Masyarakat Nusa Tenggara Timur Menjaga Laut Bersama Akademisi

Provinsi Nusa Tenggara Timur memang sudah tidak diragukan lagi keindahan pariwisatanya. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste ini mempunyai banyak potensi, salah satu potensi yang ada di NTT ini adalah sumber daya alam yang ada di Taman Nasional Laut Sawu. Untuk itu potensi dan sumber daya alam yang ada di Taman Nasional laut Sawu patut untuk dijaga.

Salah satu cara untuk menjaga karunia yang telah diberikan Tuhan agar tetap lestari adalah dengan melakukan pengawasan ekosistem, seperti yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang ada di wilayah Taman Nasional Laut Sawu.

Lewat program dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau yang dapat disingkat menjadi Kementerian PPN/Bappenas melalui lembaga ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund), masyarakat pesisir yang ada di wilayah Taman Nasional Laut Sawu diajak untuk bergotong royong membantu tugas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam pengawasan wilayah perairan.

Dalam rangka mewujudkan program tersebut, POKMASWAS diberikan fasilitas penunjang dalam pelaksanaan pengawasan wilayah pesisir.

Fasilitas tersebut berupa peralatan dan pelatihan seperti yang dilakukan oleh Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) di Kota Kupang, NTT pada Jumat (18/3) yang lalu.

Sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pengelolaan ekosistem laut, Yayasan TERANGI diberikan mandat untuk melaksanakan program tersebut bersama dengan POKMASWAS.

Pelatihan yang diberikan oleh Yayasan TERANGI kali ini tentang pengelolaan ekosistem pesisir, lebih spesifiknya yaitu tentang metode pengambilan data ekosistem pesisir (Lamun, Mangrove, dan Terumbu karang) yang baik dan benar, sehingga dapat dilaporkan dalam bentuk laporan ilmiah yang sesuai dengan standar keilmuan.

Dalam pelatihan ini para nelayan yang tergabung dalam POKMASWAS masing-masing desa di wilayah Taman Nasional Laut Sawu nampak bersemangat.

Terlihat dari antusiasme peserta saat sesi praktik pengambilan data di lapangan pada Sabtu (19/3) di Pantai Paradiso, Kupang.

POKMASWAS yang hadir mengikuti workshop terlihat sangat antusias saat diminta untuk mempraktikan cara mengambil data dengan metode yang telah diajarkan pada sesi sebelumnya.

Metode yang diajarkan merupakan metode pengambilan data ekosistem pesisir yang sudah dimodifikasi sehingga dapat dilaksanakan oleh masyarakat umum, namun validitas data yang diperoleh tetap dapat dipertanggungjawabkan.

Pelatihan Kegiatan Pemantauan Ekosistem Pesisir
Pelatihan pemantauan ekosistem pesisir. / Foto: Dokumentasi TERANGI

Terlihat keseriusan dari peserta workshop saat melakukan pengambilan data ekosistem lamun, mangrove, dan terumbu karang.

Sempat terjadi pula diskusi antara peserta satu dan lainnya karena ada perbedaan pendapat tentang hasil data yang didapat.

Nampak dari peserta tidak mengalami kesulitan dalam pengambilan data karena pada dasarnya mereka sudah terbiasa terlibat dengan ekosistem lamun, mangrove, dan terumbu karang saat mereka bekerja sehari-hari sebagai nelayan.

Dari semangat yang ditunjukkan oleh POKMASWAS yang mengikuti acara dengan sangat antusias, dapat dilihat bahwa masyarakat pesisir yang ada di sekitar Taman Nasional Laut Sawu memiliki kepedulian terhadap lingkungan laut tempat mereka mencari nafkah.

Mereka dengan tulus ikut melakukan pengawasan di perairan dan juga menjaga kelestarian ekosistem pesisir sebagai penunjang kehidupan biota laut.

Kita juga sebaiknya mencontoh semangat dan ketekunan dari POKMASWAS yang ada di Nusa Tenggara Timur, dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, khususnya lingkungan laut.

Kita juga harus menghindari perusakan dan penggunaan bahan-bahan berbahaya yang dapat mengganggu dan merusak keseimbangan ekosistem pesisir dan laut, agar laut Indonesia tetap terjaga sumberdaya alamnya dan juga keindahannya, sehingga dapat dikenal lebih luas di mata dunia.

Salam konservasi, Salam lestari.***

Baca juga: Ruang Dialog Masyarakat Lokal dan Pemangku Kebijakan 

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan