Wisata Diving di Laut Geopark Ciletuh Pelabuhanratu, Bisakah ?

wisata diving di laut geopark ciletuh

Wisata Diving di Laut Geopark Ciletuh Pelabuhanratu, Bisakah ?

Geopark Ciletuh Sukabumi menjadi salah satu anugerah Tuhan dari tanah selatan jawa. Menjadi destinasi wisata, keindahan laut selatan ini telah menarik wisatawan dalam maupun luar negeri. Selain itu, Geopark ini juga mempunyai daya tarik untuk ditelusuri.

Geopark Ciletuh dengan luas 30,3 persen dari wilayah kabupaten Sukabumi atau sekitar 126 ribu hektar ini terjadi karena tumbukan lempeng benua yang bercampur dengan lempeng bumi bagian atas sehinga bercampur dengan lempeng bumi yang disebut melange.

Pengamat sejarah bumi, Firmansyah menjelaskan “sebuah proses ambruknnya daratan yang terjadi puluhan juta tahun yang lalu. Sementara itu, bagian dekat lautnya tenggelam ke dalam Teluk Pelabuhan Ratu” sebagaimana dikutip dari sukabumiupdate.com pada minggu 14 maret 2021.

Tidak hanya perbukitan batu yang indah, Geopark Ciletuh juga memiliki pantai dengan ombak yang indah yang menjadi sasaran para wisatawann untuk diving. Karena keindahan inilah pelaku usaha Octopus Dive menemui pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk wacana pengembangan wisata selam di daerah Ciletuh Pelabuhan.

Theresia selaku pelaku usaha Octopus Dive Indonesia mengungkapkan “Kedatangan kami ke sini adalah untuk bersilaturahmi dan ingin berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam pengembangan kemajuan pariwisata di Pelabuhanratu khususnya di wisata penyelaman atau diving. Karena target utama kami ialah industri selam”.

Wakil bupati Sukabumi, Iyos juga merespon dengan baik ajakan dari para pelaku usaha tersebut dengan harapan akan menambah destinasi wisata dan di Sukabumi khususnya wisata diving sehingga wisatawan lokal maupun asing lebih terterik untuk datang.

“Kita siap untuk berkolaborasi, kita siap kerjasama untuk mengembangkan pariwisata di daerah Palabuhnaratu khususnya mengembangkan wisata menyelam atau diving,” kata Iyos.

Banyak spot wisata di Geopark Ciletuh, salah satunya Pulau Kunti. Pulau ini terletak di pesisir Selatan Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu destinasi wisata laut yang wajib dikunjungi bagi pelancong khusunya bagi para diver (pennyelam).

Tak seperti namanya yang terkesan menyeramkan, Pulau Kunti malah memiliki keindahan yang dapat memanjakan mata, hamparan pantai pasir putih dengan deretan karang sisa lava gunung api dan deretan pohon yang menambah keelokan pulau ini.

“Pulau kunti berada di ujung semenanjung terbentuk dari sedimen batuan melan. Itu usianya diperkirakan antara 55 tahun sampai 65 tahun, itu semua hasil reduksi sesar tidak bisa dipatahkan batuan itu dari laut. Karena disana ditemukan fosil yang bernama numulates” jelas pa Saman professor dari Unpad sebagaimana dilansir dari Detik Travel.

wisata diving di laut geopark ciletuh
Foto: Sukabumiupdate.com / akun medsos CPUGGp

Tak hanya keindahan landscape pasir dan bebatuannya, Pulau Kunti juga menjadi rumah bagi Elang Jawa dan Rusa.

Diketahui Pulau Kunti memiliki keunikan terumbu karang sebagaimana diungkap oleh Anwar Away seorag pelaku wisata.

“Karena satu hamparan dengan bentangan alam gugusan batu peninggalan jaman pra-era tersier, terumbu karang di Pulau Kunti menyajikan hal yang berbeda dari lokasi lainnya,” ujar Anwar.

Ia menambahkan bahwa menyelam di pulau Kunti paling pas saat berakhirnya musim barat yaitu pada bulan Agustus sampai November.

Selain atraksi wisata wisatawan juga bisa ikut serta melestarikan terumbu karang yang dikelola oleh para kelompok masyarakat setempat.

Kalin sudah pernah berkunjung ke Geopark Ciletuh ?

Nampaknya informasi ini bisa menjadi tantangan khusunya bagi para diver, mengingat laut selatan menjadi tantangann tersendiri karena terkenal dengan arus dan gelombang yang kuat pada umumnya.

Menjadi salah satu tujuan untuk menambah pengalaman baru menyelam di pantai selatan selain di Bali maka tempat ini menjadi salah satu pilihan yang menarik.

Baca juga: Pesona Bawah Laut Manado

Sumber: Sukabumi Update, Travel Detik, Kompas Travel

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan