Jenis-Jenis Sampah di Sekitar Kita

Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi, tetapi ada beberapa yang masih dapat di daur ulang menjadi barang yang bernilai. Di sekitar kita, sampah ada 3 jenis atau kategori, yaitu organik, anorganik, dan B3.

Sampah organik merupakan sampah yang sifatnya mudah terurai di alam (mudah busuk) seperti sisa makanan, daun-daunan, atau ranting pohon.

Sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.

Semetara yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.

Permasalahan sampah yang ada di laut dari hari ke hari semakin tak terbendung. Hal ini menimbulkan dampak kerusakan luar biasa pada kehidupan laut. Selain mengotori lautan, sampah juga termakan dan meracuni hewan-hewan laut.

Misalnya saja sampah plastik. Plastik adalah polimer organik sintetis. Karakter plastik yang ringan, kuat dan tahan lama membuat plastik banyak digunakan untuk pembuatan berbagai macam produk, terutama produk kemasan.

Kajian Universitas Georgia yang dirilis tahun 2016 menemukan lautan di Indonesia merupakan perairan kedua di dunia yang menyimpan sampah plastik terbanyak.

Sampah plastik mengapung di lautan. / Sumber: Google

Lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut tiap tahunnya, sekitar 80% berasal dari aktivitas yang dilakukan di darat yakni Industri, saluran pembuangan, limbah yang tidak diproses dan pariwisata. Sedangkan 20% nya berasal dari kegiatan yang dilakukan di laut yakni perikanan, transportasi laut, dan industri lepas pantai.

Dalam pemaparannya juga dijelaskan bahwa seiring dengan jumlah sampah yang terus membengkak di laut Indonesia bahkan di seluruh dunia, maka semakin terancam pula kehidupan hewan laut tersebut.

Sebagai contoh adalah penyu yang kerap kali tersangkut kumpulan sampah bahkan memakan sampah plastik dan mikroplastik karena menganggap sampah tersebut adalah makanan, padahal penyu merupakan salah satu hewan laut yang paling dilindungi, tak hanya terjadi pada penyu, hal inipun terjadi pada burung laut dan singa laut.

Burung dan anjing laut turut menjadi korban sampah plastik./ Sumber: Google

Bahaya sampah yang mengandung zat-zat kimiawi pada hewan diantaranya adalah menimbulkan luka fisik di saluran usus, translokasi ke jaringan atau organ lain, penurunan berat badan yang signifikan, pengurangan aktivitas makan yang signifikan, dan cacat perkembangan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Permasalah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun institusi terkait, tapi masyarakat juga perlu berperan aktif dan turut berkontribusi. Misalnya saja berperilaku bijak dalam menggunakan produk berbahan dasar plastik bahkan sebisa mungkin menghindari penggunaan barang-barang yang berpotensi menjadi sampah, bukan hanya plastik, sehingga mengurangi produksi sampah plastik ataupun sejenisnya demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

Jika permasalahan ini dibiarkan, akan berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil karena mengakibatkan penurunan pendapatan negara dari sektor kelautan.

Dan kami, siswa-siswi Sekolah Alam Indonesia akan melaksanakan kampanye tentang Sustainable Traveling. Yaitu beberapa cara mengurangi dan mengolah sampah, dan ajakan untuk berwisata ke Taman Nasional di Indonesia.

Mari bersama-sama menjaga lingkungan! Yuk, kita tingkatkan kesadaran lingkungan dengan mengelola sampah secara benar. Mulai dari memilah sampah, daur ulang, dan mengurangi penggunaan plastik. Setiap tindakan kecil kita berkontribusi besar untuk bumi kita, lho!***

Baca juga: Selamat Hari Peduli Sampah Nasional, Inilah 10 Brand Pencemar Plastik ke Sungai Bali Tahun 2023

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan