Gaya Hidup Manusia yang Merusak Laut

Pertama saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pecinta laut🙏
Indonesia kaya akan lautan dari pada daratan nya.Akan tetap sangat miris, begitu banyak lautan tercemar, dikarenakan gaya hidup manusia tanpa kesadaran.

Pada 2050 para peneliti memperkirakan bahwa akan lebih banyak sampah di lautan kita berbanding dengan keanekaragaman hayati. Sampah adalah salah satu masalah besar bagi laut kita, namun bukan satu-satunya sumber permasalahan.

Meningkatnya penduduk bumi, berbanding lurus dengan meningkatnya pula kebutuhan dan aktivitas yang kita lakukan untuk hidup, kita semakin rakus terhadap alam. Alam semakin banyak menunjukkan tanda-tanda keluhannya kepada perilaku kita manusia.

Laut kita makin kotor, dan juga makin bising dengan segala aktivitas manusia. Kebisingan laut juga menjadi faktor bagi mahluk-mahluk bawah laut yang mengandalkan sonar untuk bernavigasi. Paus misalnya, kita menyaksikan sejak akhir 2020 sudah puluhan mamalia raksasa ini yang terdampar dan mati di perairan negeri ini.

Jumlah mamalia raksasa yang terdampar dan mati terus bertambah di perairan Indonesia. Negeri ini memegang peranan penting bagi lalu lintas keanekaragaman hayati Bumi, perairan tak tersentuh negeri ini menjadi jalur penarik minat para penjaga laut.

Namun beberapa tahun belakangan, nampak laut-laut kita menjadi jalur mimpi buruk bagi penghuni laut. Pesisir negeri ini bukan lagi sebagai persinggahan bagi mereka, tapi menjadi peristirahatan terakhir. Berulang kali kami coba ikut menyuarakan bahwa jangan pernah berpikir bahwa ini adalah permasalahan lautan, kami percaya, simpul permasalahan ini ada pada kita, manusia.

Apa yang kita lakukan di daratan pasti akan berujung di laut-laut kita pada akhirnya. Kalau tidak ada perubahan secara signifikan tentang bagaimana persepsi kita terhadapa permasalahan maritim maka jangan salahkan alam murka dan menunjukkan kekuatannya pada kita manusia.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan