Bersama Bergerak Melindungi Laut

Perairan adalah daerah yang sangat luas. Bahkan ada yang menyebutkan 71% permukaan bumi tertutup oleh air,dan tentu saja dengan kedalaman yang beragam. Maka dapat dipastikan bahwa komponen biotik di ekosistem air terutama laut sangatlah beragam. 

Khususnya di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang begitu luar biasa,dari segi pariwisata sampai flora dan fauna. Lebih spesifik pada bagian fauna air, Indonesia memiliki begitu banyak spesies yang bisa ditemukan, dari Ikan yang kecil sampai yang besar, dari terumbu karang sampai rumput laut, bahkan sampai yang bukan golongan ikanpun ada di Negara kita. Tentu kita patut berbangga akan hal ini.

Namun agaknya merasa bangga saja tidak cukup. Diperlukan suatu hal yang  lain untuk mengungkapkan rasa syukur ini. Mengingat kembali dimana begitu banyak peristiwa disiarkan kepada kita mengenai berbagai hal yang mengancam ekosistem laut. 

Berita dimana ada eksploitasi berlebih dalam mengambil ikan, bahkan ikan yang masih kecilpun turut diambil, menyisakan sedikit ikan untuk berkembang biak. Lalu jika proses ini secara terus menerus terjadi maka hal selanjutnya akan berdampak pada punahnya spesies ikan yang diambil tersebut, dan ini tidak hanya terjadi pada ikan, fauna yang lainpun akan punah jika hal ini terus berlanjut. 

Hal ini juga diperburuk dengan kondisi ekosistem laut dari segi “kebersihan”, dimana ada begitu banyaknya sampah yang dibuang ke laut secara tidak bertanggung jawab meski sudah banyak larangan untuk membuang sampah secara sembarangan terlebih membuangnya ke laut langsung, khususnya sampah plastik.

Pernah disebutkan dalam hasil penelitian The World Bank tahun 2018 dituliskan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah ke laut sebanyak 1,27 juta ton, dan diatas Indonesia masih ada Cina yang juga turut memberikan kontribusi sebesar 1,23 sampai 3,53 juta ton sampah ke laut pertahunnya.

Tak hanya berdampak pada kebersihan laut, sampah – sampah ini juga akan berdampak pada hewan. Sudah banyak kasus dimana hewan mati karena terjerat atau memakan sampah yang ada di laut ini. Bahkan terumbu karangpun dapat ‘sakit’ lalu mati karena plastik. Hal ini tentu sangat memilukan dan memalukan. 

Semua kejadian diatas dapat memberikan efek domino. Terumbu karang membutuhkan ikan dan ikan membutuhkan terumbu karang. Jelasnya ketika terumbu karang tidak ada beberapa spesies ikan tidak dapat Makan, dan beberapa lagi akan kehilangan tempat sebagai tempat berlindung dan berkembang biak. Sebaliknya ketika ikan tidak ada terumbu karang juga akan kesusahan.

Intinya terumbu karang dan ikan memiliki ikatan saling membutuhkan atau biasa disebut dengan simbiosis mutualisme. Bahkan ketika ekosistem laut terganggu manusia juga akan terkena dampaknya. Hal ini dapat terjadi karena laut juga memiliki peran untuk mengontrol iklim, selain itu laut juga panghasil oksigen, bahkan lebih banyak dari daratan yang dihasilkan di darat.

Maka dari itu demi mendukung banyak program yang dijalankan untuk melindungi ekosistem laut, terkhususnya program dari pemerintah untuk mengembalikan kesehatan alam khususnya laut dan ekonomi yang berhubungan, terlebih dimasa pandemi, mari kita bergerak bersama untuk ikut serta menjaga laut.

Hal ini dapat dimulai dari hal – hal kecil, seperti mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless, juga dapat mengganti kantong plastik sebagai tas belanja dengan tas kain, dan mengganti segala bentuk barang sekali pakai dengan barang yang bisa digunakan berulang ulang dan tentu saja yang ramah lingkungan. 

Mari bergerak bersama menjaga alam. Membentuk kesadaran untuk menjaga dan mewariskannya ke pada generasi berikutnya. Karena apa yang kita berikan untuk alam, akan dikembalikan juga kepada kita dengan berat yang setimpal. 

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan