Kima, Pahlawan Laut Indonesia yang Terancam Punah

Ada yang pernah mendengar nama kima? Atau jangan-jangan sahabat laut sehat baru kali ini mendengarnya? Yuk, kenalan lebih jauh tentang kima.

Kima dikenal orang luar negeri dengan sebutan giant clam. Yap, Benar sekali! Kima merupakan jenis kerang dari keluarga Tridacnidae, kelompok dari populasi moluska yang terbesar di dunia.

Mereka hidup di ekosistem karang yang menyebar di wilayah Indo-Pasifik. Tiap spesies kima, memiliki wilayah sebarannya sendiri.

Sebanyak 8 dari 12 spesies kima yang teridentifikasi di dunia, merupakan penghuni lautan Indonesia loh!

kima
Kima di dasar laut. / Foto: Alex Hofford / Greenpeace

Kedelapan spesies tersebut adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas), Kima Selatan (Tridacna derasa), Kima Sisik (Tridacna squamosa), Kima Lubang (Tridacna crocea), Kima Kecil (Tridacna maxima), Kima Pasir (Hippopus hippopus), Kima Cina (Hippopus porcellanus), dan Kimaboe (Tridacna kimaboe).

Kima Lubang merupakan spesies yang terkecil dengan ukuran cangkang maksimal hanya  mencapai 15 cm. Kima terbesar berasal dari spesies Kima Raksasa, ukuran cangkangnya saja dapat mencapai panjang 1,5 meter dengan berat lebih dari 300 kg.

Di Indonesia kima memiliki area penyebaran yang cukup luas. Mereka dapat ditemui di Selat Bali, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Pantai Barat Tapanuli, dan di Perairan Indonesia Timur.

Kima bernafas dengan insang yang berbentuk seperti lembaran berlapis-lapis. Beberapa jenis kima hidup menempel pada karang, ada juga yang menempel diantara karang maupun membenamkan diri di dalam karang.

Hal ini yang menyebabkan kima memiliki pergerakan yang terbatas. Kima memiliki warna mantel yang sangat cantik yang merupakan tempat hidup bagi zooxanthella.

Kima dewasa dapat memproduksi hingga jutaan sel telur loh. Namun sayangnya, hanya puluhan ekor saja yang dapat bertahan hidup hingga memiliki cangkang.

Kima memiliki pertumbuhan yang tergolong lambat, mereka hanya dapat berkembang sekitar 2-12 cm per tahunnya. Perkembangbiakan kima sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Mereka hanya tinggal di laut yang bersih.

Peran Penting Kima di Perairan

Kima
Kima di dasar perairan. / Foto: Greenpeace / Lorette Dorreboom

Kima memiliki peran yang vital bagi kehidupan bawah laut. Tubuh kima berperan sebagai penyaring alami air laut agar tetap bersih dan jernih. Saat proses mengambil makanan, kima akan membuka mulutnya dan menyedot air laut yang mengandung plankton.

Air laut tersebut akan disaring di dalam tubuh kima. Kemudian hasil penyaringan berupa air jernih akan dikeluarkan kembali setelah bersih dari hewan mikro. Air laut yang mengandung zat berbahaya seperti logam berat juga disaring oleh kima. Dalam sehari, kerang kima dapat menyaring hingga puluhan ton liter air laut.  Keren sekali kan?

Cangkang kima merupakan tempat menempel berbagai biota terumbu karang. Hidupnya dapat mencapai 200 tahun loh! Sehingga kima menjadi penyeimbang ekosistem laut yang keberadaannya sangat diperlukan. Kima memiliki kontribusi besar dalam menjaga perairan indonesia tetap sehat.

Kima Bernilai Ekonomis Tinggi

Kima

Kima memang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama jika dijual ke pasar luar negeri. Keberadaan kima yang terbatas justru semakin banyak dicari orang. Di pasar internasional harga daging kima mencapai 150 dollar per kg.

Kandungan gizi dari kerang kima juga kaya akan protein yang berguna bagi tubuh. Daging kima banyak dijadikan olahan menu makanan mewah. Bahkan daging kima juga dipercaya dapat memperlancar ASI bagi ibu menyusui.

Cangkang kerang raksasa juga bernilai tinggi jika dijual sebagai barang seni seperti untuk hiasan maupun koleksi. Kima juga dijual dalam kondisi hidup. Hewan ini banyak digemari sebagai biota hias akuarium karena bentuknya yang khas dan warna cangkang yang menarik.

Ancaman Kelestarian

kima

Kima termasuk salah satu biota laut yang dilindungi tak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999.

Sayangnya, saat ini kima berada diambang kepunahan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa populasi kima yang sudah sangat menurun drastis di alam karena eksploitasi berlebihan.

Berdasarkan hasil penelitian, populasi kima saat ini hanya didominasi oleh spesies kecil. Spesies terbesar seperti Tridacna gigas sudah tak lagi ditemukan di beberapa tempat dan berada diambang kepunahan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberlangungan hidup kima. Terutama tingginya manfaat ekonomi kima, menjadikan ia banyak diburu dan diperjual belikan. Kerusakan  ekosistem laut yang disebabkan oleh pencemaran air laut seperti sampah dan zat berbahaya.

Bahkan penggunaan bom ikan tidak hanya mengancam kelestarian ikan, namun juga menyebabkan penurunan populasi kima. Pengambilan kima secara paksa dengan merusak karang menggunakan linggis juga menyebabkan kerusakan habitat kima.

Pemerintah telah berupaya menjaga populasi kima agar stabil, salah satunya dengan melakukan kegiatan konservasi. Sebagai generasi penerus bangsa, mari kita turut mendukung upaya ini dengan menjaga kebersihan laut Indonesia.

Jangan membuang sampah ke laut, kurangi penggunaan plastik dan tentunya jangan mengambil kima dari alam ya, biarkan mereka melanjutkan hidupnya agar kita dapat terus melihat keindahannya.

Yuk, jaga kebersihan laut kita bersama-sama agar kehidupan biota bawah laut Indonesia tetap lestari!***

Baca juga: Pejuang Kima dari Konawe Utara

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan