Laut, Apa Kabarmu?

Laut, apa kabarmu? Kulihat semakin hari, semakin buruk kondisimu. Berkali-kali kutanya kepada orang sekitar bagaimana kabarmu, berkali-kali pula mereka menceritakan betapa rindunya mereka dengan deburan ombak, hamparan pasir putih, dan paparan sinar mataharimu yang hangat. Tak sedikit juga yang menyinggung kondisimu yang kian hari memburuk. Jadi laut, apa kabarmu?

Keberadaan laut memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan di bumi, khususnya manusia. Laut merupakan sumber kehidupan, karena awal kehidupan dimulai di laut.

Ya, laut menjadi tempat awal dimulainya kehidupan sebelum makhluk hidup berkembang (berevolusi) menjadi beragam rupa seperti sekarang. Apabila tidak ada laut, mungkin kehidupan di bumi tidak akan sedemikian rupa seperti saat ini.

Seringkali terlupakan, pada dasarnya kehidupan di bumi tidak pernah terlepas dari kehadiran laut. Bagi seluruh kehidupan di muka bumi, laut menyediakan sumber air yang amat sangat besar.

Rasanya laut tidak pernah absen dalam siklus hidrologi di bumi. Bagi kehidupan di laut itu sendiri, tempat tinggal disediakan bagi seluruh penghuni di dalamnya.

Ada berbagai bentuk kehidupan yang dapat kita temukan di laut, dari yang paling sederhana (bakteri) hingga makhluk yang paling kompleks (ikan, penyu, lumba-lumba, dan paus).

Bahkan bagi manusia, laut memiliki arti tersendiri. Tahukah kamu bahwa sebagian besar tubuh manusia terdiri dari 60–70% air? Juga tahukah kamu bahwa sumber bahan makanan, sumber bahan obat dan kosmetik, sumber garam, sumber bahan tambah, sumber energi, sumber sarana transportasi, olahraga, serta rekreasi, semua berasal dari laut? Ya, laut memiliki arti yang penting bagi manusia.

Sekitar 72% permukaan bumi tertutup oleh air, yang mana laut menampung sekitar 96,5% air yang tersedia di bumi.

Laut benar-benar mengambil peran yang sangat penting bagi sistem kehidupan. Lalu, apa kabar laut sekarang? Pernahkah kamu sesekali berkunjung untuk melihat kabar laut?

Kondisi Laut Terkini

Saat ini, kondisi laut tidak sebaik dulu. Apabila kamu mengambil waktu sejenak untuk mengunjungi laut, bukan hamparan pasir saja yang akan kamu temukan.

Sampah plastik, sisa-sisa makanan pengunjung, bahkan sesekali bangkai hewan laut dapat kamu temukan.

Tidak asing lagi kita temukan unggahan foto plastik yang menjerat kura-kura, penyu yang terlilit tali pancing, atau burung laut yang mati akibat mengkonsumsi berbagai limbah plastik di media sosial.

Ilustrasi Pencemaran Plastik di Laut. / Foto: pixabay.com

Hanya dalam beberapa kurun waktu saja, kondisi laut semakin memburuk. Lingkungan laut menjadi tercemar dan terkontaminasi dari berbagai sumber dan bentuk.

Beberapa jenis kontaminan yang dapat ditemukan adalah bahan kimia, plastik, limbah padat, limbah industri dan pertanian, tumpahan minyak, dan lain sebagainya.

Kasus pencemaran laut sudah seringkali terjadi dan juga sudah berkali-kali diberitakan. Namun, kasus dan berita tersebut tidak cukup berarti untuk menghentikan kasus pencemaran selanjutnya. Bahkan masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kasus pencemaran yang terjadi di penghujung tahun 2021, Laut Jakarta yang tercemar oleh obat-obatan, salah satunya parasetamol dengan konsentrasi yang tinggi.

Belum lagi baru – baru ini ilmuwan menemukan mikroplastik di pembuluh darah manusia. Kasus-kasus tersebut menunjukkan ada begitu banyak dampak yang dihasilkan akibat pencemaran laut.

Kita semua tahu bahwa populasi manusia meningkat secara eksponensial dari waktu ke waktu. Manusia membutuhkan suatu tempat untuk hidup, di mana bumi dan seisinya adalah satu-satunya opsi yang tidak terelakkan.

Konservasi merupakan salah satu cara untuk memahami lebih lanjut penyebab dan cara pemulihan ancaman kerusakan ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup di dalamnya.

Konservasi laut bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau warga sekitar. Namun, setiap individu yang hidup di bumi memiliki tanggung jawab yang sama untuk tetap melestarikan laut dan seisinya.

Plastik di Laut
Plastik di laut. / Foto: Noel Guevara / Greenpeace

Tingkat pencemaran laut sampai saat ini masih sangat tinggi dan kita semua juga sadar bahwa kondisi laut sedang tidak baik-baik saja.

Tingkat pencemaran laut telah menjadi ancaman yang serius bagi ekosistem laut dan bahkan juga manusia.

Sudah waktunya kita manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal budi mengambil langkah tepat untuk mencegah kerusakan laut yang semakin parah. Jadi, siapkah kamu ikut merawat laut?

Baca juga: Mencari Teripang Sampai Jauh, Indikasi Berkurangnya Populasi?

Editor: J. F. Sofyan

Sumber:

Swasta, Ida Bagus Jelantik. 2018. Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria. Depok: Rajawali Pers.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan