Jejak Perusak Alam di Pantai Krakal

Setelah dari pantai Baru, petualangan dengan Kombi kami lanjutkan ke satu pantai di Pacitan melalui jalur pantai selatan. Jalur selatan tentunya menawarkan alam yang lebih indah ketimbang lewat jalur utara yang lurus lurus saja.

Rute jalan di jalur selatan disuguhi dengan banyak tikungan tajam serta tanjakan dan turunan curam dan jujur saja banyak kami dibuat deg-degan.

Mobil tua keluaran 73 ini masih menggunakan power steering dan ketika mengganti gigi juga harus pakai perasaan, salah-salah naik di tanjakan bisa saja merosot karena tidak pas ganti gigi.

Namun ditengah perjalanan, kami putuskan untuk mampir ke rumah teman kami di Pantai Krakal dan bermalam satu hari disana.

Kami selalu memulai perjalanan di pagi hari supaya sampai di tempat tujuan berikutnya sebelum gelap. Hal ini mengingat mobil tua kami yang usianya sudah tua dan masalah dihadapi selalu tidak bisa diprediksi juga untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan.

Siang hari kami tiba di Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Sore harinya kami disarankan untuk naik ke atas bukit kecil melihat sunset. Bukit ini selalu ramai dikunjungi wisatawan untuk melihat dan mengabadikan matahari terbenam  yang cantik.

Namun dalam perjalanan kesana beberapa meter diatas bukit, kami menemukan banyak pohon kaktus yang dicoret dan digoresi dengan berbagai nama wisatawan yang pernah berkunjung.

Geram kami dibuatnya, kenapa sih tidak bisa hanya datang untuk menikmati alam yang indah tanpa meninggalkan jejak yang merusak?!

Sambil memendam rasa kesal, kamipun lanjutkan jalan ke atas dan menunggu matahari terbenam.

Pohon Kaktus yang dicoret

Keesokan harinya, kami dibangunkan oleh kemilau sunrise yang menyejukkan mata dan menyemangati kami setelahnya untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke Pacitan.

Akhirnya kami tiba di Desa Limasan, Pacitan, Jawa Timur. Desa ini memiliki pantai bernama Watu Karung. Pantai ini terkenal dengan ombaknya.

Tak jarang banyak peselancar profesional datang untuk mencicipi ombaknya. Rencana awal kami datang kesini juga ingin berselancar, namun setelah seminggu bermalam disini dan cek ombak, agaknya ombak di pantai ini memang bukan untuk kami yang masih di level beginner.

Selama seminggu kami hanya mandi di laut dan santai-santai di pantai serta menonton para surfer memamerkan skill-nya diatas ombak besar.

Ada cerita lucu juga selama kami menginap disini, ketika kami sedang jalan kaki menikmati pantai, banyak wisatawan lokal datang menghampiri mobil kami untuk berfoto.

Namun ketika kami kembali ke mobil, tidak banyak yang berani sekedar ngobrol atau minta ijin berfoto di depan mobil. Lucu ya padahal kami tidak pasang tarif untuk berfoto, kok banyak yang sungkan menyapa kami.

Satu minggu sudah kami menghabiskan di pantai cantik ini, kami putuskan untuk lanjutkan perjalanan ke Malang.

Pantai mana lagi yang jadi tujuan kami? Ikuti terus ya ocean lovers !

Jangan lupa selalu menjaga keindahan alam kita !

Editor : Annisa Dian N.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan