Pliek U, Bumbu Khas dan Prospek Lain dari Kelapa di Aceh

Dikenal sebagai negara agraris, Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya yang melimpah, terutama sektor pertanian. Subsektor pertanian yang penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah perkebunan dan salah satu komoditas perkebunan tersebut adalah kelapa.

Hidup pada dataran rendah, komoditas ini diketahui memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Dikutip dari laman Pusat penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), data tahun 2019 menunjukkan, Indonesia memiliki areal kelapa seluas 3.500.726 (ha) dengan produksi 2.992.190 (ton). Dilihat dari data tersebut, Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan ekspor pada industri kelapa.

pliek u
Pliek U. / foto : Ratno Sugito

Berdasarkan hasil temuan ahli kelapa dunia Prof. Wisnu Gardjito, ada 1.600 produk turunan yang bisa diolah atau diproduksi dari tanaman kelapa. Mulai dari batang, buah, daun, dan nira, dapat menghasilkan bermacam produk, seperti natade coco, arang, tepung kelapa, dan beragam produk lainnya.

Di Aceh, pohon kelapa sangat mudah untuk dijumpai, hidup pada dataran rendah, pesisir pantai  dan pulau – pulau kecilnya. Buah kelapa tidak lepas keberadaannya dari keseharian masyarakat Aceh.

Keberadaan pohon yang selamat dari bencana Tsunami pada tahun 2004 lalu mampu memberi arti bagi para korban selamat. Buah kelapa mampu menyambung hidup para penyintas bencana alam tersebut.

Di sisi lain, terkait pengolahan buah kelapa ini, masyarakat Aceh mampu mengolah buah kelapa menjadi salah satu bumbu dapur bercita rasa tinggi. Dikenal dengan nama Pliek U (Pliek / Patarana, ‘U’ sebutan kelapa dalam bahasa Aceh) yang terbuat dari ampas kelapa yang telah melalui fermentasi dan hanya diproduksi di Aceh.

pliek u
Masakan gulai Pliek U. / Foto : bandaacehtourism

Kuah Pliek (sayur Pliek U) merupakan salah satu masakan seperti gulai berasal dari Aceh, berisi campuran beberapa jenis sayur yang dimasak dengan santan. Masakan ini sangat mudah kita jumpai dalam setiap jamuan makan.

Bahan utama untuk memasak Kuah Pliek adalah Pliek U itu sendiri, masakan ini dilengkapkan dengan daun dan buah melinjo, kacang panjang, kacang tanah, daun pepaya, daun singkong, rebung kecombrang, kadang kala disajikan dengan “chu” (sejenis siput yang hidup di sungai).

Dalam praktiknya, masyarakat Aceh juga menambahkan sayuran lain untuk masakan ini seperti kacang panjang, pepaya muda dan nangka muda. Selain itu untuk menguatkan rasa, asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan setelah dikukus bersama garam) ditambahkan pula sebagai bumbu khasnya.

Pliek U dijual bersama dengan bumbu dapur lainnya, Pasar Kampung Baru Kota Banda Aceh. / Foto : Ratno Sugito

Kelapa yang digunakan untuk membuat Pliek U adalah kelapa tua. Daging buahnya telah keras, mengandung banyak santan. Setelah dikupas dari kulit buah (sabut), kemudian kembali dibelah batok (tempurung) nya untuk mengeluarkan air.

Belahan tidak sampai lepas menjadi dua bagian, hanya untuk mengeluarkan air saja. Setelah itu, kelapa tersebut dibiarkan begitu saja selama dua hari agar daging buahnya melunak, membiarkan bakteri mengurai pati.

Setelah itu, kelapa dikukur kemudian disimpan dalam sebuah wadah (sebagai Fermentor) selama lebih satu minggu. Setiap hari, minimal dua kali harus diaduk dan dibolak balik. Efektifnya pagi dan sore. Bahan diaduk dengan tangan, agar pembusukannya merata. Jika tidak dilakukan demikian, maka panas pada bahan tidak merata, sehingga berbiak belatung yang membuat minyak dan Pliek U menjadi tengik.

Pliek U bumbu rempah terbuat dari buah kelapa yang telah melalui fermentasi yang hanya diproduksi oleh masyarakat pesisir Aceh. Dan Pliek U merupakan bukti begitu arifnya masyarakat Aceh dalam mengolah bumbu dapur dengan kualitas tinggi.***

Baca juga: Ikan Keumamah, Bukti Teknologi Pengawetan Ikan Tanpa Menggunakan Bahan Kimia

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan