Kerang Kima, Sang Filter Alami Laut

Apakah kalian punya aquarium di rumah? Jika punya maka kalian sangat familiar dengan alat dibawah ini!

Alat ini adalah set filter air yang digunakan untuk memberbersihkan air pada aquarium,  tanpa alat ini kita akan kesulitan dalam menjaga kualitas air aquarium.

Konsep dari alat ini cukup sederhana, air aquarium yang kotor akan dipompa ke dalam wadah penyaringan.

Di wadah penyaringan ini, zat-zat pencemar akan terperangkap, dan air yang kembali ke aquarium pun menjadi bersih.

Namun lama-kelamaan filter yang ada di dalam wadah penyaringan akan semakin kotor dan rusak, maka filternya harus diganti secara berkala agar kualitas air pada aquarium tetap baik dan kehidupan yang ada di aquarium kita tetap terjaga.

kima
Filter aquarium. / Foto: Suka-Ikan.com

Lalu bagaimana dengan lautan yang luas? Apakah lautan yang luas memiliki filter juga?

Tentu saja, Laut memiliki banyak filter alaminya. Salah satunya adalah (Giant Clams) atau sering disebut dengan kerang kima.

kima
Kerang Kima. / Foto: Greeners.co

Kerang ini merupakan biota dengan tubuh lunak dan mempunyai cangkang dan masuk kedalam kelas bivalvia.

Kerang kima dapat ditemukan di ekosistem terumbu karang dan area yang terpapar sinar matahari. Kerang Kima dapat tumbuh hingga 1,2 meter dan dapat hidup hingga ratusan tahun.

Secara global, kerang kima memiliki 12 jenis yang berbeda, dan 8 diantaranya bisa ditemukan di perairan Indonesia.

Dari cara hidupnya kerang Kima dibedakan jadi 2 golongan, yang pertama adalah Kima yang membenamkan tubuhnya di substrat karang, dan Kima yang hanya menempel di dasar pasir. (Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Kerang kima merupakan hewan penyaring (filter feeder) yang memakan berbagai jenis plankton dan materi organik lainnya.

Mereka dapat menyaring ratusan liter air laut perhari nya. Semakin mereka bertumbuh, semakin banyak pula volume air yang mereka saring.

Namun dalam penyediaaan nutrisi hariannya, kerang kima tidak bergantung pada kemampuan filter feedernya saja, kima bisa dianggap sebagai hewan yang dapat menghasilkan energi tenaga surya.

Hal ini di karenakan kerang kima bersimbiosis dengan beberapa alga seperti dinoflagellate algae dan zooxanthellae yang hidup di mantel kerang Kima.

Jika tidak ada sinar matahari dan Kima tidak melakukan simbiosis dengan alga ini, kemungkinan mereka mati akan semakin besar, karena saat mereka melakukan penyaringan air, belum tentu sumber makanannya juga tersaring.

Zooxanthellae membantu Kima dengan cara menyerap energi matahari dan memberikan hasil produksi dari fotositesisnya seperti beberapa gula sederhana dan nutrisi.

Sehingga simbiosis ini akan sangat menguntungkan Kima dalam memenuhi kebutuhan energinya sehari-hari.

Selain mendapatkan makanan gratis, dalam simbiosis ini Kima juga mendapatkan perlindungan ekstra dari radiasi sinar matahari yang memungkinkan kerang Kima kebal akan radiasi matahari.

Dengan berbagai bukti seperti terdapat banyaknya senyawa Mycosporines yang terdapat pada tubuh Kima. Senyawa ini adalah musuh alami dari radiasi UV.

Namun kerang Kima sekarang sudah terancam punah, Kima banyak ditangkap untuk dijadikan bahan makanan dan cangkangnya diambil untuk dijadikan aksesoris.

Penangkapan besar-besaran ini mengakibatkan populasi kerang Kima semakin sedikit, apalagi siklus reproduksinya tergolong lama.

Jika eksploitasi ini terus berlanjut dapat mengakibatkan kepunahan bagi Kima, dan tentu saja akan berdampak langsung pada ekosistemnya, dimana tidak ada lagi hewan filter feeder yang akan menyaring air laut.

Berbagai program pemerintah telah dilakukan untuk kembali melestarikan hewan ini, mulai dari penangkarannya, budidaya, Undang-Undang perlindungan, dan konservasi, dengan harapan dapat memulihkan kembali populasi dari kerang Kima.***

Baca juga: Saat Rumput Laut Datang, Laut Dikapling-kapling

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan