Kerang Hijau si Penyelamat Air Laut, Benarkah?
Kerang hijau atau dikenal sebagai Green Mussels adalah binatang lunak (moluska) yang hidup di laut, bercangkang dua dan berwarna hijau. Kerang hijau merupakan organisme yang termasuk kelas Pelecypoda. Golongan biota yang bertubuh lunak (mollusca).
Kerang hijau termasuk hewan dari kelas pelecipoda, kelas ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia. Hewan ini disebut juga pelecys yang artinya kapak kecil dan podos yang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih seperti mata kapak.
Hewan kelas ini pun berinsang berlapis-lapis dan sering disebut Lamelli branchiata. Kerang hijau juga memiliki nama-nama lokal antara lain kijing (Jakarta), kemudi kapal (Riau), kedaung (Banten), bia tamako (Maluku Utara).
Seperti yang kita tau bahwa jenis kerang ini sangat populer di kalangan masyarakat pecinta seafood. Tak hanya dikenal enak, jenis binatang laut ini tergolong mudah didapatkan. Selain itu, jenis binatang laut ini juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia dari mulai menghilangkan nyeri sendi, mengurangi gejala yg ditimbulkan dari asma dan lain sebagainya.
Kerang jenis ini mengandung vitamin dan mineral yang tinggi serta dianggap juga sebagai jenis binatang laut sumber protein rendah lemak.
Ketika hidangan seafood jenis kerang hijau ini melambung tinggi, patut kita khawatirkan akan ketamakan ataupun kerakusan dari manusia itu sendiri sehingga dapat merusak populasi binatang laut jenis kerang hijau ini hanya untuk memuaskan hasil untung marketing penjualan makanan seafood yang dapat berakibat merusak ataupun memperburuk ekosistem laut.
Kita boleh menikmati hasil laut namun kita juga bisa membatasi diri dan menerapkan banyak ilmu pengetahuan mengenai dampak-dampak seperti apa yang akan terjadi ketika kita sudah tergolong berlebihan dan tidak mementingkan kehidupan biota laut.
Perlu kita ketahui juga selain kerang hijau ini memiliki manfaat bagi tubuh manusia, ternyata kerang hijau ini juga memiliki manfaat bagi laut itu sendiri contohnya dengan fakta dan data yang ada bahwa kerang hijau ini dapat menjernihkan air laut yang rusak akibat pencemaran.
Baru-baru ini telah dilakukan penelitian oleh beberapa komunitas yang peduli akan laut. Sekitar 105 orang yang berasal dari berbagai komunitas di Jakarta, seperti Forum CSR DKI Jakarta, Rumah Milenial, Teens Go Green, dan Sekolah Rakyat Ancol mengikuti kegiatan restorasi kerang hijau di Pantai Ancol, Jakarta Utara.
Kegiatan restorasi ini merupakan upaya untuk menjernihkan kembali perairan di sekitar Ancol yang makin rusak akibat pencemaran. Restorasi kerang hijau ini dengan cara menyebarkan kulit atau cangkang kerang hijau sebanyak kurang lebih 3 ton.
Dari hasil riset tercatat bahwa sebanyak 1 kilogram (kg) kerang hijau dapat menjernihkan 10 liter air dalam waktu satu jam. Kerang hijau sendiri merupakan filter feeder atau filter alami dari perairan laut yang bisa digunakan memperbaiki kualitas air.
Kegiatan restorasi kerang hijau sudah pernah lebih dulu dilakukan di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Di Indonesia, program ini dimulai dan diinisiasi oleh pihak Taman Impian Jaya Ancol.
Restorasi kerang hijau di laut Ancol jadi program jangka panjang PT Pembangunan Jaya Ancol dimulai sejak 2018 dengan tujuan memulihkan ekosistem perairan Teluk Jakarta dan mengembalikan kualitas airnya.
Cangkang kerang hijau yang disebar tersebut berfungsi sebagai media bagi bibit kerang hijau. Nantinya, bibit kerang hijau akan menempel di sekitar dinding cangkang tersebut.
Jika sudah berhasil menempel dan berkembang, Yus mengatakan dalam waktu 2 – 3 bulan, kerang sudah mampu menyerap polutan di dalam laut. data menyebutkan bahwa sudah ter sebar 600 kilogram, hasilnya kondisi air semakin baik dan muncul beberapa biota di laut Ancol, seperti kepiting.
Dengan adanya data dan fakta mengenai Penelitian bahwa kerang hijau ini memiliki peran penting bagi laut maka kita sebagai manusia harus lebih sadar lagi dalam memanfaatkan biota laut dan menjaga biota laut.
Baca Juga: Asah Daya Pikir dengan Bermain Pasir Pantai
Editor: J. F. Sofyan
Tanggapan