Menyelamatkan Laut dengan Hidup Minimalism

Menyelamatkan Laut dengan Hidup Minimalism

Tahukah kamu ? Dengan hidup minimalism, kamu bisa menyelamatkan laut.

Ya, pada kenyataannya apa yang kita gunakan dapat menjadi  polutan sampah yang dapat membahayakan biota laut. Kita tahu bahwa laut merupakan aset berharga dalam kehidupan manusia  mulai dari kebutuhan pangan, penyimpan karbon, keanekaragaman hayati, mata pencaharian dan berbagai hal lain yang  memiliki peran  penting dalam kehidupan .

Pernah tidak kamu berpikir bahwa pakaian yang kamu gunakan dapat merusak laut ? Ya. Ternyata limbah pakaian atau tekstil dapat mencemari laut dikarenakan limbah ini sangat sulit terurai bahkan salah satu sumber mikroplastik terbesar adalah serat tekstil.

menyelamatkan laut
Uji coba komposting tekstil di Hamburg

Tentu hal ini sangat membahayakan mengingat sampah ini dapat dikonsumsi oleh semua jenis kehidupan laut, mulai dari udang, ikan, kerang,burung laut, bahkan paus. Bahkan hal ini juga menjadi bahaya bagi kita, karena kita mengonsumsi makanan yang bersumber dari laut .

Kita sering sekali terjebak dengan pemikiran bahwa “sampah itu hanya sekedar bahan yang terbuat dari plastik “ sampai kita lupa pakaian di lemari yang menumpuk  akan menjadi sampah yang memiliki potensi besar dapat merusak alam.

Bahkan kebiasaan mengoleksi pakaian merupakan hal yang lumrah sehingga tanpa disadari kita telah mengumpulkan sampah tekstil di rumah kita sendiri.

Kemunculan berbagai merek fashion cepat  (fast fashion) dan semakin meluap. Industri fashion di Indonesia tanpa disadari berpengaruh besar terhadap gaya berpakaian, terkhusus untuk para kaum hawa, hal tersebut menjadikan perilaku konsumtif untuk terus-menerus berbelanja fashion demi mengikuti tren masa kini.

Dengan hidup minimalism mengajarkan kita untuk meninggalkan sikap berlebihan dan boros, untuk hidup yang lebih simpel namun berkualitas dan juga gaya hidup yang sederhana dengan menghentikan gaya hidup yang konsumtif.

Salah satunya adalah dunia fashion, dimana dengan hidup minimalism kita belajar untuk membeli pakaian hanya karena kebutuhan saja bukan berdasarkan kemauan semata. Sehingga dengan begitu kita dapat meminimalisir barang yang kita gunakan dan tanpa kita sadari dapat mengurangi sampah tekstil.

menyelamatkan laut
Kampanye alternatif berbelanja di Hong Kong

Dengan berkurangnya sampah tekstil ternyata merupakan salah satu langkah kita untuk menyelamatkan laut karena industri tekstil punya peran yang besar dalam menghasilkan karbondioksida di lingkungan.

Jika kita mengadopsi gaya hidup minimalis, kita tidak harus memiliki pakaian yang banyak. Cukup beberapa saja yang memang kita butuhkan .

Bagi pengikut gaya hidup minimalism ekstrim, mungkin hanya dengan 4 baju saja sudah dapat dikatakan cukup.   Jika setiap kita sadar akan hal tersebut tentu akan memiliki dampak baik bagi keberlangsungan biota laut .

Mungkin hal ini masih terbilang klise. Namun jika diakumulasikan akan memiliki peranan yang besar. Dengan gaya hidup minimalism dapat membuat kita lebih mencegah sampah dan menjaga lingkungan  .

Jika gaya hidup minimalism terus di jalankan tentu akan sangat bermanfaat baik untuk diri kita sendiri maupun lingkungan. Gaya hidup minimalism ini juga sedang hype di tengah anak-anak milenial .

Dengan begitu harapannya tentu dapat membawa ekosistem terutama laut dapat terselamatkan dan terus membaik. Dan sudah seharusnya setiap kita memiliki beban moral untuk terus memiliki rasa bertanggung jawab terhadap laut. Karena laut memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan kita bersama. Salah satu cara yang dapat kita jalankan yaitu dengan hidup minimalism. Dengan begitu kita dapat membantu ekosistem laut menjadi lebih baik lagi.

Selai itu salah satu contoh dari hidup minimalism misalnya dengan memperioritaskan bersepeda sebagai moda transportasi yang memiliki potensi besar dalam membantu kita mengurangi emisi transportasi.

Baca juga: Dilema dalam Memilih

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan