Laut itu Butuh Cinta, Tunjukkan dengan Menjaganya

Hampir seluruh wilayah Indonesia dikelilingi oleh air, baik itu laut atau sungai. Namun, kadang keberadaan keduanya menjadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi saat musim hujan tiba. Ada ketakutan di hati warga bila debit air menjadi meningkat.

Bercerita tentang laut, kemarin malam, di sebuah berita yang saya tonton di channel nusantara tv, beberapa pantai terlihat sangat kotor oleh sampah. Sampah bekas makanan dan minuman bertebaran di bibir pantai. Liburan menyisakan kesan jorok pada pantai itu.

Seketika, saya menjadi ingat waktu pergi ke pantai Labuhan Jukung Krui, Lampung sebelum pandemi covid. Saat itu, pantai Jukung tampak menawan dan gagah. Beberapa turis asing asyik berselancar di tengah ombak. Senyuman dan tawa riang pun terlihat di antara pengunjung yang ada, termasuk saya dan keluarga.

Dokumen pribadi di pantai Labuhan Jukung, Lampung

Saat itu, terumbu karang terlihat jelas dari tepi pantai. Saya menikmati pemandangan yang indah itu. Tampak jelas ikan-ikan dan belut laut berenang di antara terumbu-terumbu karang itu. Para keponakan juga menikmati dengan cara mereka, yaitu mencoba menangkap ikan dengan tangan. Saat itu laut terlihat sangat terjaga.

Saya dan keluarga menikmati suasana angin sepoi-sepoi di bawah bayangan pohon kelapa, sambil menatap luasnya laut di depan saya. Januari kemarin, saya ke sana lagi bersama keluarga, tetapi pemandangan Jukung berbeda jauh dari yang pertama.

Saya merasa kurang nyaman untuk berlama-lama duduk di pinggir pantai. Saya lihat sampah plastik bergerak dari tengah laut menuju tepi, ada juga yang terombang-ambing oleh ombak yang entah berakhir di mana.

Pasir pantai dipenuhi oleh sampah. Pantai yang tadinya indah menjadi tidak indah dan kaki merasa jijik untuk menginjaknya. Pemandangan seperti itu bukan di satu titik saja, tetapi di beberapa titik tampak sekali kotornya.

Pemandangan seperti itu membuktikan bahwa kesadaran para wisatawan untuk membuat laut bersih dari sampah sangat rendah. Keinginan untuk menjadikan laut sebagai tempat wisata yang nyaman sangat kurang. Buktinya, sampah ada di mana-mana padahal laut bisa menjadi aset devisa negara yang sangat berharga.

Pada perjalanan wisata saya yang pertama, saya ingat waktu itu ada sepuluh bahkan lebih turis asing yang menikmati pariwisata Jukung. Namun, di perjalanan kedua, saya tidak menemukan turis asing lagi. Semoga saja mereka tidak kapok untuk berdarmawisata ke Jukung.

Sebenarnya, kita bisa ikut berpartisipasi menjaga laut. Sebagai individu yang menyukai laut, kita mempunyai andil besar dalam menjaga kenyamanan berwisata di sana. Berikut cara yang bisa saya lakukan saat berdarmawisata ke laut atau pantai.

Pertama, sadari bahwa laut itu sangat bermanfaat bagi kehidupan. Jika kita sudah sadar arti pentingnya laut dalam kehidupan, maka kita tidak akan mengotorinya.

Kebutuhan protein hewani yang berasal dari laut akan sangat terganggu bila laut bermasalah. Mungkin saja kita tidak akan langsung merasakan dampak negatifnya secara langsung dan pada saat itu ya. Dampak itu akan terakumulasi dalam sebuah peristiwa besar.

©direktoripariwisata.id

Untuk itu, kita harus mengerakkan kesadaran di dalam diri untuk tidak mengotori laut. Kita bisa menyediakan kantong untuk diri sendiri sebagai tempat untuk menyimpan sampah, sebelum dibuang ke kotak sampah. Jika memang tidak ada kantong, kita bisa menaruhnya di saku celana atau baju kita untuk sementara ya.

Kedua, kita bisa mengingatkan wisatawan yang berkunjung untuk menjaga kebersihan laut. Hal itu bisa berbentuk teguran langsung atau meminta bantuan petugas untuk membuat tulisan di setiap bagian yang ramai pengunjung.

Ketiga, kita bisa mengkampanyekan di berbagai media bahwa laut sebagai tempat berlibur yang harus dijaga kelestariannya oleh setiap orang.

Keempat, berikan sanksi untuk pelaku ‘kejahatan’ berupa denda atau penjara jika teguran tidak diindahkan. Sanksi digunakan untuk memberi efek jera kepada pelaku yang bertindak tidak disiplin dalam menjaga kebersihan laut.

Keempat cara itu bisa kita lakukan sebagai pribadi yang mencintai laut. Jangan sampai kita mengatakan cinta, tetapi tidak bisa berbuat banyak untuk sesuatu yang kita cintai. Kan nggak asyik kalau kita menyatakan sayang lalu ditolak, bukan? Begitu juga laut. Mulai sekarang, tunjukan kecintaan dan rasa sayangmu pada laut sehingga laut pun akan membalasnya.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan