Eksploitasi Laut menjadi Gaya Hidup Masyarakat

©Ria Qorina, Underwater Photographer Ocean Defender

Laut adalah rumah bagi sebagian besar makhluk hidup di muka bumi. Beragam spesies tinggal di dalamnya baik hewan, tumbuhan, maupun terumbu karang. Biota laut tersebut tentu memiliki perannya masing-masing dalam menjaga ekosistem laut. 

Laut memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Faktanya, organisme laut fitoplankton merupakan produsen penghasil oksigen terbesar di bumi dengan menghasilkan diatas 50% oksigen, mengalahkan hutan hujan tropis! .

Dengan berbagai manfaat yang ada, sebagian besar kehidupan manusia bergantung pada laut. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di pesisir laut, yang mengandalkan ikan sebagai makanan sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, manusia mengalami ketergantungan yang berlebihan sehingga terjadilah eksploitasi terhadap laut untuk kebutuhan pribadi maupun kelompok.

Tanpa disadari, mereka sudah merusak dan mencemari eksosistem laut. Akibatnya, spesies laut mengalami penurunan populasi dan terumbu karang pun rusak akibat pencemaran limbah.

Penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing), pencemaran air akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang, tertangkapnya ikan non-target akibat ketidaksengajaan (bycatch), penebangan hutan mangrove, dan sampah plastik yang dibuang ke laut merupakan beberapa contoh dari eksploitasi laut yang dilakukan oleh manusia.

Seperti yang kita ketahui, spesies predator seperti hiu dan paus merupakan puncak dari rantai makanan yang ada di laut. Jika kita hubungkan dengan permasalahan di atas, yaitu penangkapan ikan yang dilakukan secara massal dan secara terus menerus, tentu sang predator tidak memiliki makanan untuk keberlangsungan hidup bukan? Dengan demikian siklus hidup mereka dan pun terganggu.

Contoh lain yaitu masyarakat yang membuang sampah plastik ke laut. Sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai. Sampah plastik yang dibuang ke laut akan berubah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut dengan mikroplastik.

Bayangkan jika spesies laut hidup di dalam air yang tercemar sampah mikroplastik! Jangan kaget apabila hewan laut seperti ikan dan penyu juga mengonsumsi sampah-sampah tersebut. Faktanya, secara tidak langsung, manusia juga mengonsumsi sampah plastik akibat menangkap ikan yang sudah terkandung plastik di dalamnya.

Lantas bagaimana mengubah gaya hidup masyarakat untuk semakin peduli kepada laut dan isinya? Perlu kita ketahui bahwa laut merupakan milik kita semua. Berbagai organisasi peduli laut tidak cukup apabila hanya mereka yang melaksanakan tugasnya dalam menjaga dan melestarikan ekosistem laut. Semua orang harus berkontribusi dalam menjaga laut.

Oleh karena itu, perlunya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan laut. Karena akan berdampak besar pada keberlangsungan hidup manusia apabila spesies laut tersebut mengalami kepunahan.

Dengan contoh yang sudah diuraikan, kita mengenal berbagai aktivitas manusia yang merugikan ekosistem laut. Namun, kabar baiknya, kepedulian manusia akan laut sudah mulai berkembang.

Mereka melakukan berbagai perubahan sebagai bentuk kepedulian atas laut. Seperti mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless steel, mengganti tas plastik dengan tas ramah lingkungan, meminimalisir pengonsumsian ikan-ikan laut, dan lain-lain. Berbagai organisasi konservasi laut juga sudah mulai banyak dicetuskan.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan