Ekspedisi Greenpeace di Laut Lepas (Part-1): Antartika, Atlantik, Pegunungan Bawah Laut, Amazon Reef

ekspedisi greenpeace di laut lepas

Greenpeace telah melakukan ekspedisi di laut lepas dari Kutub ke Kutub. Sebuah perjalanan epik untuk mengungkap keajaiban yang ada di bawah permukaan lautan dan berbagai ancaman yang terjadi.

Misi Greenpeace untuk mengamankan Perjanjian Laut Global, yang disepakati di PBB, untuk melindungi lautan yang terletak di luar perairan nasional.

Ilmuwan, media, dan pakar kelautan telah bergabung dengan awak kapal Greenpeace Esperanza, untuk melakukan penelitian ilmiah tentang kehidupan laut dan mendokumentasikan aktivitas manusia yang merusak seperti penangkapan ikan berlebihan, polusi plastik, dan dampak perubahan iklim.

Greenpeace menginginkan Perjanjian Laut Global karena dapat membuka pintu ke jaringan suaka laut (Marine Protected Area) di seluruh dunia. Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa ketika wilayah laut yang luas dilindungi, kehidupan laut dan habitatnya mulai pulih dengan cepat.

Hal ini tidak hanya berarti penyu, hiu, dan paus akan diberi ruang di mana mereka aman dari banyak bahaya yang dihadapi manusia, tetapi juga akan membantu perjuangan untuk melawan kerusakan iklim. Karena lautan yang sehat sangat penting untuk menjaga kestabilan iklim kita.

Antartika

Pada bulan Januari 2020, kapal Greenpeace Esperanza tiba di Antartika yang penuh dengan kehidupan dan jauh, tidak heran bagian dunia yang luar biasa ini telah menangkap imajinasi kita selama berabad-abad.

Tapi hari ini Antartika sedang terancam oleh krisis iklim, dan banyaknya satwa liar yang tinggal di sana juga terancam.Sebuah tim ilmuwan bergabung dalam ekspedisi untuk mensurvei koloni penguin yang tidak tercatat selama beberapa dekade. Ini termasuk mencatat puluhan ribu penguin (dengan tangan!).

Dengan mengamati koloni penguin, para ilmuwan dapat lebih memahami bagaimana perubahan iklim dan ancaman lain berdampak pada mereka.

Jumlah penguin di Antartika telah turun hampir 60% dengan beberapa koloni kehilangan sebesar 77% populasinya sejak terakhir dihitung pada awal tahun tujuh puluhan.

Mengapa dunia yang lebih hangat akibat krisis iklim membuat lebih sedikit penguin? Sebagian besar tentang makanan. Seperti banyak hewan Antartika, penguin ini hidup dari krill, yang semakin sulit ditemukan karena es semakin sulit diprediksi.

Tekanan pada pasokan makanan dari laut ini, dikombinasikan dengan perubahan pada tanah tempat mereka bersarang dan membesarkan anak-anaknya.

Atlantik Barat yang Liar

Ratusan mil lepas pantai, di luar jangkauan laut teritorial nasional atau perhatian publik, lautan lepas bisa menjadi tempat tanpa hukum. Dan itu terjadi di Atlantik barat daya.

Aktivis Greenpeace Andino memprotes kurangnya regulasi untuk industri perikanan di Atlantik Selatan dengan memasang spanduk sepanjang 25 meter di pelabuhan Montevideo, Uruguay, dengan pesan “Ocean Looters”. Pelabuhan tersebut secara teratur menampung kapal yang menangkap ikan di wilayah perairan yang tidak diatur (Laut Lepas) di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Argentina.

Lebih dari 40 spesies di daerah ini terancam, dan merupakan rumah bagi Paus Sikat Selatan yang cantik. Akan tetapi di sini juga merupakan tempat penangkapan ikan yang sebagian besar tidak memiliki regulasi, tempat kapal pukat raksasa menyapu kehidupan laut.

Paus sikat selatan (Eubalaena australis) berenang di lepas pantai Argentina.

Banyak dari kapal penangkap ikan ini menurunkan tangkapan mereka di pelabuhan Montevideo di Uruguay.

Ghost Nets dan Pegunungan Bawah Laut

Kedengarannya seperti plot cerita fantasi fiksi ilmiah, tetapi jauh di lepas pantai Afrika Selatan memang ada gunung bawah laut. Itu dipenuhi dengan ghost nets (sampah jaring penangkap ikan) yang ditinggalkan oleh kapal penangkap ikan industri selama bertahun-tahun.

Gunung Vema memang masih asri dan penuh dengan kehidupan, namun ikan dan hewan lainnya masih saja terjerat (bahkan terbunuh) di alat tangkap yang terbengkalai ini.

Juru kampanye laut Greenpeace Jerman, Thilo Maack bertemu dengan Tristan Rock Lobster (Jasus tristani) di salah satu puncak Gunung Bawah Laut Vema.

Tim di atas kapal Greenpeace Arctic Sunrise menyelidiki peran gunung laut ini dan yang lainnya yang serupa dalam menjaga keseimbangan lautan kita, dan mendokumentasikan dampak penangkapan ikan berlebihan yang merusak yang mungkin terjadi pada habitat yang kaya akan kehidupan laut ini.

Mengungkap Rahasia Amazon Reef

Terumbu karang mesofotik. Pengambilan video diambil pada kedalaman 100 meter di Amazon Reef. Terumbu karang mesofotik dicirikan oleh keberadaan karang dan alga yang bergantung pada cahaya, dan organisme yang dapat ditemukan di air dengan inntensitas cahaya rendah.

Pada akhir Agustus 2019, Kapal Greenpeace Esperanza kembali ke Amazon Reef yang indah, yang telah menjadi pusat kampanye jangka panjang melawan perusahaan minyak raksasa yang berencana mengebor di dekat habitat unik ini.

Di Amazon Reef, para ilmuwan di atas kapal dengan cepat membuat penemuan baru yang penting – setelah melihat induk paus dan anaknya, mereka memastikan bahwa wilayah Amazon Reef adalah area berkembang biak bagi paus.

Penyelam kembali ke permukaan dari eksplorasi di zona 100 meter. Airnya sarat dengan sedimen tetapi jarak pandangnya masih bagus. Mereka mencapai permukaan dalam tiga jam.

Ekspedisi ini juga melihat penyelaman dalam manusia pertama di Amazon Reef. Tidak terbebani oleh kapal selam mini yang digunakan pada perjalanan sebelumnya, penyelam scuba dapat mengumpulkan gambar yang luar biasa tajam dari satwa liar karang yang menakjubkan.

Sebagai bagian dari upaya untuk memahami satwa liar di daerah ini, tim juga melacak sekelompok penyu belimbing dari sarang mereka di French Guyana, di ujung utara Amazon Reef yang merupakan studi jangka panjang. ***

Baca juga: Ekspedisi Greenpeace di Laut Lepas (Part-2) : Laut Sargaso, Kota yang Hilang, Arktik

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan