Laut Jadi TPA ?

Keindahan beberapa laut Indonesia yang didominasi dengan warna biru dan hijau, belakangan ini diganggu oleh warna warni indah dari sampah yang mengapung dipermukaan air seolah laut jadi TPA, ada plastik bungkus makanan, botol minuman, dan yang paling mendominasi yaitu sampah styrofoam.

Sampah yang kebanyakan bersumber dari sungai dan muara ini, menjadi ancaman tersendiri bagi biota laut maupun keseimbangan kehidupan kita. Menjadi aliran terakhir, laut menjadi titik temu dari sampah yang terbawa arus.

Masalah ini menjadi pekerjaan rumah, tidak hanya mereka yang bertugas sebagai pemelihara lingkungan, tapi juga saya dan kita semua yang menjadi sumber dari sampah itu sendiri.

Miris rasanya saat melihat pemberitaan mengenai beberapa makhluk laut yang harus terbunuh hanya karena sampah, seperti seekor paus Sperma yang mati di Laut Waka Tobi di tahun 2018 silam, dan dilansir dari indozone.id, di dalam tubuh paus tersebut ditemukan 5,9 kilogram sampah plastik.

Laut jadi TPA
Orang-orang bermain di tengah limbah plastik di pelabuhan Muncar. Sekitar 1 ton plastik bocor ke laut dari Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia mengumumkan komitmen berani untuk mengurangi tingkat plastik samudra negara sebesar 70 % di 2025 / Foto: Instagram/Fotografer Ulet Ifansasti

Kasus kematian biota laut bukan hanya terjadi satu atau dua kali saja, namun sudah sangat sering terjadi, dan semakin parah saja. Lamanya masa sampah dapat terurai memperbanyak persoalan dalam penanganan penumpukan sampah di laut.

Penumpukan sampah juga terjadi dipulau jawa, dan beberapa pulau besar di Indonesia. Seperti dilansir dari detik.com di pesisir laut kabupaten Polewali Mandar ada sedikitnya 3 ton sampah yang berhasil dikumpulkan.

“Ada sedikitnya 3 ton sampah yang berhasil terkumpul dalam kegiatan bersih-bersih pantai ini. Hari ini juga dilakukan pemilahan sampah oleh adik-adik,” kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Polewali Mandar, Hikmah, Minggu (20/9/2020)

ancaman bagi biota laut

Hikmah juga menyebutkan sampah yang banyak berserakan di pesisir pantai, tidak lagi didominasi oleh sampah rumah tangga warga sekitar, melainkan sampah kiriman dari daerah lain.

“Sebagian besar sampah di pesisir pantai adalah kiriman, apalagi kampung baru dekat dengan muara, otomatis sampah kiriman sangat banyak. Untuk itu, kami sudah melakukan edukasi kepada semua warga untuk tidak membuang sampah pada sembarang tempat, khususnya di laut,” tuturnya.

Selain biota laut, nelayan dan warga pesisir pantai adalah sebagian kecil yang terkena dampak dari sampah ini.

Semakin parahnya kondisi laut saat ini, membuat beberapa kampanye yang mengajak orang-orang untuk bijak dalam menggunakan plastik. Saya sendiri tengah mencoba untuk membiasakan diri menggunakan kantong kain untuk berbelanja dan mengurangi penggunaan kantong plastik.

laut jadi TPA
Seseorang sedang memungut botol plastik di kawasan Mangrove

Kebiasaan kecil seperti inilah yang nantinya akan berdampak besar bagi lingkungan terutama laut, saya sangat berharap masyarakat terkhusus kalangan muda bisa menyerap dan menerapkan kampanye untuk bijak dalam menggunakan plastik.

Satu plastik yang kalian buang dan berakhir di laut bisa membunuh 1 makhluk hidup di dalamnya. Jangan sampai hanya karena rasa malas untuk membuang sampah pada tempatnya, kita justru membahayakan ratusan juta makhluk yang ada di laut.

Sadar dan bijaknya kita yang nanti akan merubah krisis sampah ini.

Baca juga: su-re.co Merayakan 2021 Dengan Berbagai Pencapaian 

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan