Memantau Bawah Laut Negeri Kataloka, Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku

Kondisi ekosistem terumbu karang

Negeri Kataloka merupakan salah satu wilayah pemerintahan kerajaan adat di Kepulauan Gorom yang membawahi 24 kampung, Kataloka menjadi salah satu Negeri adat terbesar di Kabupaten Seram Bagian Timur.

Anak-anak di Negeri Kataloka. / Foto: FDC IPB University

Tim Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University menyelam di sembilan lokasi penyelaman. Terdiri dari 3 lokasi di Pulau Gorom, 2 lokasi di Pulau Koon, dan 4 lokasi di Pulau Grogos, Kabupaten Seram Bagian Timur. Ekspedisi dilakukan selama 30 September hingga 6 Oktober 2023.

Kesembilan lokasi penyelaman tersebut masuk ke dalam Petuanan Negeri Kataloka dan beberapa diantaranya masuk ke dalam Kawasan Konservasi Perairan Pulau Koon.

Peta titik penyelaman dan pengamatan ekosistem terumbu karang Eksepdisi Zooxanthellae. / Gambar: FDC IPB University

Hasil penyelaman dan pengamatan secara keseluruhan menunjukkan ekosistem terumbu karang di seluruh lokasi masih tergolong dalam kategori baik. Penilaian mengacu pada standar penilaian Kepmen LH No 4 tahun 2001.

Setidaknya ditemukan 1.118 koloni karang dengan 69 genus dan didominasi oleh kategori karang keras dengan genus Acropora. Bentuk pertumbuhan karang (lifeform) paling banyak ditemukan yakni coral braching (karang bercabang).

Acropora Branching. / Foto: FDC IPB University

Tim mencatat biomassa ikan di seluruh lokasi penyelaman mencapai 50 ton dengan jumlah ikan mencapai 10.477 individu dari 233 spesies. Spesies ikan terumbu didominasi oleh Pterocaesio randallli (ikan ekor kuning).

Pterocaesio randallli (ikan ekor kuning). / Foto: FDC IPB University
Ekspedisi Zooxanthellae
Sekawanan ikan kakaktua bungkuk hijau (Bolbometopon muricatum). / Foto: FDC IPB University

Makroenthos tercatat sebanyak 22.337 individu dari 135 spesies dan didominasi oleh spesies Atrolium robustum (Tunikata). Tunikata (Tunicate) adalah hewan laut yang diam atau menempel (sesil) pada bebatuan. Sebagian Tunicata yang lain hidup seperti plankton.

Tunikata Atrolium robustum menempel pada karang Acropora. / Foto: FDC IPB University

Tuikata sering disebut juga sebagai sea squirts (penyemprot laut). Mereka adalah kelompok hewan laut yang primitif. Saat dewasa mereka muncul sebagai benjolan tak berbentuk yang melekat pada batu atau benda bawah air lainnya.

Sosial Budaya Warga Negeri Kataloka

Selain dari ekologi, sisi sosial budaya masyarakat Negeri Kataloka memiliki adat yang masih dipraktikkan. Di sana terdapat budaya Sasi atau “Ngam” dan aktivitas “Meti Ara”.

Budaya Sasi dalam kehidupan masyarakat adat di Maluku telah ada sejak dulu dan merupakan salah satu bentuk praktik kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya alam baik laut maupun darat secara arif dan bijaksana.

Sasi merupakan suatu aturan larangan sementara dalam waktu tertentu untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebelum waktu yang ditentukan selesai. Sehingga keberadaan sumberdaya alam dapat memilliki ruang untuk memulihkan dirinya dan tidak terganggu dengan pemanfaatan.

“Meti ara” merupakan aktivitas penangkapan ikan masyarakat Pulau Grogos dengan menggunakan bantuan Tali Koor dan Akar Borre.

Tali Koor merupakan jaring cincin yang dibentangkan untuk mencegah ikan kabur. Akar Borre adalah sebuah tumbuhan yang ada di Pulau Koon digunakan masyarakat lokal untuk menganestesi ikan selama penangkapan.

Warga sedang melakukan “meti ara”. / Foto: FDC IPB University

Dengan adanya kegiatan Ekspedisi Zooxanthellae ini diharapkan laut di Pulau Gorom, Koon, dan Grogos dapat terus terpantau dan terjaga kelestariannya. Serta budaya dan tradisi sosial masyarakat Negeri Kataloka dapat lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas.***

Tim ekspedisi Zooxanthellae berfoto bersama. / FDC IPB University

Ditulis oleh: Nurul Wahidah Qurrotu’ayni Manik, anggota Fisheries Diving Club

Baca juga: Serial Cerita Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan