Reklamasi Makassar New Port Menyengsarakan Nelayan, Aktivis Koalisi Save Spermonde BeraksiĀ
Selain merusak ekosistem laut, Reklamasi Makassar New Port ini dinilai menyengsarakan nelayan, khususnya di wilayah Spermonde yang menjadi wilayah tangkap nelayan Pulau Kodingareng.
Sebagai bentuk penolakan terhadap reklamasi Pelabuhan Makasar ini, sejumlah aktivis lingkungan bergabung dalam Koalisi save Spermonde yang menggelar aksi di laut. Mereka membentangkan spanduk sepajang 40 meter dengan tulisan āHentikan Reklamasi Makasar New Port dan revisi RZWP3K Sulselā.
āAksi ini adalah pesan langsung kepada Presiden, Menteri BUMN, sekaligus Direktur Utama PT. Pelindo agar mengakhiri dan menghentikan kegiatan peluasan Makasar New Port yang kami anggap memiliki dampak yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat khususnya di Pulau-Pulau kecil seperti Pulau Kodingarengā ungkap Muhammad Al Amin.
Amin menjelaskan, proyek ini merenggut sumber mata pencaharian masyarakat yang selama ini menggantungkan pada hasil laut.Ā proyek reklamasi berdampak besar pada perokenomian masyarakat nelayan di pulau Kodingareng Makasar. Terbukti dari riset yang dilakukan oleh Koalisi Save Spermonde menunjukan bahwa aktivitas yang dilakukan sepanjang Februari- agustus dinilai merugikan nelayan.
Direktur WALHI Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin yang juga ketua riset ini menjelaskan ā Sejak Agustus hingga Desember 2020, kami melakukan riset di Pulau Kodingareng, dimana hasilnya menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir laut telah merusak ekosistem yang berakibat pada menurunnya hasil tangkapan nelayan. Bahkan hingga saat ini nelayan dan keluarganya mengalami krisis keuangan tidak mampu membeli kebutuhan pokokā dikutip dalam ekspose hasil riset via daring, selasa (9/3/2021)
Akibat dari kegitan penambangan pasir ini menjadikan air laut keruh yang berdampak pada rusaknya terumbu karang. Terumbu karang yang rusak akan merusak ekosistem laut dan ekosistem yang rusak akan berakibat pada hasil tangkap nelayan.Ā
Selain pada ekosisitem laut, penambangan pasir laut ini menyebabkan perubahan yang signifikan pada dasar laut sehingga pola arus dan gelombang menjadi besar. Sebelumnya besar ombak hanya mencapai satu meter tetapi saat ini sudah mencapai tiga meter.Ā
āKetinggian dan arus ombak di seikitar Copong Lompo berubah drastis sejak adanya aktivitas penambangan ini. Hal ini menyebabkan terjadinya abarsi di daerah pantai nelayan, selain itu peningkatan sedimen tersuspensi telah merusak ekosistem terumbu karang sehingga menurunkan populasi ikan disekitar perairan Spermondeā ujar Muhammad Al AminĀ
Ombak yang tinggi juga arus yang datang tanpa jeda membuat nelayan kesulitan mencari ikan di perairan tersebut. Akibatnya banyak anak putus sekolah, hutang meningkat hingga 10 kali lipat dan lebih parahnya banyak nelayan yang tak bisa memenuhi kebutuhan pokok.Ā
Saat ini walaupun kegiatan penambangan pasir sudah dihentikan, namun nelayan wilayah Spermonde masih belum stabil. Para nelayan masih kesulitan melaut, hasil tangkapan para nelayan belum kembali normal seperti sebelum adanya penambangan. Penyebabnya adalah gelombang air yang naik serta keruhnya air laut yang terus menyebar ke wilayah lain dan mengendap di terumbu karang.Ā
Aswin salah seorang nelayan Pulau Kodingareng mengungkapkan āSekarang kondisi di Copong itu telah berubah sejak kapal pengeruk pasir beroperasi di perairan Spermonde. Daerah tangkapan ikan di sekitar Copong selalu keruh seperti air cucian beras. Para nelayan pun sangat sulit mendapatkan hasil tangkapan seperti duluāĀ
Koalisi Save Spermode ini juga mendesak Gubernur dan DPRD untuk merevisi RZWP3K yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Koalisi ini juga meminta pada Gubernur untuk tegas pada perusahaan agar bertanggung jawab penuh atas kerugian yang menimpa para nelayan akibat penambangan pasir.
Koalisi Save Spermonde mendukung sepenuhnya perjuangan masyarakat dalam meminta keadilan Pemerintah untuk melindungi hak asasi masyarakat pesisir dan ekosistem laut, serta melakukan penegakan hukum terhadap perusak lingkungan.Ā
Baca juga: Reklamasi Bukan Solusi, Ini Dampaknya Terhadap Laut!
Sumber: Koalisi Save Spermonde, Greenpeace, Walhi, Beta Hita, Villagers Post
Tanggapan