Menyelami Keheningan yang Terancam: Mengungkap Polusi Suara di Perairan dan Dampaknya Pada Kehidupan Laut

Di balik keindahan permukaan air yang tenang dan sunyi, tersembunyi suatu ancaman tak terlihat yang mengganggu harmoni samudera, polusi suara.

Perairan yang seharusnya menjadi tempat kedamaian dan kehidupan, kini semakin terpengaruh oleh kebisingan buatan manusia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena polusi suara di perairan dan dampak yang ditimbulkannya pada ekosistem laut yang rapuh. Bersiaplah untuk merenungkan tentang konsekuensi yang mungkin tak terbayangkan dari keributan yang kita ciptakan.

Dalam keseimbangan alam, suara memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan laut. Dengungan lembut terumbu karang dan seruan megah paus menjadi simfoni tak terpisahkan dari kehidupan bawah laut. Namun, saat manusia memasuki perairan ini dengan aktivitas bisingnya, harmoni itu pun terganggu.

Kegiatan seperti pembangunan kapal, pengeboran lepas pantai, dan eksplorasi minyak dan gas memberikan sumbangan signifikan pada polusi suara di perairan.

Dampak polusi suara di perairan tak terelakkan bagi berbagai spesies laut yang bergantung pada komunikasi akustik untuk bertahan hidup.

Bagi ikan, pola reproduksi mereka, seperti pemilihan pasangan dan panggilan untuk memikat, dapat terganggu oleh kebisingan berlebihan. Ikan yang terjebak dalam bising mungkin kesulitan menemukan pasangan yang tepat atau mendeteksi bahaya yang mengintai mereka.

Namun, yang paling terdampak adalah mamalia laut yang sangat sensitif terhadap suara. Lumba-lumba, paus, dan anjing laut, yang bergantung pada sonar alami mereka untuk berorientasi, berkomunikasi, dan mencari makanan, mengalami kesulitan serius akibat polusi suara.

Suara frekuensi tinggi dari kapal-kapal dan sonar militer dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan mencari makanan dengan efektif.

Paus laut, sebagai contoh, sering menjadi korban tabrakan kapal karena mereka tidak dapat mendeteksi ancaman yang mendekat dengan tepat.

Paus mati terdampar. / Foto: Greenpeace

Ekosistem laut secara keseluruhan juga menderita akibat polusi suara di perairan. Penelitian menunjukkan bahwa kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan dan reproduksi plankton, yang merupakan dasar rantai makanan di laut. Penurunan populasi plankton ini kemudian dapat berdampak pada ikan, burung laut, dan makhluk lain yang bergantung pada sumber daya tersebut.

Pertanyaannya adalah, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi polusi suara di perairan dan melindungi ekosistem laut yang rapuh?

Pertama-tama, diperlukan langkah-langkah regulasi yang lebih ketat untuk mengurangi kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia di laut.

Pembatasan kecepatan kapal di area sensitif, penggunaan teknologi yang lebih tenang dalam eksplorasi minyak dan gas, serta penerapan tata kelola yang lebih ketat dalam pengeboran lepas pantai adalah langkah-langkah penting yang dapat diambil.

Selain itu, pendidikan dan kesadaran publik juga sangat penting. Dengan memahami dampak polusi suara di perairan, kita sebagai masyarakat dapat berkontribusi dengan menghindari penggunaan peralatan yang menghasilkan kebisingan tinggi dan mematuhi zona perlindungan laut.

Dalam keriuhan kehidupan modern kita, seringkali kita melupakan bahwa ekosistem laut adalah warisan yang harus dijaga bagi generasi mendatang.

Polusi suara di perairan adalah masalah nyata yang harus mendapat perhatian serius kita. Melalui tindakan kolektif, kita dapat mengembalikan keheningan yang hilang dan melindungi kehidupan laut yang luar biasa ini.

Setiap langkah kecil yang kita ambil membawa kita lebih dekat pada keseimbangan yang lebih baik antara manusia dan alam. Jadi, mari kita bahu-membahu menjaga samudera yang megah ini agar tetap menjadi tempat kehidupan yang tak tertandingi.

Dalam perspektif keislaman, pelestarian lingkungan dan menjaga harmoni alam adalah kewajiban bagi umat. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad memberikan pedoman bagi umat Islam untuk menghormati dan melindungi alam, termasuk perairan dan ekosistem laut.

Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan keindahan dan keseimbangan yang sempurna. Dalam Surat Al-Baqarah (2:29), Allah berfirman: “Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu di bumi untuk kamu, kemudian Dia melayangkan kepada langit dan menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Ayat ini menggarisbawahi tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan memelihara ciptaan Allah.

Polusi suara di perairan merupakan pelanggaran terhadap tugas tersebut. Dalam Islam, konsep “himayah” atau tanggung jawab menjaga dan melindungi alam dipahami sebagai tugas utama manusia.

Polusi suara yang mengganggu kehidupan laut adalah bentuk pelanggaran terhadap himayah tersebut, karena mengganggu keseimbangan dan mengancam keberadaan makhluk hidup di laut.

Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya keadilan dan keseimbangan dalam hubungan antara manusia dan alam.

Gerombolan ikan tuna. / Foto: Alex Hofford / Greenpeace

Dalam Surat Al-A’raf (7:56), Allah melarang manusia membuat kerusakan di bumi setelah Dia memperbaikinya. Hal ini mencakup juga perusakan lingkungan laut, termasuk polusi suara yang mengganggu kehidupan laut yang rentan.

Sebagai umat Muslim, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keberlanjutan dan keindahan ciptaan Allah SWT.

Dalam menghadapi polusi suara di perairan, kita dapat merujuk pada ajaran Islam dan mengambil tindakan nyata untuk mengurangi dampak negatifnya. Hal ini meliputi mendukung kebijakan perlindungan lingkungan, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut, dan melakukan tindakan praktis untuk mengurangi kebisingan manusia di perairan.

Dengan menghubungkan polusi suara di perairan dengan ajaran Islam, kita dapat memperkuat pemahaman kita tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memelihara harmoni dengan alam.

Agama dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi tambahan untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap alam yang indah ini, menjaga keberagaman hayati di perairan, dan memastikan keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.***

Baca juga: Peranan Akar Bahar Melalui Lensa Dua Alam: Dunia Pasar Dan Dunia Bawah Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan