Menabung Rindu di Lekukan Ombak Lakey
Jalan-jalan yang aku lalui beberapa tahun lalu masih sama hanya pemandangannya yang berubah. Aku tidak sedang menulis surat cinta. Hanya saja aku sedang manabung rindu. Lakey Beach adalah salah satu tempat favorit bagi para peselancar lokal maupun internsional.
Pantai Lakey berada di Desa Hu’u kabupaten dompu di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Selain bertemu kawan kebetulan malamnya saya ada jamming santai dengan kawan-kawan dari Bima di alis’s bar. Sore itu saya tidak sempat bermain dengan ombak karena keasikan ngobrol dan bercerita bersama kawan.
Air laut mulai surut para surfer pun berhenti bermain ombak. Bila air laut surut ia akan membentuk kolam-kolam kecil menyerupai danau. Bila pagi hari sungguh indah kawan, jernih sekali dan kita bisa melihat ikan-ikan kecil,gurita dll.
Hari itu banyak wisatawan lokal yang datang bersama keluarga menikmati hari libur. Semenjak pandemi wisatawan mancanegara tidak seramai biasanya. Bar tempat saya menikmati sore sempat sepi dan akhirnya mereka mencoba merubah pasar ke wisatawan lokal agar bisa tetap buka dan operasional aman.
Beberapa wisatawan yang ada di sini sebagian memilih untuk tidak pulang karena masih pandemi, ada juga yang memang tinggal di sana. Untuk desa yang mengandalkan sektor pariwisata memang dirasa sangat berat dengan kondisi yang ada saat ini.
Sore di lakey pasti akan membuat matamu tertegun melihat landscape di ujung sore dengan sunset yang sangat eksotis pasti tidak cukup di ungkapkan dengan puisi. Tentu akan sangat dapat meluruskan hatinya para milenial yang menyebut senja-senja dengan makian buruk.
Senja bukan untuk di di caci, Sungguh.. mereka belum saja melihat indahnya sunset di sini. Seandainya yang mengucapkan itu di sini pasti mereka akan merasa bersalah telah mengucapkan itu. Oh, aku jadi ingat. ‘’Maaf aku lupa menuliskan surat cinta sebab bila rindu pasti sulit untuk di akhiri’.
Biar hati yang bicara, biar nafas yang memejamkan mata. Banyak jejak kaki di atas pasir putih, ribuan romansa pasti pernah lewat dan hal yang tak bisa kita tolak adalah merayu jiwa sendiri. Aku lupa menulis surat cinta.
Tahun-tahun berlalu baru kali ini saya kembali lagi mengunjungi Lakey Beach selepas mata hari tenggelam. Satu per satu lampu menyala, hembusan angin pantai mulai terasa. Malam itu menjadi malam yang hangat aku menyanyikan beberapa lagu blues dan jamming bersama kawan-kawan yang memainkan genre regae membuat malam semakin pecah. Bagi sepasang kekasih yang saling berpegangan tangan itu akan menjadi candu.
Mendengar cerita warga lokal, sayapun kaget ternyata di atas gunung ada tambang yang akan beroperasi. Entah akan seperti apa nanti ekosistem lingkungan yang ada beberapa tahun kedepan. Sebab di ketahui tambang tersebut menyimpan cadangan tembaga dan emas dalam jumlah yang fantastis.
Bisa di bayangkan bila itu sudah beroperasi? bagaimana dengan ekosistem di sekitar nya? seperti yang kita ketahui bahwa efek dari tambang itu akan menimbulkan dampak fisik bagi lingkungan seperti degradasi tanah. Hilangnya unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman, berkurangnya debit air permukaan tanah serta akan menambah polusi dari asap-asap kendaraan yang lalulalang.
Bukan rahasia umum ombak di lakey sangat bagus. Ada empat jenis ombak yang ada di sana yaitu lakey peak, cobble stone, lakey pipe dan periscope, Yang paling menantang adalah lakey peak karena ombaknya dari arah kiri dan kanan sangat sempurna bagi para peselancar.
Aku tidur di pinggir pantai, samar mendengar kaki orang sedang berjalan. Subuh itu aku membuka mata, ternyata kawanku Elo sedang membersihkan sampah-sampah di pantai. Matahari terbit aku melangkahkan kaki menuju bibir pantai melihat ikan-ikan kecil berwarna warni benar-benar jernih.
Sambil menunggu air laut pasang kami mengobrol. Tiap pagi Elo dan anaknya selalu membersihkan sampah yang berserakan di sekitar pantai tempat bar mereka. Bagaimana capeknya semalam, Elo pasti bangun subuh untuk memungut sampah-sampah dari para pengunjung biar tempat ini bersih.
Tak terasa jam delapan pagi satu persatu surfer datang membawa papan saya pun menuju cobble stone mengambil papan di bang Jimmy dan bermain ombak di sana sembari menabung rindu di tiap lekukan ombak lakey.
Editor : Annisa Dian Ndari
Tanggapan