Laut dan Manusia
Dahulu kala manusia dan laut bersahabat akrab. Keduanya hidup beriringan dan saling menjaga. Bahkan dari berbagai kebudayaan dapat diketahui bahwa laut merupakan sebuah buku yang tak kunjung ditutup.
Terdapat sebuah hikmah dan pelajaran yang tiada habisnya. Dasar laut yang sangat dalam dan dingin banyak menyembunyikan rahasia saintifik.
Pasirnya yang membentang luas memberikan ribuan inspirasi bagi manusia yang mencari.
Desiran ombaknya dapat menjadi melodi penenang hati. Tubuhnya yang kaya menggambarkan tentang Tuhan dan keajaiban dari penciptaan-Nya.
Namun mengapa keindahannya menjadi nestapa?
Duhai manusia, dengarlah rintihan hati kami. Mengapa persahabatan kita rela kau nodai hanya demi setumpuk materi yang tak kau bawa mati.
Perlahan-lahan tubuh kami mulai di eksploitasi tak henti-henti. Menyisakan luka yang berlalu-lalang dan rasa sakit yang sulit disembuhkan.
Dalam diam kami berkoar, mengisahkan suatu kepedihan lewat tarian dan hentakan ombak. Manusia, mereka merengek meminta keadilan.
Padahal merekalah pelaku ketidakadilan. Bukankah kami juga makhluk ciptaan sang kuasa? Lalu mengapa kami diperlakukan semena-mena oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab. Surut ilmu benar-benar membuat manusia lupa untuk bersyukur.
Lihatlah manusia, lautan mulai murka, langit tak lagi meneteskan air-air kehidupan.
Gelombang menyalak dengan lantang, menggoyah ego untuk pergi dan menampar.
Camkan satu hal! bahwa semesta siap menampar siapapun yang membuat onar atas nama kebajikan.
Surat Lautan untuk Manusia: Bagian 1
Surat lautan untuk manusia. Katanya, persebaran kami termasuk yang paling luas di tubuh bumi. Perbandingannya bisa dibilang 7:10. Katanya juga, banyak sumberdaya yang kami hasilkan dimanfaatkan di daratan sana. Tak jarang, kami mendengar teriakan berupa keluh kesah tentang lika liku kehidupan daratan.
Baca selengkapnya
Editor: J. F. Sofyan
Tanggapan