Pantai Falajawa Ternate: Janjiku untuk Sampah!

Masih di tempat yang sama, Pantai Falajawa Kota Ternate. Tidak jauh, berjarak sekitar 300 meter dari tempat menginap, membuat saya bisa kapan pun di sela waktu bertugas untuk berenang atau untuk sekedar menikmati Pantai Falajawa, pemandangan laut dan kepulauan Halmahera di seberang sana.

Kali ketiga saya menikmati kejernihan lautnya, Pantai Falajawa menjadi destinasi wisata favorit baik untuk masyarakat lokal maupun wisatawan dari luar Kota Ternate atau mancanegara.

Lokasinya yang mudah diakses dan berada di pusat kota menjadikan lokasi wisata ini selalu ramai dikunjungi setiap hari, terlebih waktu sore sampai dengan waktu magrib tiba.

Pantai ini dapat dikunjungi dengan menggunakan berbagai moda transportasi umum di kota ini. Hanya tiga moda transportasi umum yang tersedia, yaitu taksi bandara, angkot, dan ojek bebas.

Dari Bandara Internasional Sultan Ba’abulah hanya diperlukan waktu +/- 15 menit menggunakan taksi bandara atau ojek motor, sementara angkot tidak tersedia disana.

Namun demikian, lokasi Pantai Falajawa berada di jalur yang selalu dilalui angkot. Adapun ojek motor tersedia banyak, berseliweran dan mangkal di jalan-jalan.

Setiap pengendara motor laki-laki yang lewat di depan anda dan tidak membonceng seseorang, kemungkinan besar itu adalah tukang ojek.

Tinggal anda ayunkan tangan, seketika akan berhenti dan menawarkan jasa antarnya. Sementara dari Pelabuhan Ternate, hanya perlu jalan kaki untuk sampai di sana. Atau berenang juga bisa. Hehe

Menjadi catatan: ini merupakan pantai yang tidak berpasir, berdiding pembatas penahan ombak, sehingga pantai ini cukup dalam, berkisar 2-3 meter.

Saya sangat yakin, pantai ini dulu ditumbuhi banyak terumbu karang dan coral-coral, disertai ikan-ikan karang yang cantik dan lucu-lucu.

Di dasar lautnya banyak dijumpai serpihan terumbu karang dan coral yang sudah mati, berwarna pucat. Disayangkan! Ya, sangat disayangkan. Pantai dengan dasar laut yang begitu indahnya, rusak. Dibom!

Upaya perbaikan karang nampaknya sudah mulai dilakukan melalui program transplantasi. Beberapa spot sudah menunjukan hasilnya cukup baik, ikan-ikan banyak bermain. Belum semua, tapi ini sangat baik menunjukan perubahan.

Mudah-mudahan bisa tumbuh lebih cepat, menyebar di seluruh kawasan pantai ini, bahkan di perairan Ternate lainya. Semoga! Manusia harus segera sadar dan peduli, mau menjaga dan beraksi. Tidak merusak. Tidak mengotori.

Sampah di Pantai Falajawa
Sampah di Pantai Falajawa, Kota Ternate

Hari ini saya mengangkut sedikit dari banyak sekali sampah yang mengotori pantai ini, mengotori karang-karangnya.

Apa yang saya dapat? Pertama dua sampah pelastik bungkus deterjen, satu bungkus pelastik minuman sachet, satu bungkus pelastik bumbu penyedap masakan, satu bungkus pelastik pewangi pakaian, satu kaleng susu naga, dan dua botol pelastik air mineral.

Dari mana asal sampah-sampah itu? Entah, yang jelas itu sampah rumah tangga. Bekas mencuci pakaian dan memasak, orang yang kehausan, dan masuk angin.

Ya, sampah! Menjadi penyakit dunia, penyakit planet ini.

Kajian The Ocean Cleanup Foundation memperkirakan sekitar 80.000 ton plastik berada di ‘Area Sampah Pasifik Raya’ yang membentang antara California dan Hawaii, Amerika Serikat (www.bbc.com: 2018).

Membentang dari California sampai dengan Hawaii, gila! Gila! Semakin luas daratan di buka bumi ini. Daratan beracun, penghancur, membuka pintu gerbang kiamat di dunia ini.

Lalu di Indonesia, data Kementerian Lingkungan Hidup mencatat sebanyak 8,96 juta ton per tahun  atau 24.000 toh per hari.

Waaaww! Cuma butuh 3 hari bagi masyarakat Indonesia untuk membuat daratan baru di lautan pasifik dari sampah plastik saat ini.

Delapan biji sampah diantaranya aku temukan di area terumbu karang di Pantai Falajawa Ternate. Itu yang berhasil saya ambil, yang belum? Masih banyak. Belum di Jakarta, NTT, dan lainnya.

Saya tidak ingin dunia ini cepat hancur dan tidak ingin menjadi bagian dari ikatan mahkhluk hidup yang ikut menghancurkan.

Saya sadar, tetiba merasa sedih ketika melihat sampah-sampah itu di lautan, mengotori tumbuh karang dan ikan-ikan yang hidup di dalamnya.

Selanjutnya, aku tidak ingin mengotori lagi planet ini. Membersihkan apa yang bisa dibersihkan dari kotoran yang ditemui, lalu mencari tempat harus dibersihkan dari sampah-sampah di bumi.

Ini sumpahku. Mulai besok pun saya akan meminta istri tidak lagi berbelanja dengan wadah plastik. Harus membawa keranjang belanjaan, termasuk di belanja di Super Market.

Saya ingin dunia ini tetap ada, lestari dan bersih. Anak-anak saya serta anak-anak anda tetap melihat apa yang kita lihat. Ada karang laut dan ikan-ikan yang lucu.

Buat teman-teman pembaca, saya harap pun melakukan yang sama, berhenti menggunakan plastik, jika tidak ingin dunia ini cepat hancur.

Baca juga: Menjelajah Alam Bawah Laut Ternate, Kepulauan Rempah Penuh Sejarah

Editor: Jibriel Firman

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan