Green Talao Park, Desa Wisata Bahari Sumatera Barat

Berbicara mengenai wisata laut, mungkin Green Talao Park masih cukup asing oleh sebagian banyak orang. Green Talao Park merupakan destinasi wisata yang baru dibuka sejak tahun 2020 lalu.

Salah satu list destinasi wisata yang wajib dikunjungi jika berada di Kabupaten Padang Pariaman. Masyarakat setempat menyebut tempat ini dengan sebutan Talao.

Talao artinya ialah rawa yang terdapat di pinggiran pantai dan memiliki hutan nipah dan mangrove. Selain itu terdapat berbagai macam flora dan fauna yang hidup di talao.

Adapun flora dan fauna khas yang ada di Green Talao Park ialah nipah, kepiting, bakau, lokan dan lainnya. Dulunya masyarakat setempat menjadikan tempat ini sebagai area memancing.

Sejak tahun 2015 melalui pemerintah nagari atau desa serta masyarakat berniat menggali potensi pariwisata yang ada di talao. Melalui diskusi dan musyawarah akhirnya perangkat nagari dan masyarakat bertekad untuk mengembangkan potensi wisata Talao. Green Talao Park mengusung konsep wisata bahari dan edukasi dan cocok untuk dikunjungi bersama keluarga.

Selain itu agar pengunjung dapat menikmati keindahan alam mangrove dan nipah dibuatlah jalur track yang terbuat dari kayu sepanjang 1 kilometer. Jalur tracking ini merupakan salah satu jalur terpanjang di Indonesia.

Green Talao Park

Melalui jalur ini wisatawan dapat menikmati keindahan alam serta flora dan fauna yang ada di Green Talao. Sambil menikmati keindahan alam, wisatawan juga dapat menikmati fasilitas yang ada di Green Talao.

Adapun fasilitas yang disediakan ialah area foto selfie, gazebo, rumah pohon, cafe dan fasilitas menarik lainnya. Kemudian ada water activity, pengunjung dapat menikmati aktivitas air dengan menaiki perahu cano dan bebek dayung.

Ada juga pemandu wisata yang akan memandu wisatawan sekaligus memberikan edukasi tentang flora dan fauna yang ada di Green Talao Park. Tak lupa Green Talao Park memiliki ciri khas kuliner yang wajib disantap bila mengunjungi tempat ini.

Kuliner khas wajib yang ada di Green Talao Park ialah rendang lokan, jus buah nipah, dan rakik. Rendang lokan merupakan kuliner yang berasal dari lokan atau dalam bahasa indonesia ialah sejenis kerang yang dapat dimakan dan hidup di rawa pesisir.

Apabila berkunjung ke Green Talao, pengunjung akan dikenakan tarif sebesar Rp. 2.000,00 untuk anak-anak dan Rp. 5.000,00 untuk orang dewasa.

Biaya tersebut nantinya akan dikelola oleh BUMNAG atau badan usaha nagari dan perangkat nagari untuk pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana Green Talao Park.

Keberhasilan dibukanya pariwisata ini tak lepas dari peran pemuda setempat serta nagari bergotong royong untuk memajukan potensi nagari atau desa. Berkat usaha tesebut mengantarkan Green Talao Park menjadi salah satu nominasi anugerah desa wisata indonesia 2022 (ADWI) .

Saat ini di tahun 2022 Green Talao Park berhasil masuk 50 destinasi desa wisata nasional. Ada berbagai aspek penilaian untuk kategori desa wisata tingkat nasional. Salah satu aspeknya ialah homestay, toilet umum, souvenir, digital dan inovatif, CHSE, dan kelembagaan.

Hal ini jadi momen yang sangat menggembirakan bagi kemajuan pariwisata Green Talao Park agar menjadi lebih baik.

Konsep wisata bahari ini patut untuk dikembangkan agar dapat mengedukasi masyarakat akan pentingnya mengenal flora dan fauna bahari. Selama ini kita hanya mengenal flora dan fauna melalui kebun binatang yang ada di daratan.

Melalui desa wisata bahari Green Talao Park menjadi sarana edukasi berbasis ekowisata untuk kemajuan daerah dan masyarakat sekitar yang ada di sana.

Apalagi kita negara Indonesia merupakan negara maritim dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat dan pemerintah saling bekerja sama untuk memajukan potensi dan keunikan yang ada di setiap daerah melalui pariwisata laut.***

Baca juga: Keindahan USAT Liberty Wreckship di Perairan Tulamben, Bali Timur dan Fauna Khas di Dalamnya

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan