mata pencaharian mereka.

4. CTC (Coral Triangle Center)

CTC merupakan yayasan yang berbasis di Bali dengan cakupan regional dan dampak global. Lembaga ini bekerja sama dengan masyarakat lokal, sektor swasta, pemerintah, dan mitra untuk memperkuat pengelolaan sumber daya laut di area Segitiga Terumbu Karang untuk melindungi ekosistem terumbu karang, memastikan penghidupan berkelanjutan, dan ketahanan pangan. 

CTC mendukung konservasi di lapangan di Nusa Penida di Bali, Kepulauan Banda di Maluku, serta Pulau Atauro dan Liquica di Timor-Leste.

5. EcoNusa

EcoNusa merupakann LSM yang bercita-cita agar pengelolaan kelautan dan perikanan yang adil dan berkelanjutan menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

Dalam mencapai visi tersebut, Program Kelautan EcoNusa menjalankan strategi utama seperti membangun ketahanan masyarakat, advokasi kebijakan berbasis bukti, membangun komunikasi dan keterlibatan media yang kuat dan strategis, hingga mobilisasi pemuda.***

Baca juga: Pemilu 2024 di Tengah Krisis Iklim dan Rusaknya Demokrasi serta HAM, Ini Seruan Masyarakat Sipil

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan