Lanang, Sang Pembela Lautan

Sang Pembela Lautan itu adalah seorang pribadi yang suka dengan laut, merasa sedih dengan kondisi lautnya, dan mau melakukan apapun untuk lautnya. Salah satu hewan laut kesukaannya adalah penyu. Sebut saja dia dengan nama “Lanang”.

Dia adalah seorang pemuda santun yang selalu senyum dengan siapapun. Semua orang disekitarnya sangat menyukainya.

Suatu ketika Lanang mencoba mencari jawaban atas  keresahannya tentang laut yang semakin hari semakin rusak, tercemar sampah plastik di mana-mana, bahkan sampai di ikan yang dia makan.

“Aah, aku tidak bisa diam saja, harus melakukan sesuatu! sekarang saatnya!”.

Dia pun melakukan pengembaraan kesana kemari demi ingin mempertahankan laut yang sangat dia cintai.

Suatu ketika pengembaraannya berhenti di sebuah kota, bertemulah dia dengan seorang perempuan bernama “Tyas”.

Tyas adalah perempuan manis yang selalu ramah dengan orang di sekitarnya dan menyukai  hal yang sama seperti Lanang yaitu Laut.

Selang beberapa waktu berjalan, Lanang dan Tyas ditugaskan bersama tim yang lain untuk melihat ke sebuah pulau yang terancam oleh aktivitas tambang.

Mereka kesana untuk melihat langsung seperti apa kondisi pulau tersebut. Berhari-hari mereka bersama tim melihat bagaimana kondisi lautan yang terancam rusak akibat dampak dari kegiatan pertambangan.

Mereka juga melihat langsung bagaimana itu mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir di sana yang sebagian besar adalah nelayan yang menceritakan bahwa hasil tangkapannya jauh berbeda dengan sebelum adanya tambang ini.

Betapa juga menyedihkan, saat mereka melakukan kunjungan ke sebuah sekolah di salah satu pulau kecil tersebut. Lanang dan Tyas melihat betapa anak-anak itu walaupun dalam keterbatasan masih sangat mempunyai harapan dan masa depan yang ingin mereka capai.

Ekspedisi Pembela Lautan 2023. / Foto: Jibriel Firman/Greenpeace

Lanang, Tyas dan tim melakukan kunjungan dan edukasi soal pentingnya menjaga laut sedini mungkin. Perjalanan mereka pun akhirnya harus selesai di situ dan mereka harus kembali ke ibu kota.

Sekembalinya ke ibu kota, Lanang masih saja merasa belum berbuat banyak. Dia mencoba mengumpulkan kawan-kawannya.

Lanang mulai bicara, “kawan-kawan, apa lagi yang bisa kita lakukan untuk menyuarakan isu laut supaya lebih besar di dengar?”

Salah seorang kawan bernama David berkata, “Kita lakukan semampu kita saja dulu, mulai dari yang kecil tapi berkelanjutan, seperti kita membagikan cerita dari apa yang kita lihat kemarin”.

Tyas menjawab, “mungkin kita bisa mengajak kawan-kawan lebih banyak lagi untuk terlibat”.

Di saat kawan-kawannya berdiskusi semakin dalam, Lanang justru terlihat melamun, pikirannya melayang entah kemana. Ternyata dia memikirkan anak-anak pulau itu.

Kesan dari anak-anak di pulau itu masih sangat terngiang di benak Lanang. Dari situ Lanang pun mempunyai cita-cita untuk membangun sekolah laut.

“Bagaimana kalau kita membuat Sekolah Laut?,” Lanang berbicara dengan sangat tajam.

Semua terdiam sesaat, namun akhirnya semua menyambut ide gila itu. “Bagus juga itu, Seru kayaknya,” seru seorang kawan bernama Magdalena.

Ide itu semakin bergulir dengan segala buah pikiran dari masing-masing orang dalam tim Lanang dan Tyas.

Bahkan Lanang juga belajar dari organisasi lain tentang bagaimana memulai membuat sekolah. Memang, ini bukan sekolah seperti yang pemerintah punya. Tapi ini sekolah yang bisa dibuat secara sukarela dengan sumber daya secukupnya namun besar maknanya, terutama untuk anak-anak di pulau-pulau yang tidak punya kemewahan akses pendidikan.

Selang beberapa waktu, Lanang, Tyas dan timnya mulai disibukkan dengan hal-hal lain. Namun diskusi mereka tentang sekolah laut ini terus berjalan.

Suatu ketika Lanang dihubungi Magdalena, “Lanang, sibukkah? Bisa ke Pulau S… kah minggu depan?”

Lanang menjawab,”Ga sibuk , minggu depan bisa, free kok”.

Magdalena,” Ok, siap-siap yah, kita kesana”.

Seiring berjalannya waktu, ternyata Lanang juga cukup aktif di organisasi lain dan dia sering mengajak Tyas. Orang pertama yang dia temui dalam pemberhentian pengembaraannya.

Persiapan ke Pulau S… pun sudah semakin dekat. Magdalena dan David mulai sibuk dengan persiapan tersebut.

“Lanang mana Vid?,” tanya Magdalena ke David.

David menjawab,” Dari kemarin belum ada kabar nih, nanti deh coba dihubungi lagi.”

Keesokan harinya, tanpa ada firasat apapun tiba-tiba Tyas menghubungi Magdalena dan berkata ,”Len, Lanang sudah ga ada.”

Magdalena merasa bingung dan bertanya,”Ga ada gimana Tyas? Apa maksudnya?”

Akhirnya terdengarlah suara tangisan Tyas dalam sambungan telepon itu sambil kembali berkata,” Lanang sudah pergi, ninggalin kita Len.”

Mendengar hal itu Magdalena pun merasa lemas sejadi-jadinya. Mencoba menenangkan diri sendiri juga Tyas. Magdalena lantas menghubungi beberapa kawan-kawan untuk segera bertemu di rumah Lanang.

Dan benar saja, sesampai di sana terlihatlah sesosok tubuh yang sudah terbujur kaku ditutupi kain batik panjang, sembari dikelilingi orang-orang yang tak henti melantunkan ayat-ayat suci, seakan mencoba mempersembahkan ketenangan untuk sosok yang sedang tidur itu. Dan dialah Lanang.

Tangis Magdalena pecah saat melihat Tyas. Semua kenangan dan rencana-rencana bersama Lanang seperti diputar ulang. Sungguh sebuah ketidakpercayaan bahwa kawan yang sangat mencintai laut ini ternyata pergi mendahului kita.

Lanang di mata kawan-kawannya adalah sosok pemuda yang baik, semangat dan penuh antusias terutama untuk laut yang indah. Bagi dia laut itu misterius namun indah.

Mereka semua sangat terpukul dengan kepergian Lanang yang sangat mendadak.

Hari itu sungguh terasa berat bagi Tyas, Magdalena, David, dan yang lainnya. Bahkan langit pun serasa ikut berduka, awan kelabu seakan mengiringi dan ikut mengantar Lanang ke tempat peristirahatan terakhirnya. Cukup banyak yang mengantar Lanang. Tak sedikit juga yang menangisi kepergian Lanang.

Kala itu, sungguh langit dan laut saling bersaut, sembari saling mengabarkan berita duka ini.

Lanang, Sang Pembela Laut itu kini sedang menuju perjalanan ke langit. Ke tempat yang paling indah. Sedangkan bagi kawan-kawannya, perjalanan mereka disini masih akan bersama laut.

Lanang dan laut seperti 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Lanang mengajarkan tentang sebuah kegigihan dan kecintaannya dengan laut.

Cita-citanya yang ingin membuat “Sekolah Laut” mungkin terhenti di napas terakhir Lanang, tapi tidak di kawan-kawannya.

Tyas, Magdalena, dan David mereka akan tetap meneruskan impian Lanang.

David berucap, “Selamat jalan Lanang, perjuanganmu abadi bersama kami disini. Baik-baiklah disana.”


Didedikasikan untuk : 7 Wonder Team (you know who you are)

Baca juga: Serial Ekspedisi Pembela Lautan 2023

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan