Populasi Penguin Terancam Sampah Manusia

Pakar biologi dari Southern Center for Scientific Research di Argentina bernama Andrea Rey melakukan eksplorasi ke kawasan Tierra del Fuego. Di kawasan ini, ia dan timnya menemukan tujuh koloni penguin terpencil, salah satunya Isla Martillo. Di pulau tersebut, ada sekitar 5.000 pasangan penguin Magellan dan 50 pasangan penguin Gentoo. Kedua koloni tersebut sudah ada sejak 1970-an. Tapi, Andrea Rey baru mulai mengamatinya sejak 1990-an dan ia mengatakan kalau jumlah penguin di wilayah tersebut selalu bertambah.

Sayangnya, perubahan iklim yang terjadi belakangan berpengaruh besar terhadap kehidupan penguin. Naiknya suhu laut akibat perubahan iklim menyebabkan perubahan rantai makanan pada satwa laut sehingga penguin harus meninggalkan anak-anak mereka dan berburu lebih lama untuk mendapatkan makanan.

Mamalia laut ini memangsa hewan yang sangat kecil, seperti larva, yang paling rentan terhadap perubahan suhu air laut. Akibatnya, penguin semakin sulit mendapatkan makanan sehingga populasinya terancam punah.

Ancaman Sampah Laut bagi Penguin

Pada September 2020, seekor penguin ditemukan mati di Pantai Juquehy, São Paulo, Brasil dengan masker N95 di dalam perutnya. Penguin dari spesies Magellan tersebut ditemukan pertama kalinya oleh tim Instituto Argonauta dalam kondisi yang sangat kurus dengan tubuh berlumur pasir.

Bayangkan saja, masker yang biasa digunakan oleh manusia untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini malah ada di dalam tubuh mamalia laut tersebut secara utuh! Ahli biologi Brasil bahkan menemukan setidaknya ada 113 masker bekas berserakan di Pantai São Paulo pada periode April–September 2020. 

Perlu diketahui bahwa sampah masker medis, terutama masker N95, terbuat dari beberapa lapisan polimer plastik polipropilena dan bahan sintesis lain yang hanya bisa digunakan sekali saja sehingga jumlah limbah medis semakin banyak dan tak terkendali. Ditambah lagi manajemen pengelolaan sampah yang kurang optimal dan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang sampai saat ini masih saja terjadi di kalangan masyarakat.

Kenapa Bisa Ada Masker di Perut Penguin?

Penguin Magellan bermigrasi bersama koloninya dari Patagonia, Argentina, ke seluruh wilayah Amerika Selatan untuk mencari makanan. Mereka biasanya akan membangun sarang dan menetap di wilayah pesisir. Nahasnya, 90 persen sarang mereka berisi sampah plastik yang terbawa gelombang laut dan angin.

Sama seperti hewan pada umumnya, penguin sering kali merasa bingung apakah benda asing yang ditemukannya bisa dimakan atau tidak. Hewan tersebut cenderung mengonsumsi masker atau limbah lain yang dibuang sembarangan. Akibatnya, pencernaan mereka tersumbat dan berpotensi mati kelaparan.

Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa sampah manusia tidak hanya berdampak terhadap kehidupan manusia itu sendiri, tapi juga menyebabkan kerugian dan kematian pada satwa laut. Jika tidak ditangani bersama-sama, maka akan lebih banyak satwa laut yang menjadi korban sampah manusia.

Yuk, jaga lautan dengan tidak buang sampah sembarangan dan kurangi penggunaan yang sekali pakai !

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan