Tahukah Kamu, Penggunaan Sunscreen Dapat Mempengaruhi Kerusakan Terumbu Karang

Baru-baru ini banyak sekali perbincangan di social media, mengenai pentingnya penggunaan sunscreen atau tabir surya bagi kulit kita. Sunscreen merupakan salah satu perawatan kulit dasar yang digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV.

Banyak dokter maupun beauty influencer yang memperbincangkan pentingnya penggunaan sunscreen. Salah satunya dr. Ika, melalui akun Tik Toknya (@dokter_ika), mengungkapkan bahwa dampak buruk apabila tidak menggunakan sunscreen dalam jangka pendek yaitu, dapat menyebabkan kulit terbakar, kulit gelap, dan kulit kusam. Sedangkan untuk jangka panjang dapat menyebabkan penuaan kulit, kulit keriput, flek hitam, dan risiko terkena kanker kulit.

Perbincangan mengenai sunscreen di social media menyebabkan banyaknya rekomendasi produk sunscreen untuk digunakan. Banyak masyarakat yang mulai menyadari betapa pentingnya penggunaan sunscreen.

Tapi taukah kalian? Dibalik ramainya perbincangan tersebut, ada hal yang harus diperhatikan oleh kita semua yaitu, kandungan yang terdapat dalam sunscreen.

Penggunaan sunscreen memang sangatlah penting. Tapi asal kalian tau, beberapa kandungan sunscreen dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang dan biota laut lainnya loh. Beberapa kandungan tersebut diantaranya yaitu :

  • Oxybenzone,
  • Octinoxate,
  • Octocrylene,
  • Benzophenone-1,
  • Benzophenone-8,
  • OD-PABA,
  • 4-Methylbenzylidene camphor,
  • 3-Benzylidene camphor,
  • nano-Titanium dioxide, dan
  • nano-Zinc oxide.

Pada biota laut, kandungan-kandungan tersebut dapat mengganggu proses pertumbuhan & fotosistesis alga hijau, kerusakan pada remis yang masih muda, mengganggu imun & reproduksi bulu babi, menurunkan tingkat kesuburan & reproduksi ikan, dan menumpuknya jaringan pada lumba-lumba. Pada terumbu karang, kandungan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA, pemutihan (coral bleaching), maupun kematian.

Dari keseluruhan jenis terumbu di dunia, 76% genera dan 69% jenis terumbu karang berada di Indonesia. Dengan tepatnya Indonesia memiliki 83 genera dengan 569 jenis terumbu karang. Sungguh banyak bukan?

Berdasarkan penelitian dan monitoring yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), kondisi terumbu karang di Indonesia pada tahun 2018 terdapat 386 site (36,18%) dengan kategori jelek, 366 site (34,3%) dengan kategori cukup, 245 site (22,96%) dengan kategori baik, dan 70 site (6,56%) dengan kategori sangat baik.

Indonesia sebagai negara yang memiliki jenis terumbu karang lebih dari 50% di dunia, seharusnya lebih memperhatikan kondisi terumbu karang tersebut. Alangkah baiknya pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai penggunaan sunscreen yang dapat merusak terumbu karang. Beberapa negara telah mengeluarkan peraturan mengenai penggunaan sunscreen, diantaranya yaitu Republik Palau  dan Hawai.

Republik Palau sebagai salah satu suaka bawah laut terbesar di dunia telah mengeluarkan peraturan untuk melarang penggunaan sunscreen yang mengandung kandungan berbahaya bagi terumbu karang sejak Januari 2020. Negara tersebut menjadi negara pertama yang mengeluarkan peraturan tersebut. Bagi mereka yang melanggar aturan tersebut maka akan dikenai denda sebesar 1.000 USD.

Sedangkan Hawai telah menetapkan larangan penggunaan maupun pengedaran sunscreen yang memiliki kandungan oxybenzone dan octinoxate sejak bulan Januari 2021.

Di Indonesia sendiri isu ini masih belum terlalu di pandang. Dapat kita lihat dari belum adanya hukum yang mengatur larangan penggunaan kandungan berbahaya pada sunscreen dan masih banyaknya produk sunscreen yang beredar dengan tidak memiliki label reef safe.

Jika kita lihat dampak penggunaan sunscreen pada terumbu karang dan biota laut lainnya. Sungguh kasihan bukan? Mereka yang hidup di habitat laut harus terancam karena ulah manusia.

Semua kandungan berbahaya tersebut mungkin terasa asing bagi kita. Namun, kita tetap harus selalu memperhatikan setiap kandungan dalam sunscreen yang akan kita gunakan. Sekarang coba cek kandungan sunscreen yang ada di rumah kalian!

Apakah ada kandungan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya? Sebelum membeli sunscreen, kita harus mengecek terlebih dahulu setiap kandungan di dalamnya. Kita dapat menghindari membeli sunscreen dengan kandungan-kandungan berbahaya tersebut.

Aku kan tidak melakukan aktivitas di laut jadi, bagaimana bisa sunscreen yang aku pakai bisa merusak terumbu karang? Ketika kalian membilas kulit kalian dengan air di rumah atau dimana pun maka, air tersebut akan mengalir ke laut yang pada akhirnya akan merusak terumbu karang.

Kemudian apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga terumbu karang sekaligus kulit kita?

Kita dapat menghindari penggunaan sunscreen dengan kandungan berbahaya yang sudah disebutkan sebelumnya. Kemudian kita dapat menggunakan produk sunscreen dengan label reef safe (aman bagi terumbu karang), kalian juga bisa menggunakan physical atau chemical sunscreen. Atau menggunakan mineral sunscreen yang mengandung zinc oxide atau titanium dioxide. Hindari sunscreen berbentuk spray karena akan ada kandungan yang terbuang sia-sia.

Cara lainnya yang dapat kalian lakukan untuk terhindar dari sinar UV yaitu dengan menggunakan pakaian lengan panjang, celana panjang, menutupi wajah kalian dengan topi dan masker, dan tidak keluar di jam 10 pagi sampai 2 siang.

Alangkah baiknya apabila kita peduli terhadap kulit kita dan sekaligus alam di sekitar kita. Dengan menghindari penggunaan produk suncreen dengan kandungan berbahaya tersebut maka kita ikut menjaga keberlangsungan ekosistem yang ada di laut dan kita membantu mengurangi penyebab pemanasan global.

Selain itu kalian juga dapat membagikan informasi ini kepada orang-orang di sekitar kalian. Dengan begitu maka akan membantu pengurangan penggunaan sunscreen dengan kandungan yang membahayakan keberlangsungan terumbu karang.

Yuk, sama-sama mulai peduli dan bergerak melestarikan terumbu karang!

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan