Konservasi Pasir Putih Situbondo dengan Metode Taman Karang dan Rumah Ikan

Perubahan iklim yang ekstrem mempengaruhi kondisi terumbu karang di seluruh perairan dunia. Para ahli bahkan memprediksi, generasi mendatang terancam tak bisa melihat keindahan terumbu karang bawah laut.

Dampak perubahan iklim pada ekosistem karang juga terjadi di perairan Situbondo, Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari tutupan karang hidup yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Untuk mengatasi kerusakan terumbu karang yang cukup parah, tercatat sebanyak 7.700 terumbu karang sudah diadopsi dan ditransplantasi (Kompas.com, 2022).

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang di pantai Situbondo yakni adanya perubahan vegetasi. Wilayah ekosistem karang awalnya dikelilingi oleh jenis hutan heterogen yang ditumbuhi berbagai jenis pohon berakar kuat. Namun, belakangan banyak kawasan yang berubah menjadi hutan homogen yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman saja.

Penyebab lainnya adalah banyaknya praktik destructive fishing, yakni penangkapan ikan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Nelayan menggunakan metode ini agar mudah mendapatkan hasil tangkapan. Padahal, cara-cara ini justru merusak wilayah tangkap dan habitat alami ikan. Sejumlah alat dan bahan yang dapat merusak ekosistem terumbu karang diantaranya bom ikan, trawl, sianida, dan lain-lain.

Selain itu, kerusakan terumbu karang tidak hanya berdampak pada biota laut saja melainkan terhadap ekonomi dan sosial masyarakat yang tinggal di pesisir.

Di Kecamatan Bungatan, Situbondo kerusakan terumbu karang berdampak pada berbagai sektor seperti perikanan, pariwisata dan ekonomi. Berdasarkan penelitian Inggeni et al, 2021, dalam sektor perikanan, kerusakan terumbu karang menyebabkan ikan bermigrasi ke perairan lain karena kondisi perairan yang buruk dan tidak aman untuk ditempati, sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan.

Di sektor pariwisata, rusaknya ekosistem terumbu karang akan menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. Ini akan berdampak pada jumlah pengunjung dan berpotensi menurunkan pendapatan masyarakat.

Pantai Pasir Putih Situbondo memiliki terumbu karang sekitar 23-49% dan termasuk kategori rendah. Apabila tidak ada upaya pencegahan, kondisi ini bisa mengakibatkan habitat terumbu karang mengalami pemutihan karang (coral bleaching) bahkan kerusakan kawasan pesisir.

Perbadingan ekosistem terumbu karang sehat dan rusak. / Foto: Steve De Neef/Greenpeace

Pemanfaatan taman karang dan rumah ikan dapat dilakukan untuk mengembalikan ekosistem laut yang rusak karena menurunnya sumberdaya perikanan di suatu wilayah pesisir.

Maka dari itu, dibutuhkan upaya konservasi terumbu karang sebagai berikut:

1. Pembuatan Taman Karang dengan Transplantasi In Situ

Taman karang in situ memiliki budget yang relatif murah dan mudah yakni tidak memerlukan pergantian air karena ada sirkulasi secara alami. Karang transplantasi memerlukan banyak oksigen dan cahaya yang cukup untuk proses recovery dan penyembuhan luka akibat pemotongan (Anthony and Hoegh-Guldberg, 2003).

Teknologi transplantasi karang merupakan usaha mengembalikan terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat yang mengalami kerusakan.

2. Rumah Ikan (Fish Apartment)

Fish apartement merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kerusakan ekosistem terumbu karang. Fungsinya untuk menarik dan mengumpulkan ikan dan kehidupan lainnya dengan menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan tambahan dengan substrat yang luas.

Pembuatan rumah ikan terbuat dari bahan plastik polyphrophylene. Plastik ini memiliki banyak keuntungan seperti awet, tahan lama dan tidak beracun. Hal ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi bahan tidak ramah lingkungan, ringan, murah dan mudah dalam pelaksanaanya. Pembuatan rumah ikan dapat ditambah atraktor berupa cangkang kerang ataupun pita plastik (Kamaali, 2016). Hal ini bertujuan agar dapat menarik ikan untuk berpijah dan fishing ground. Inovasi atraktor dalam rumah ikan tidak hanya berupa cangkang kerang melainkan juga daun-daun yang dapat menarik ikan seperti daun kelapa.

Kedua upaya konservasi tersebut diharapkan dapat menjadi ragam cara untuk memulihkan kerusakan terumbu karang di Indonesia. Selain memperbaiki ekosistem terumbu karang, juga dapat menjadi salah satu solusi untuk menggerakkan perekonomian masyarakat pesisir melalui pelestarian kawasan ekowisata, objek kajian bagi akademisi, tempat edukasi bagi pelajar dan mahasiswa, dan lain sebagainya.

Pemulihan ekosistem terumbu karang membutuhkan waktu yang lama, mencapai 7-10 tahun. Karena itu dibutuhkan kontribusi pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat, dalam menangani kerusakan ekosistem terumbu karang sehingga wilayah laut tetap terjaga.***

Baca juga: Mikroplastik di Ekosistem Lamun

Editor: J. F. Sofyan

Referensi:

Kamaali, M.W., Baskoro, M.S., Wisudo, S.H. (2016). Pengkayaan Sumberdaya Ikan Dengan Fish Apartment di Perairan Bangsring, Banyuwangi. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan vol 7 no 1

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/13/180158878/rusak-parah-7700-terumbu-karang-di-pantai-pasir-putih-situbondo-diadopsi?page=2

http://prosiding-semnas.fpik.ub.ac.id/index.php/prosemfpik/article/view/40/40

https://jiat.ub.ac.id/index.php/jiat/article/view/44/66

https://unars.ac.id/ojs/index.php/integritas/article/view/1340

https://ojs.ekasakti.org/index.php/UJSR/article/view/358/322

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan