COP26, Negara G20 Jadi Sorotan

COP26 merupakan momentum untuk dunia dalam menghadapi krisis iklim. Panasnya suhu dibumi semakin lama semakin naik. Sudah banyak juga dirasakan oleh masyarakat, Imbasnya kini dunia mengalami krisis iklim dan kini menjelang COP26.

Silsilia Nurmala Dewi (Koordinator Indonesia Tim Leader menjelaskan tentang Emisi Nol Bersih pada webinar Ada Apa dengan COP26 pada Sabtu, 30 Oktober 2021.

Apa Artinya Net Zero? Net zero atau nol bersih artinya tidak menambah jumlah gas rumah kaca di atmosfer untuk memerangi perubahan iklim saat ini. Bahwa CO2 yang dilepaskan dalam satu negara tidak lebih dari CO2 yang diserap, misalnya dengan merestorasi hutan.

Dibandingkan dengan gross zero target, benar-benar zero emisi. Net zero lebih realistis karena ada residual emisi-emisi yang dikeluarkan dalam aktivitas primer manusia( transportasi umum, pangan,dll)

Maka, jelang COP26, lebih dari 100 negara berkembang sudah memaparkan sejumlah tuntutan:

  • Pendanaan untuk memerangi maupun menanggulangi perubahan iklim.
  • Kompensasi atas dampak yang akan menimpa mereka, dan
  • Uang untuk membantu mereka menerapkan ekonomi yang lebih ramah lingkungan.

Sudah lebih dari 100 negara berkomitmen untuk menjadi net zero pada tahun 2050. 8 perusahaan minyak terbesar penyebab krisis iklim menyatakan komitmennya menjadi net zero.

Point-point utama;

  • krisis iklim butuh kita sampai ke benar-benar real zero (asap)
  • 2030 tahun penentu Biggest emission cut harus dilakukan dalam dekade besok. Dengan negara maju memimpin (fair share) -> mendekati emisi Nol di 2030.
  • net zero 1,5 C tidak sama dengan pengurangan emisi. Padahal 1,5 berarti mengurangi emisi sekarang.

Emisi boleh naik, kalau ada teknologi dan pohon-pohon yang bisa menyerapnya. Teknologi yang terjangkau dan scallable serta efektif belum ada kebutuhan lahan besar sekali. Bisa jadi bentuk kolonialisme baru.

Untuk NDC Indonesia tidak naik, masih di level 29 derajat tahun 2030.  Sedangkan net zero target akan net zero pada tahun 2060. Jadi kita masih di bawah Terget, padahal faktanya Indonesia itu sangat rentan dampaknya.

Kemungkinan yang dihasilkan dalam COP26 pengakuan bahwa secara global semua negara sebenarnya of track.

Tidak ada dari kita yang betul-betul menanggapinya dengan serius dalam bentuk target kebijakan dan implementasi.dan pengakuan bahwa semua negara harus melakukan lebih banyak.

Dan kemudian negara-negara G20 akan menjadi sorotan. G20 diminta menunjukkan Climate Leadership. G20 sendiri mengcover 75% emisi global dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Climate leadership yang nyata setiap pada tujuan jangan melampaui kenaikan suhu global rata-ratan 1,5 yang artinya tidak ada lagi pendanaan untuk energi fosil dan “keep it ini the ground”

Pada tahun 2021, adalah saatnya membuat energi fosil menjadi sejarah dengan memotong Lifeline nya yaitu uang.

Peran kita tentunya kita mengedukasi diri dan teman-teman tentang krisis iklim, lalu mengorganisir diri dan teman-teman sehingga bisa mendorong perubahan sistemik.

Baca Juga: Krisis Iklim dan Ekonomi Berkelanjutan Indonesia, Harus Lebih Ambisius dan Stop Solusi Salah

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan