Anak Ini Menangis Saat Menyaksikan Video “Lindungi Laut Kita” di Sekolah Dasar Satu-satunya yang Ada di Pulau Sumedang

Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, baik di kota, desa, dan pulau-pulau kecil. Sayangnya, kesenjangan pendidikan masih kita temui di pulau-pulau kecil seperti di Pulau Sumedang yang hanya memiliki 1 sekolah saja yaitu SDN 29 Membalong, Belitung.

Di sekolah yang menampung 60 siswa-siswi ini hanya ada 3 guru. Kegiatan belajar mengajar pun terpaksa dibagi menjadi 2 sesi.

Untuk bisa melanjutkan tingkat pendidikan ke tingkat SMP saja, anak-anak harus menyebrang ke pulau lain yang jauh dan memakan waktu. Bahkan beberapa warga memilih berpindah domisili demi menempuh pendidikan.

Sarana pendidikan yang layak belum sepenuhnya dapat dirasakan dengan mudah khususnya bagi warga di Pulau Sumedang. 

Pulau Sumedang
Seorang anak sekolah dasar pergi menuju SD satu-satunya yang ada di Pulau Sumedang. / Foto: Jibriel Firman

Kondisi ini penting untuk mendapat perhatian. Mengingat pendidikan adalah elemen penting untuk kemajuan sebuah bangsa.

Mengenalkan Bahaya Sampah Plastik Terhadap Laut kepada Anak-Anak Pulau Sumedang: Sampai Ada yang Menangis

Hampir terjadi di seluruh lautan Indonesia saat ini bahwa sampah plastik banyak mencemari. Begitu pun di Pulau Sumedang, di sana kami temukan banyak sampah-sampah plastik yang berserakan secara merata di sekeliling pantai yang ada di Pulau Sumedang.

Mengingat hal itu, saat ekspedisi pembela lautan kemarin kami membuat kegiatan untuk berbagi pengetahuan dan membangun semangat anak-anak di SD di Pulau Sumedang untuk menyadari dan mengambil tindakan untuk menjaga laut. 

Kami bermaksud menanamkan sedini mungkin terkait bahaya sampah plastik jika berada di laut dan menekankan kepada anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan plastik.

Kegiatan terbagi menjadi dua kelompok, kelas 1 dan 2 bentuk edukasinya dibalut dengan mewarnai gambar biota laut. Tujuannya untuk mengenalkan keberagaman hewan-hewan laut sejak dini dan menumbuhkan rasa cinta terhadap laut dengan cara yang mudah dipahami dan menarik.

Anak-anak kelas 1 dan 2 menunjukan karya yang mereka buat. / Foto: Niken Ayuningtyas

Sedangkan kelas 3 sampai 6 bentuk edukasinya melalui pemutaran video dan dilanjutkan dengan penjelasan materi, tujuannya menjelaskan dampak buruk pencemaran plastik di laut dan cara untuk melindungi laut dengan langkah sederhana seperti dengan membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik.

Ada hal yang menarik perhatian kami saat kegiatan berlangsung. Ada salah satu anak yang menangis terharu saat pemutaran video “Lindungi Laut Kita”. Menurut anak tersebut, dirinya merasa tersentuh dan sedih dengan tayangan tersebut karena baginya laut itu menjadi bagian yang melekat dalam dirinya dan tidak ingin melihat lautan rusak. 

Anak-anak kelas 3 sampai 6 SDN 29 Membalong, Pulau Sumedang. / Foto: Niken Ayuningtyas

Kedua kelompok belajar diikuti dengan antusias, aktif, dan penuh semangat oleh anak-anak. Kegiatan diakhiri dengan pembagian hadiah untuk aktivitas mewarnai dan anak yang berani bertanya.

Kami berharap kunjungan kami yang singkat ini dapat memberikan ingatan bagi mereka untuk selalu bersemangat dalam menempuh pendidikan dan menjaga lautan yang menjadi ruang hidup di tanah kelahiran mereka.***

Baca juga: Serial Cerita Ekspedisi Pembela Lautan 2023

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan