Bagaimana Laut Menjadi Kotor?
Marine pollution atau pencemaran laut terjadi ketika masuknya bahan-bahan kimia, partikel, limbah industri, limbah perumahan, atau tersebarnya organisme invasif ke lautan. Delapan puluh persen pencemaran laut ini berasal dari daratan.
Indonesia terkenal sebagai negara kepualauan dengan pesona laut nya yang indah. Berbagai biota laut dan terumbu karang hidup disana.
Sistem perairan samudera berair asin ini memiliki peran penting dalam siklus air, siklus karbon, dan siklus nitrogen. Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas manusia seperti perdagangan, transportasi, dan industri manusia juga sebagai sumber pembangkit listrik.
Seperti yang kita tahu bahwa banyak sekali manfaat laut yang bisa kita gunakan seperti hewan laut yang dapat kita konsumsi, keindahan laut yang bisa kita nikmati, dan lain-lain. Namun dewasa ini sering kita lihat bahwa bumi sudah tak se sehat dulu dan laut sudah tak se indah dulu.
Terjadinya pencemaran di banyaknya laut Indonesia, menjadi alasan utama rusaknya ekosistem laut.
Warna laut yang menghitam juga sampah yang rapat mengambang di permukaan air menjadi bukti bahwa laut kita sudah sakit.
Sebagai rumah bagi para hewan laut, pencemaran laut merupakan hal yang sangat buruk bagi mereka. Salah satu korban pencemaran laut adalah penyu, pada tahun lalu seekor penyu mendapatkan operasi dari para ilmuan.
Mereka menemukan sebuah sedotan menyangkut pada hidung penyu yang mengganggu pernafasannya. Ini hanyalah salah satu kasus dari sekian banyak kasus yang disebabkan oleh pencemaran laut.
Tak hanya bagi hewan laut, kita sebagai manusia pun menjadi korban pencemaran laut. Sebagai masyarakat yang hidup di pesisir banyak masyarakat yang bergantung pada hasil tangkapan ikan di laut.
Dampak dari pencemaran laut ini mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan nelayan, hal itu menjadikan menurunnya perekonomian nelayan.
Sekjen Serikat Nelayan Indonesia, Budi Laksana mengatakan “sekarang nelayan tak lagi menangkap ikan, mereka harus mencari ikan, karna ikan di laut sudah susah ditemukan”
Sayangnya, banyak dari kita yang tidak peduli akan pencemaran yang mengancam salah satu harta kita, ketika PBB (1992) menetapkan 8 Juni sebagai Hari Kelautan, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan rekor wilayah lautan yang sangat luas justru tidak semenarik bila dibandingkan dengan gonjang-ganjing politik.
Sudah banyak pencemaran yang terjadi, namun itu bukan hal yang mustahil untuk kita perbaiki. Jika upaya perbaikan dilakukan secara berproses dan konsisten maka keberhasilannya pun dapat dilihat dimasa yang akan datang.
CEO sekaligus founder dari akun Peduli Lingkungan Laut Naraseaid Bryan Auriol mengatakan, “Contoh proses, sekarang yang bergerak dalam sampah laut aja udah mulai kerasa nih mungkin dampaknya. Jadi kayak mulai dari pusatnya. Kaya dari Jakarta mulai pelarangan plastik, di Bali udah dari lama pelarangannya, semoga daerah lain juga bisa mengikuti”.
Dengan dilarang penggunaan plastik, setidaknya hal-hal yang menjadi sumber dari pencemaran laut akibat plastik bisa diatasi oleh masyarakat. Namun Indonesia masih tertinggal dalam mengatasi pencemaran laut.
Kontrol terhadap insitas karbon menjadi hal yang sulit. Satu-satunya hal yang dapat menggantikan karbon di bumi adalah mengganti dengan karbon terbarukan. Meski begitru hal ini terbilang sulit untuk dilakukan.
Karna hal itulah Indonesia baru dapat menahan atau mengurangi polusi agar kerusakan alam tidak semakin parah. Meski belum pada tahap diperbaiki untuk dihentikan, menurut Bryan keterlambatan ini masih bisa dikejar.
Jika pencemaran terus dibiarkan maka kita akan kehilangan salah satu harta kita. Kita harus mulai menanamkan dalam diri bahwa kita sangatlah membutuhkan alam. Menyadari bahwa kita sangat bergantung pada mereka. ***
Baca juga: Gaya Hidup Manusia yang Tidak Disukai Makhluk Hidup Bawah Laut
Sumber: Hipwe, Webinar laut Sehat, Ketikunpad
Tanggapan