10 Bali Baru dan Tantangan Pengelolaannya
Apakah kamu sudah mengunjungi semua tujuan dari 10 Bali baru?
Target, Tujuan dan Peluang
Kementerian Pariwisata di tahun 2016 lalu telah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas.
Pemerintah menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan luar negeri ke Indonesia mencapai 20 juta orang di tahun 2019.
Estimasi jumlah populasi penduduk Indonesia yang mencapai 266,91 juta jiwa di tahun 2019 dan 68,7% (183,36 juta jiwa) di antaranya berada dalam usia produktif (berusia 15-54 tahun), menunjukkan bahwa potensi pergerakan atau mobilisasi wisatawan dalam negeri juga sangat besar (Lihat infografik: KataData di sini).
Kebijakan pemerintah dengan 10 destinasi wisata prioritas tersebut juga bertujuan untuk memeratakan kunjungan dan pengembangan pariwisata di berbagai penjuru Indonesia.
Sepuluh destinasi itu sering disebut sebagai 10 Bali baru.
Bali Baru, Di Mana Saja?
Berikut daftar 10 Bali baru yang gencar diprogramkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia:
- Danau Toba, Sumatera Utara
- Pantai Tanjung Kelayang, Kepulauan Riau
- Pantai Tanjung Lesung, Banten
- Kepulauan Seribu, Jakarta
- Candi Borobudur, Jawa Tengah
- Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur
- Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat
- Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur
- Pulau Morotai, Maluku Utara
- Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara
So Sobat, mana saja yang bakal kamu kunjungi ke depan atau kunjungi kembali dalam waktu dekat?
Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun dan divisualisasikan oleh KataData, total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun 2017 mencapai 15,8 juta orang. Jumlah tersebut bertumbuh sekitar 12,58 persen dari tahun 2017 yang mencapai 14,04 juta orang.
Jumlah kunjungan wisman dari 5 Pintu Masuk Utama tersebut meliputi 75,61 persen dari total kedatangan wisman ke Indonesia selama 2017.
Berdasarkan analisis tabel data Jumlah Kunjungan Wisman Menurut Kebangsaan dan Bulan Kedatangan Tahun 2017 – 2018 yang diterbitkan BPS pada 4 Februari 2019 lalu, menunjukkan 5 besar kewarganegaraan wisman yang mengunjungi Indonesia dalam kurun waktu 2 tahun terakhir berasal dari: Malaysia, China, Singapura, Timor Leste dan Australia.
Secara keseluruhan, dalam 2 tahun terakhir total kunjungan wisman ke Indonesia 68,70 persen berasal dari Benua Asia.
BPS dalam laporan Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2017 (terbit Agustus, 2018) menunjukkan 5 Pintu Masuk Utama wisman ke Indonesia, yaitu melalui:
- Bandara Ngurah Rai, Bali sebesar 5,68 juta kunjungan atau 40,47 persen;
- Bandara Soekarno-Hatta mencapai 2,74 juta kunjungan atau 19,58 persen;
- Batam 11,14 persen;
- Pelabuhan Tanjung Uban 2,65 persen; dan
- Bandara Juanda 1,76 persen.
Tantangan Pengelolaan Bali Baru
Pengembangan destinasi pariwisata selain menimbulkan geliat ekonomi juga bersamaan memicu dampak buruk terhadap lingkungan alam dan sosial.
Apalagi jika pengembangan pariwisata diprioritaskan hanya untuk mengejar target kuantitas kunjungan semata.
Pariwisata berbasis massa cenderung —jika tidak didukung oleh kualitas kesadaran wisatawan yang berkunjung apalagi tidak dibekali dengan kualitas pengelolaan yang mumpuni maka —akan berujung pada persoalan kemunduran dan kehancuran bagi wilayah wisata itu sendiri.
Persoalan konflik pemanfaatan (baca: penguasaan) ruang, peralihan kepemilikan lahan, ketersediaan air bersih, kepadatan, timbulan sampah, dan kemacetan lalu lintas di wilayah pengembangan pariwisata prioritas perlu menjadi perhatian dan pemikiran utama pemerintah serta masyarakat setempat.
“Sepuluh Bali baru” perlu belajar dan mengambil banyak hikmah dari plus-minus pengelolaan dan perkembangan pariwisata di Bali dari awal-mula hingga kini.
Sejalan dengan itu, Bali juga perlu belajar dari pengalamannya sendiri dan juga pengalaman di daerah lain untuk memastikan kegiatan pariwisata berjalan sesuai dengan daya tampung-dukung lingkungan, kearifan lokal dan semangat pelestarian alam.
Sangat penting menjadi perhatian dan pertimbangan bersama, bahwa “10 Bali baru,” 8 di antaranya berada langsung atau berdekatan dengan wilayah pesisir dan laut.
Kualitas pengelolaan pariwisata perlu ditingkatkan, diawasi dan dievalusi berkala agar potensi serta dampak dari frekuensi dan kuantitas kunjungan yang besar tidak menjadi bencana bagi lingkungan pesisir dan laut.
Ekosistem penting pesisir laut seperti pantai, terumbu karang, padang lamun dan mangrove perlu mendapat prioritas perlindungan.
Oleh karena itu, pengembangan pariwisata perlu bertujuan untuk mendukung perlindungan dan pengelolaan lestari sejumlah ekosistem penting tersebut, bukan malah menghancurkannya.
Pembelajaran dari Bali juga penting untuk untuk melihat-ulang pengelolaan semua destinasi wisata di seluruh wilayah di Indonesia.
Warga setempat dan pemerintah daerah perlu mengambil posisi terdepan untuk memastikan pengembangan dan pengelolaan destinasi pariwisata tidak mengorbankan sumber daya alam, budaya lokal serta modal sosial di masyarakat.
Siapkah kita mengelola 10 Bali baru dengan lebih baik tanpa merusak lingkungan?
Belajar lah dari Bali!
Catatan: Foto utama oleh Khairul Leon dari Pexels.
Semoga pariwisata lokal di Indonesia semakin maju mengalahkan negara tetangga (Thailand, SIngapura, dan Malaysia) dengan begitu akan membangkitkan ekonomi kerakyatan didukung dgn sinergi masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan dalam menjaga kelestarian alam !