Potret Wisatawan Jakarta Terhadap Plastik

Pariwisata sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi setiap individu yang hidup di wilayah perkotaan atau biasa disebut dengan urban people.

Hi Ocean Lovers…

Tahun 2017 lalu saya berkesempatan melakukan mikro riset mengenai perilaku, sikap dan pengetahuan wisatawan Jakarta terhadap  sampah plastik.

Riset tersebut dilakukan selama 4 hari di dua objek wisata, yaitu Pulau Pramuka dan Taman Kota Waduk Pluit yang berada di wilayah pesisir Jakarta.

Dalam riset ini saya mewawancarai 100 responden termasuk muda-mudi hingga orangtua yang sedang berwisata.

Selain mereka, banyak juga keluarga yang sedang menghabiskan waktunya untuk berlibur bersama-sama dengan aktifitas piknik sambil membawa makanan dan minuman dari rumah yang pastinya dibungkus plastik. He he he….!

apload 1.jpg

Oh ya, Seperti yang mungkin ocean lovers ketahui, pariwisata sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi setiap individu yang hidup di wilayah perkotaan atau biasa disebut dengan urban people.

Aktifitas yang sangat padat ditambah lagi dengan perkembangan budaya, ekonomi dan teknologi informasi yang semakin canggih memaksa mereka untuk semakin sibuk dan membutuhkan waktu luang untuk berwisata.

Sampai dengan bulan September 2017 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke kota Jakarta mencapai angka 24,3 juta, sedangkan jumlah populasi penduduk kota Jakarta sampai dengan 2017 yaitu 10,3 juta.

Bisa dibayangkan bagaimana padatnya kota Jakarta yang dipenuhi oleh wisatawan.

Memang semakin besar jumlah kunjungan wisatawan ke suatu destinasi semakin memberikan keuntungan pada sisi ekonomi terhadap destinasi tersebut.

Namun, keuntungan itu bisa saja menjadi ancaman yang luar biasa bagi keberlanjutan lingkungan, semakin banyak wisatawan yang datang maka akan semakin banyak pula konsumsi wisatawan terhadap penggunaan plastik yang kemudian akan ditimbun menjadi sampah.

Dengan demikian maka dilakukanlah riset untuk dapat mengetahui sejauh mana kesadaran dan tingkat pengetahuan, sikap, perilaku wisatawan dalam mengkonsumsi plastik saat berwisata.

Hasil riset yang sudah saya lakukan menunjukkan bahwa wisatawan yang tinggal di wilayah Jabodetabek dengan mayoritas penduduk Jakarta adalah mereka yang paling banyak melakukan kegiatan wisata di kota Jakarta.

Rata-rata wisatawan yang datang adalah mereka dengan usia 21 – 30 tahun dengan pekerjaan sebagai wiraswasta dan pegawai swasta.

Selain itu, 44 % wisatawan mengaku menghabiskan uang mereka untuk membeli makan dan minum. Padahal, hampir seluruh pedagang makan dan minum yang berjualan di sekitar lokasi wisata menggunakan kemasan plastik sekali pakai.

Jadi bisa dibayangkan, betapa besarnya andil wisatawan dalam menghasilkan sampah plastik di lokasi wisata.

Sebenanya jika dilihat dari tingkat pengetahuan wisatawan terhadap bahaya dampak sampah plastik (85%) dan jenis-jenis plastik yang ekonomis untuk di daur ulang (56%), menunjukkan tingkatan yang cukup baik.

Kemudian sikap setuju yang ditunjukkan oleh wisatawan mengenai penerapan kembali kantong plastik berbayar (73%) dan sikap setuju untuk tidak menggunakan kantong plastik maupun kemasan plastik pada saat berwisata (66%) juga menunjukkan tingkatan yang baik.

Begitu juga dengan sikap peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekitar lokasi wisata yang ditunjukkan dengan 97% wisatawan yang setuju dengan hal tersebut.

Pengetahuan dan sikap yang baik ternyata tidak menjamin wisatawan untuk dapat berperilaku yang baik juga terhadap penggunaan plastik.

Data menunjukkan bahwa masih banyak wisatawan yang membeli makan dan minum dengan kemasan plastik, serta menggunakan kantong plastik untuk membawa kebutuhan wisata mereka.

Sebagian besar dari wisatawan beralasan bahwa mereka tidak bisa menghindari atau sama sekali tidak  menggunakan plastik untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ditambah lagi dengan fasilitas penunjang pariwisata seperti restoran, warung, atau cafe yang menggunakan peralatan makan dan minum dengan plastik.

Lantas, apa sih yang mereka lakukan setelah menggunakan plastik – plastik itu?

Sekitar 62% wisatawan menjawab sampah plastik yang dihasilkan dibuang begitu saja di tempat sampah yang disediakan, dan 35% wisatawan mengaku menyimpan sampah plastik yang masih bisa digunakan kembali walupun pada akhirnya mereka gunakan sebagai kantong sampah.

Begitulah sepenggal informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku wisatawan terhadap sampah plastik. walaupun pengetahuan, sikap dan perilaku wisatawan sudah bisa dikatakan cukup baik,  masih perlu adanya peningkatan kesadaran wisatawan yang lebih baik lagi.

Terutama terhadap perubahan mindset wisatawan untuk lebih bijak dalam menggunakan plastik.

So, selagi masih bisa menggunakan barang yang ramah lingkungan, kenapa tidak? Ya kan! 🙂

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan