Mari Bertanggung Jawab Mulai Dari Langkah Kecil Demi Bumi Yang Lebih Baik

Buanglah sampah pada tempatnya!

Seperti yang kita tahu, kalimat tersebut sudah sering kita lihat dan kita dengar di berbagai ruang publik. Namun, apakah sudah diimplementasikan dengan benar? meski pesan tersebut nyata adanya tapi kenyataan di lapangan masih saja jauh dari prakteknya.

Tidak sedikit orang yang masih membuang sampah sembarangan. Tak jarang kita menemukan masih saja ada yang membuang sampah di sungai. Demi menjaga lingkungan rumahnya tetap bersih, ada saja sebagian orang dengan seenaknya menyingkirkan sampah di rumah lalu membuangnya ke sungai.

Orang-orang tersebut hanya berpikir asal di rumahnya bersih yang penting sampah sudah dibuang entah dimanapun tempatnya. Sangat disayangkan perbuatan tidak bertanggung jawab seperti ini masih saja terjadi di jaman sekarang.

Justru semakin hari kita juga sering mendapati sampah-sampah plastik banyak ditemukan di pinggir pantai. Jumlahnya pun tidak sedikit. Mulai dari tahun 2018, sudah banyak berita tentang laut yang mulai tercemar.

Coba bayangkan sampah-sampah plastik yang sulit terurai hanyut terbawa air laut sebelum akhirnya sebagian “terdampar” di pinggir daratan. Belum lagi sampah plastik yang ada di lautan. Lantas bagaimana dengan kehidupan biota laut di dalamnya?

Terlebih lagi sampah plastik sulit terurai yang ada di lautan sebagian besar merupakan sampah yang digunakan oleh manusia. Plastik yang terdekomposisi sebenarnya tidak sepenuhnya hancur. Namun berubah menjadi potongan kecil yang dikenal sebagai mikroplastik.

Apa itu mikroplastik?

Mikroplastik adalah hasil dari sampah plastik berupa partikel kecil berukuran ± 5 mm. Mikroplastik ini berasal dari beragam kemasan berbahan plastik yang kita gunakan sehari-hari. Beberapa produk diantaranya seperti cup plastik, botol plastik, sedotan plastik, wadah styrofoam, kantung plastik dan produk lain dengan kemasan plastik.

Apakah mikroplastik berbahaya?

Tentunya partikel plastik berukuran kecil ini berbahaya. Dengan ukurannya yang sangat kecil ini pasti akan mudah terhirup dan masuk ke dalam tubuh tanpa disadari. Apalagi jika masuk ke janin ibu hamil dapat membahayakan kesehatan bayinya kelak. Dan hal ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara perlahan.

Tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi juga berbahaya bagi hewan yang ada di laut. Sebuah studi yang terbit sekitar awal tahun 2019 menyebutkan bahwa plastik mikro mempengaruhi reproduksi ikan. Ikan yang terpapar mikroplastik mengalami penurunan jumlah reproduksi.

Tak hanya itu, secara tidak langsung keturunan dari ikan tersebut juga terpapar mikroplastik. Dan banyaknya ikan yang terkontaminasi mikroplastik kemudian dikonsumsi oleh manusia secara terus-menerus.

Bagaimana keadaan laut di Indonesia?

Menurut situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, sampah plastik menjadi permasalahan yang kompleks dan dibutuhkan penanganan yang serius. Apalagi Indonesia merupakan negara maritim dimana bidang kelautannya memiliki potensi besar. Sehingga dapat juga berdampak pada sektor ekonomi dan pariwasata.

Kita bisa menjumpai sampah mulai dari kawasan air dangkal hingga bagian pesisir. Bahkan sampah yang masuk ke perairan didominasi plastik yang sulit terurai. Tentunya hal ini merugikan biota dari ingestion hingga entangled. Tak jarang kita menemukan binatang laut yang terdampar mati akibat dari sampah di lautan.

Lantas apakah dengan membuang sampah pada tempatnya sudah cukup? Sebenarnya tidaklah cukup. Kamu mungkin sudah memilah sampah organik dan anorganik. Tapi pada akhirnya sampah yang sudah dipilah tersebut tetap berakhir di TPA. Seperti yang terdapat pada data Kementrian Lingkungan Hidup bahwa 60% proses pengolahan sampah dibuang ke TPA. Padahal proses penguraian di TPA nyatanya juga masih sulit terjadi.

Sulitnya penguraian tersebut bisa terjadi karena keadaan di TPA cenderung lebih kedap udara dan lebih kering. Proses penguraian dapat berlangsung jika kondisinya sesuai seperti adanya mikroorganisme, enzim, oksigen serta sinar matahari yang cukup.

Maka dari itu, sudah saatnya kita menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Meskipun terdengar mudah namun biasanya kita harus menyesuaikan dengan kebiasaan sehari-hari. Jadi, kita tidak hanya semangat di awal saja tetapi bisa terus berkelanjutan dalam jangka panjang. Lantas bagaimana caranya?

Usahakan untuk memilah sampah organik dan sampah anorganik di rumah. Masing-masing siapkan wadah yang sesuai antara kedua jenis sampah tersebut. Jangan sampai sampah organik tercampur dengan sampah anorganik karena nantinya dapat menimbulkan bau tidak sedap. Nah, jika sampah anorganik dibuang di tempat yang tepat maka bisa dibuat menjadi kompos. Tentunya lebih bermanfaat, bukan?

Sedangkan sampah anorganik yang sudah dipilah dari rumah nantinya dapat memudahkan proses recycle oleh pihak pengelola sampah. Pastikan saat memilah sampah anorganik kita sudah tahu jenisnya. Adapun pemilahannya terdiri dari B3, kertas termasuk karton, kaca, plastik, residu.

Pemilahan sampah anorganik yang benar dapat meminimalisir jumlah sampah yang akan berakhir di TPA. Sehingga produk yang masih bisa di recycle pun masih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Dengan melekatnya jargon Buanglah Sampah pada Tempatnya membuat masyarakat saat ini berusaha untuk melaksanakannya. Meskipun masih cukup banyak juga yang belum melaksanakan dan peduli akan dampak dari membuang sampah sembarangan.

Akan lebih baik lagi jika kita mulai mengurangi memproduksi sampah terlebih sampah plastik dengan gerakan zerowaste. Zerowaste merupakan sebuah gerakan untuk mengurangi sampah melalui rethink, refuse, reuse, reduce, recycle serta rot.

Mengingat banyak bahaya tersembunyi yang ditimbulkan dari penggunaan plastik. Dampak jangka panjangnya dapat mengancam kesehatan organ tubuh, aliran darah hingga gangguan reproduksi. Maka dari itu, mulai dari sekarang usahakan untuk mengurangi penggunaan plastik dalam keseharian. Terlebih plastik sekali pakai.

Kita bisa memulai mengurangi sampah plastik seperti tidak menggunakan sedotan plastik, membawa botol minum, membawa tas belanja sendiri. Cukup mulai saja dari hal-hal kecil yang mungkin bagi kita terlihat remeh. Tapi jika kita melakukan secara konsisten maka akan membawa dampak besar bagi lingkungan.

Kalau tidak mulai dari sekarang mau kapan lagi?

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan