Menjaga Lingkungan Melalui Susur Sungai

Wilayah Hilir sungai merupakan bagian akhir sungai yang berhubungan langsung dengan wilayah laut dan pantai dimana air sungai akan dialirkan ke laut dan bertemu di suatu tempat yang sering disebut muara.

Sebagian besar wilayah hilir akan berada tepat di tengah pemukiman warga karena topografi yang landai cocok sebagai tempat pemukiman.

Seiring berkembangnya jumlah penduduk di wilayah hilir, tentu memiliki dampak bagi keberlangsungan hidup sungai karena semakin padat perumahan penduduk maka semakin bertambah produksi sampah rumah tangga.

Sampah rumah tangga menjadi pelaku utama pencemaran sungai maka dari itu, diperlukan adanya keterlibatan masyarakat dalam menyadari hal tersebut.

Jika aliran sungai tercemar maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan di wilayah sekitar DAS baik pencemaran air maupun tanah.

Sampah akan mengganggu jalannya ekosistem sungai bahkan ekosistem muara (tempat air sungai dan laut bercampur).  Banjir bahkan bisa terjadi karena adanya penumpukan sampah dan penyumbatan saluran air yang mana akan mengganggu jalannya perindustrian perikanan di sekitar wilayah DAS seperti pendangkalan wilayah sungai, penurunan populasi ikan, juga sampah dapat merusak alat penangkap ikan nelayan. Juga merusak muara dan pantai. Padahal hilir sungai menjadi salah satu wilayah penting sungai yang memiliki banyak manfaat seperti sumber air bersih, tempat konservasi ekosistem muara, hingga sebagai tempat pariwisata.

Labuan merupakan salah satu kota kecil di Kabupaten Pandeglang yang terletak di sebelah barat dengan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kawasan laut.

Labuan memiliki banyak sekali daerah aliran sungai, karena menjadi wilayah hilir dari DAS besar di wilayah tersebut. Salah satunya adalah daerah aliran sungai Cipunten Agung di Kecamatan Labuan yang berhilir di desa Teluk yaitu di pantai Teluk Labuan, dimana sepanjang hilir dipenuhi oleh perumahan padat penduduk. Sungai ini sudah tercemar akan sampah rumah tangga disepanjang alirannya terlihat warna air yang keruh serta timbunan sampah di kanan kiri aliran menjadi bukti sungai telah tercemar.

Dilatar belakangi akan hal tersebut komunitas lingkungan setempat yaitu Rehabilitasi telah melakukan kegiatan susur sungai yaitu sebuah kegiatan sosial lingkungan untuk mengajak para masyarakat untuk lebih peduli terhadap sungai dan membantu melestarikannya.

Susur sungai, clean up, bersih-bersih sungai
Gerakan susur sungai ke-III. / Foto: Istimewa

Kegiatan susur sungai ke-III telah selesai dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2023 di wilayah hilir sungai Cipunten Agung Labuan hal tersebut juga sekaligus menjadi ajang untuk merayakan hari sungai nasional setiap tanggal 27 Juli. 

Dengan tema “Berjamaah wujudkan sungai bebas sampah”, kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat umum, komunitas-komunitas lingkungan, hingga sekolah-sekolah di sekitar Labuan.

Menurut ketua pelaksana Acara, Ali fikri menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan komitmen dari komunitas untuk menjaga lingkungan khususnya sungai, karena semakin padatnya pemukiman diperlukan pemantauan perkembangan kondisi sungai, apalagi sungai Cipunten Agung dikelilingi oleh pemukiman dimana sepanjang wilayah DAS ini banyak wilayah yang tercemar oleh limbah rumah tangga.

Salah satu upaya ini berfokus mengajak masyarakat turut berperan aktif dalam memelihara sungai dan memberikan edukasi kepada generasi muda dalam memahami pentingnya menjaga lingkungan khususnya sungai yang menjadi sumber kehidupan manusia, karena sampah yang berada di hilir akan terus bergerak lalu menumpuk di sekitar pantai terbawa arus pantai dan ombak yang akan mencemari laut dan pantai di sekitar wilayah DAS maupun wilayah lain disekitarnya. Apalagi wilayah Labuan dan sekitarnya memiliki banyak pantai yang terbuka untuk pariwisata, hal ini akan sangat disayangkan jika laut dan pantai tercemar oleh sampah, baik sampah plastik maupun sampah rumah tangga yang dapat menimbulkan banyak dampak negatif seperti mengganggu keindahan pantai, membuat pantai kotor, dan ekosistem pantai terganggu, jika sudah seperti itu wisatawan yang hendak berkunjung pun akan menurun, nelayan yang melaut pun akan kekurangan hasil tangkapan karena terganggunya ekosistem serta banyak nelayan yang mendapatkan sampah ketimbang ikan di jala mereka.

Kegiatan sukarela membersihkan lingkungan sangat dibutuhkan untuk menjaga sungai khususnya di wilayah padat penduduk agar tetap terjaga kerapian dan keasriannya.

Kerapihan hilir haruslah dibarengi dengan kesediaan masyarakat yang membuang sampah pada tempatnya juga pemerintah maupun pihak lain dapat bahu membahu menyediakan tempat pembuangan akhir karena kekurangan tempat pembuangan sampah menjadi isu di kalangan masyarakat saat ini di sekitar DAS tersebut. Jika wilayah hilir sudah tertata maka dampaknya pun akan terasa, khususnya di wilayah sekitar muara dan laut yang menjadi hilir.***

Baca juga: Bergerak Menuju Laut Indonesia Bebas Sampah

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan