Kesaksian Deru Ombak: Identitas Maritim Sulit Dipertahankan, Laut Sudah Kelelahan

Identitas maritim memiliki posisi penting dalam pengelolaan maritim, khususnya bagi masyarakat di pesisir. Adanya identitas maritim dapat diibaratkan seperti negara Indonesia yang memiliki identitas nasional salah satunya, yaitu Pancasila. Pancasila menjadi dasar negara sekaligus prinsip hidup di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Tidak jauh berbeda dengan identitas maritim yang juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut di dalam kehidupan. Akhir-akhir ini, kita seharusnya bisa lebih responsif pada apa yang dilalui oleh laut.

Jangan heran jika laut yang kita banggakan sekarang, suatu hari menjadi kosong tidak berpenghuni akibat ulah kita sendiri yang tak acuh pada masalah laut.

Anjungan perahu menghadap ke laut. / Foto: Marcella Grace

Jika laut adalah manusia, yakinlah bahwa ia akan berteriak kesakitan dan memohon untuk terus mempertahankan “identitas maritim”. Apakah pernah terpikirkan oleh kita seberapa sakitnya laut memendam banyaknya permasalahan padahal ia sendiri sudah ikhlas untuk memberikan segalanya bagi Indonesia, bahkan dunia?

Tentu saja banyak dari kita tidak memikirkan itu. Laut membutuhkan manusia untuk membantunya mempertahankan identitas itu, yang mana saat ini banyak persoalan yang menyebabkan identitas maritim sulit dipertahankan. Beberapa hal diantaranya:

  1. Globalisasi. Globalisasi menyebabkan nilai tradisional maritim Indonesia tergeser (Putri dan Widyani, 2021). Hal tersebut dapat terjadi karena beragamnya pendatang dari luar negeri dapat melunturkan budaya lokal maritim dengan budaya yang lebih populer.
  2. Modernisasi. Modernisasi memang tidak secepat itu merubah tatanan kehidupan masyarakat lokal pesisir, namun dengan perlahan itu akan merubah keseluruhan identitas tradisional maritim. Misalnya seperti kuliner tradisional berbahan dasar ikan yang perlahan tergantikan oleh makanan cepat saji.
  3. Kurangnya Kesadaran. Bukan hanya warga pesisir, namun banyak dari mahasiswa juga yang masih kurang sadar betapa pentingnya identitas maritim sehingga identitas tersebut menjadi sulit dipertahankan. Identitas maritim bisa luntur akibat kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang laut.

Berbagai hal di atas jika terus dibiarkan akan berpengaruh pada menurunnya kepekaan masyarakat terhadap kondisi lautan sehingga identitas maritim pun menjadi melemah dan semakin sulit untuk dipertahankan. Mengetahui bahwa masyarakat Indonesia selalu update akan hal-hal terkini, namun sangat disayangkan hanya sebagian kecilnya saja yang memperhatikan kondisi lautan.

Sebagian kecil masyarakat di atas, tidak jauh dari yang memang memiliki latar belakang pendidikan terkait kelautan atau bahkan minatnya terhadap ilmu laut. Memang benar bahwa faktanya, manusia akan belajar dan mendalami apa saja yang ia sukai.

Contoh kecilnya seperti seorang mahasiswa yang menekuni ilmu hukum dan berakhir menjadi seorang hakim. Tentu saja apa yang ia pelajari tidak jauh dari sekumpulan pasal serta tumpukan hukum-hukum. Hal ini menjadi lebih menarik untuk dibahas karena muncul perspektif bahwa terdapat dua jenis jurusan.

Jurusan satu yang memang membuat mahasiswanya fokus dengan jurusannya, dan jurusan lainnya yang bisa membuat mahasiswanya belajar berbagai entitas selain domain knowledge jurusannya.

Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana seharusnya masyarakat mau menerima ilmu selain domain knowledge-nya sebagai ilmu tambahan. Tidak ada salahnya jika kita menerima banyak ilmu bahkan untuk membantu meredakan sakitnya laut.

Identitas maritim penting diketahui masyarakat Indonesia seperti mereka mengetahui identitas nasional. Bisa dibayangkan apa jadinya jika negara kita tidak mempertahankan identitas maritimnya.

Warisan budaya perlahan luntur dan sulit untuk dipertahankan sehingga menjadi hilang serta tidak membekas, hal ini disebabkan oleh perubahan budaya yang sifatnya statis karena dapat berubah seiring berjalannya zaman. Selain itu, nelayan bisa kehilangan mata pencahariannya, hal selanjutnya yang terjadi adalah pendapatan nelayan menjadi tidak menentu.

Identitas maritim yang menurun berdampak pada perubahan di sekeliling hingga banyak masyarakat perlahan melupakan dan mengubah persepsi mereka akan suatu hal di dalam segi kemaritiman. Sebagai contoh, penggunaan alat penangkapan ikan tidak ramah lingkungan yang masih saja digunakan padahal sudah jelas dapat merusak ekosistem laut.

Sekali lagi, jika laut adalah manusia, ia akan berteriak kesakitan. Hal tersebut terjadi karena lemahnya identitas maritim dan banyak yang sudah tak acuh akan permasalahan dil autan.

Bagan ikan. / Foto: Marcella Grace

Identitas maritim memiliki pengaruh yang besar juga dalam ketahanan negara. Mengakui laut dengan sumber dayanya yang berharga dapat menjadi alternatif bagi negara untuk bisa melindungi perairan nusantara hingga memperkenalkannya kepada berbagai manca negara. Namun, pentingnya identitas maritim ini tidak hanya diperuntukan kepada masyarakat pesisir saja, tetapi juga kepada pemerintah.

Penambanngan batu bara yang dilakukan di daratan saja memberi imbas ke laut, bagaimana bisa mempertahankan identitas maritim jika permasalahan di daratan saja masih belum ada solusi yang baik. Inilah yang menyebabkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap laut menurun karena pemegang kekuasaan rakyat tidak memberikan contoh baik.

Banyak mahasiswa yang akhirnya turun tangan untuk melakukan pengabdian di desa pesisir guna memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki dengan bantuan dana dari pemerintah.

Bantuan tersebut akhirnya bisa turun kepada masyarakat melalui perantara mahasiswa. Namun, apakah harus selalu dari mahasiswa hingga bantuan bisa sampai ke desa pesisir. Apabila permasalahan pesisir terus terjadi, akan semakin mudah identitas maritim untuk luntur.

Dampak yang muncul tidak hanya merugikan masyarakat saja, tetapi juga negara. Maka dari itu, diperlukan pengembangan sumber daya manusia, baik itu yang nantinya akan terjun dalam wirausaha di bidang kelautan maupun bekerja pada domain kelautan.

Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini telah meningkat wirausaha yang memiliki inovasi menarik sehingga bisa dijadikan langkah baik dalam meningkatkan kembali identitas maritim. Selain itu, keterlibatan teknologi juga bisa digunakan untuk meningkatkan identitas maritim.

Keterlibatannya dapat berupa pemantauan atau monitoring kelautan menggunakan penginderaan jarak jauh dan lainnya yang dapat membantu menyebarkan informasi menarik tentang laut Indonesia. Terakhir, perlu adanya kesadaran bagi masyarakat agar dapat saling membantu dalam mempertahankan identitas maritim.

Mari rangkul laut, kita kibarkan identitas maritim kepada cakrawala yang baru. Laut menunggu uluran tangan kita untuk membawanya keluar dari kompleksitas yang tak berujung.***

Baca juga: Menjaga Laut Sehat, Menyehatkan Mental Kita

Editor: J. F. Sofyan

Referensi:

Putri, A. D. T., & Widyani, A. I. (2021). Gagasan Pamor Keris Pada Elemen Dekoratif Dinding Lobby Museum Pusaka Di Jakarta. Prosiding Serina, 1(1), 437-446.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan