“Menyelam” di Laut Banda Sambil Minum Air

“Menyelam di Laut Banda Sambil Minum Air”. Setelah misi yg di Ambon terselesaikan, kita lanjut berlayar ke kepulauan Banda yang memakan waktu 8 jam.

Sesampai disana, kita disambut oleh pemandangan yang menakjubkan perpaduan antara gunung, pulau-pulau dan Laut.

Gunung Banda
Potret Gunung Banda/Foto: Alfi Khairi

Tak hanya gunung dan laut yang dipunyai kepulauan Banda, peninggalan bersejarah tak boleh dilewatkan jika kamu kesini. Ada Benteng, Istana Mini Banda dan lainnya.

Sunset di Banda
Matahari terbenam/Foto: Alfi Khairi

Kalau kita berlibur ke Kepulauan Banda tidak akan puas jika hanya sehari atau dua hari, ditambah lagi karena Kapal Nggapulu adanya setiap 4 hari sekali berlayar melewati Banda Naira – Ambon, haha.

Banda
Anak-Anak SD di Banda/Foto: Alfi Khairi

Tapi memang benar, jika ingin menjelajah minimal 4 hari atau seminggu atau lebih. Dengan begitu kita dapat menikmati keindahan semua yang ada di Banda Neira dan syaratnya yang kita harus lakukan ialah menjaga semua yang ada disana tanpa mengotori, merusak, maupun mengambil barang-barang yang tidak seharusnya diambil.

Banda
Berfoto bersama siswa Sekolah Dasar di Banda/Foto: Alfi Khairi

Seperti yang penulis bilang, menjaga semua yang ada disana. penulis dan teman-teman melakukan misi Save the Reef yaitu memberi edukasi kepada teman-teman di SD Inpres Lonthoir yang ada di Pulau Banda Besar tentang betapa pentingnya Terumbu Karang untuk keberlangsungan hidup ikan-ikan dilaut.

Banda dan Pala
Buah Pala di Banda/Foto: Alfi Khairi

Ayo jaga dan selamatkan karang hingga ikan berenang, agar semua orang senang.

Banda
Berfoto bersama di Rumah Bersejarah di Banda Naira

Baca juga: Young Explorer 2019 #5 – Banda Neira Surga Indah di Timur Indonesia

“Kepada penumpang kapal Ngapulu, dalam beberapa saat kami akan tiba di pelabuhan Banda Neira”

“YAAY!!!”

Suara sorak gembira adik-adik sekolah alam. Selengkapnya klik di sini.

Editor: Jibriel Firman

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan