Laut Desa Lumpur, Cantik sih, tapi kok

Halo mariners, aku kenalin laut yang jarang banget orang tau tapi terkenal akan tradisi dan ciri khasnya.

Namanya Desa Lumpur, desa ini merupakan nama laut di tengah Kota Gresik tepatnya di jalan RE. Martadinata Gresik, Jawa Timur.

Laut ini memiliki pemandangan yang cukup menarik, karena di sekitarnya terdapat berbagai macam jenis mangrove yang tumbuh di tepi pantai, tak hanya itu kalian bisa menikmati senja sambil melihat perahu-perahu nelayan yang sedang bersandar di tepi.

Dengan harga tiket yang murah kalian sudah bisa memasuki lokasi wisata laut, seperti menyediakan spot foto dengan mempercantik dermaga dengan cat warna-warni.

Tak hanya itu, ada pula wisata naik perahu dimana penumpang akan diajak berkeliling laut melihat kapal – kapal yang bersandar dengan perahu selama kurang lebih 20 menit.

gambar 1.1 menikmati nikmat tuhan
Sunset di Desa Lumpur.

Lokasinya yang dekat dengan Pelabuhan Gresik, membuat salah satu faktor laut ini tercermar.

Pencemaran yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh adanya aktivitas yang ada di pelabuhan tersebut.

Pencemaran tersebut disebabkan oleh amonia, sampah dilaut dan di tepi pelabuhan yang berasal dari buangan sisa minyak pelumas dari perahu motor nelayan.

Namun, menurut penelitian yang pernah dilakukan di 4 stasiun yang terletak dekat dengan pemukiman penduduk, pelabuhan, kawasan industri, dan laut lepas di wilayah perairan pelabuhan Gresik menunjukkan amonia dengan spektrofometri UV-Vis menghasilkan data rata-rata konsentrasi pada stasiun 1 sebesar 0,071 mg/L, stasiun 2 sebesar 0,056 mg/L, stasiun 3 sebesar 0,124 mg/L, dan stasiun 4 sebesar 0,067 mg/L.

Berdasarkan data, akumulasi amonia tertinggi berada pada stasiun 3 karena stasiun ini berada pada lokasi semi tertutup dengan kecepatan arus yang relatif kecil dan akumulasi amonia terendah berada pada stasiun 2 karena stasiun ini berada pada lokasi yang terbuka dengan kecepatan arus yang relatif besar.

Berdasarkan perbandingan terhadap nilai ambang batas (NAB) dan perhitungan indeks pencemaran (IP), perairan di sekitar pelabuhan Gresik dinyatakan belum tercemar amonia.

Meskipun belum tercemar oleh amonia secara serius, laut yang tercemar apabila tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan semakin meluasnya dampak negatif terhadap kehidupan manusia dan biota laut yang hidup didalamnya terutama komunitas makrozoobenthos.

Tak hanya makrozoobenthos saja, namun ikan-ikan juga sangat terdampak, karena ia tidak bisa membedakan mana sampah mana makanan untuk dirinya.

Karena sampah plastik memiliki sifat yang tidak bisa terurai meskipun waktunya sudah bertahun-tahun.

Jika ikan-ikan tersebut tertangkap oleh nelayan kemudian menjadi santapan bagi manusia, maka manusia akan mengalami keracunan dan jika di konsumsi terus-menerus dapat menyebabkan kematian.

Gimana nih mariners? Ngeri bukan dampak akibatnya jika laut jadi tercemar.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Luqman ayat 31 yang artinya “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda Kekuasaan-Nya. Sesunggunya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”.

Maksud dari ayat tersebut adalah kita sebagai manusia yang diberi kesempurnaan yang lebih dari makhluk lain harusnya lebih bersyukur dengan ciptaan Allah karena, ketika kita dapat menjaga, kita akan memperoleh nikmat yang lebih.

Yuk mariners, kita jaga laut kita supaya tidak banyak sampah apalagi tercemar. Gamau kan kalau laut yang isinya biota berubah jadi lautan sampah?

Jika bukan kita yang menjaga siapa lagi yang akan menjaga? Jika dibiarkan bagaimana nasib anak cucu kita, mereka hanya bisa mendengarkan lewat cerita saja tentang indahnya laut tanpa bisa melihatnya secara langsung. Jadi mulai dari sekarang sayangi lautmu.***

Baca juga: Kerang Kima, Sang Filter Alami Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan