Berburu Waktu Emas di Pantai Pacar Tulungagung

Laut dan pantai merupakan destinasi tempat liburan yang banyak diminati oleh sebagian besar orang. Meraka rela menempuh perjalanan jauh, bahkan dengan medan yang bisa dikatakan ekstrem untuk menikmati keindahan laut. Begitu pula dengan salah satu pantai yang terletak di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Orang menyebutnya Pantai Pacar.

Pantai ini mulai ramai diperbincangkan baik di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari pada akhir tahun 2019. Akses untuk menuju kesana juga tidak mudah. Pengunjung harus melewati tanjakan dan turunan dengan kondisi jalan aspal rusak bahkan masih berbatu.

Waktu emas, atau para remaja lebih sering menyebutnya golden hour. Merupakan saat dimana matahari memancarkan sinar keemasan, kuning kemerahan. Biasanya kita dapatkan pada jam 4 sore sampai matahari terbenam. Dengan bibir pantai yang menghadap kearah barat, tentu saja keindahan golden hour dapat didapatkan para pengunjung apabila cuaca tidak dalam keadaan mendung.

Pantai pacar terletak di Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung. Dimana wilayah ini merupakan perbatasan antara Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Blitar. Akses untuk menuju ke pantai tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, dengan memakan waktu antara 1 sampai 1,5 jam dari pusat Kota Tulungagung.

Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhkan pemandangan yang asri dan sangat menyejukan mata. Kondisi alam yang masih alami, dengan hamparan bukit hijau tentu akan menjadi pencuci mata bagi orang-orang yang setiap hari harus memandangi kemacetan dan berbaur dengan polusi.

Setelah tiba di portal masuk kawasan tersebut, pengunjung akan dibuat sedikit terkejut dengan medan yang akan dilalui. Jalanan naik dan turun dengan aspal yang bisa dikatakan rusak parah akan dilalui. Apalagi ketika musim hujan tiba, tentu pengunjung harus rela badan dan kendaraan mereka terkena lumpur basah .

Tetapi hal tersebut akan terobati dengan suguhan alam sepanjang perjalanan,berupa bukit-bukit kapur yang tertutup oleh rumput-rumput hijau.

Pukul 4 sore merupakan waktu yang diburu para pengunjung untuk datang ke pantai ini. Karena sorotan cahaya senja sangat bisa didapatkan apabila cuaca sedang cerah. Pantulan cahaya matahari pada permukaan air laut menciptakan warna kuning kemerahan yang memikat mata para pengunjung.

Pada waktu inilah banyak dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto-foto bersama teman, keluarga, maupun kekasihnya. Suasana akan tambah menarik lagi ketika sore hari air laut sedang surut. Pengunjung bisa menemukan kerang-kerang kecil yang lucu di tepi laut.

Bahkan apabila beruntung, Pengunjung juga dapat menemukan bintang laut disana. Rumput laut dengan beraneka warna juga bisa disaksikan disana ketika air laut sedang surut. Pantai Pacar merupakan pantai yang masih steril dari perahu-perahu nelayan yang mencari ikan. Sehingga pengunjung tidak bisa mendapatkan kuliner ikan laut di pantai tersebut.

Dengan mengandalkan daya pikat berupa kealamiannya dan tatanan alam yang indah, Pantai Pacar menjadi sasaran destinasi bagi masyarakat Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya untuk dikunjungi ketika libur tiba. Apalagi didukung dengan pembangunan jalur lintas selatan pulau Jawa yang sudah dimulai tahun ini, tidak menutup kemungkinan Pantai Pacar akan semakin ramai pengunjung.

Keramaian pengunjung tentu saja juga akan membawa dampat negatif apabila masyarakat kurang sadar dengan lingkungan. Oleh sebab itu, mari menanamkan kesadaran terhadap lingkungan terutama ekosistem laut. Dimulai dari hal kecil, dengan tidak meninggalkan sampah makanan ataupun yang lainnya ketika kita berkunjung ke pantai maupun laut.

Jangan sampai tujuan liburan kita merusak keseimbangan ekosistem laut yang memberikan sejuta manfaat bagi kehidupan manusia! Salam Lestari !

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan