Young Explorer 2019 #1 – Menuju ke Ambon

Kamis, 14 Maret 2019

Pagi ini aku terbangun dengan alarm yang berbunyi pukul 3:20 dini hari. Hari ini harus bangun pagi tapi dengan semangat yang berbeda.

Selama 10 hari kedepan, aku akan melakukan perjalan dengan adik-adik dari Sekolah Alam Indonesia ke Ambon dan Banda Neira.

Aku bergegas mandi, siap-siap lalu memasukan barang bawaan ke dalam mobil, lalu berpamitan pergi untuk sementara dengan kedua orangtua-ku.

Sebelum menuju bandara aku bertemu dengan Alfi dibilangan Mampang, salah satu Volunteer Greenpeace Youth yang akan ikut perjalanan ini sebagai team dokumentasi.

Sekitar pukul 6:00 kami tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, masih cukup pagi tapi Bandara sudah sibuk dengan banyak orang lalu lalang mengejar penerbangan.

Kami langsung menuju check-in counter, setelah itu bertemu dengan  adik-adik dari Sekolah Alam di Gate 24. Pesawat kami akan lepas landas tepat pukul 8:15 WIB.

Wajah mereka terlihat sangat ceria, aku menduga mereka sangat bersemangat untuk perjalanan ini. Mereka selalu tertawa ria dan berlari-lari penasaran melihat sekitar bandara.

Buat teman-teman yang belum tau, Young Explorer merupakan program tahunan yang dirancang dan dipersiapkan oleh adik-adik dari Sekolah Alam Indonesia.

Tidak hanya menjelajahi tempat baru, namun adik-adik memiliki misi dalam berkampanye dalam menyuarakan lingkungan dan berfokus pada isu laut.

Perjalanan dari Jakarta ke Ambon menempuh jarak waktu sekitar 3,5 jam dengan perbedaan waktu 2 jam lebih cepat di Ambon. Kami tiba disana pukul 14:30 WIT disambut dengan hujan.

Kator Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Prov. Maluku

Kemudian kami menuju LPMP Provinsi Maluku, tempat kami bermalam selama di kota Ambon. Hari pertama kami belum banyak melakukan kegiatan. Adik-adik Sekolah Alam sibuk mempersiapkan diri untuk menjadi “Public Campaigner” besok.

Mereka akan berbicara face to face kepada warga Ambon di tempat umum untuk berkampanye mengenai bahaya  pencemaran sampah plastik terhadap lautan kita.

Aku diminta untuk memberikan sedikit pembekalan kepada adik-adik. Aku hanya memberikan pesan bahwa jika kita ingin mengajak berbicara dengan orang yang belum dikenal tentunya pertama harus memberikan senyuman, menyapa, lalu memberikan salam dan memperkenalkan diri.

Dibutuhkan kepercayaan diri yang dibangun dengan banyak membaca mengenai materi kampanye, tidak hanya memberikan informasi tapi kita juga harus mampu membuat orang terpengaruh dengan apa yang kita sampaikan.

Kita juga harus memberikan solusi, dari situ kita berharap akan ada niatan individu untuk sadar dan berubah.

Aku yakin adik-adik sekolah alam adalah anak yang pemberani, tidak ragu dan sangat vokal menyuarakan isu lingkungan. Mereka semua sangat cerdas dan beruntung memiliki kesempatan di waktu yang belia untuk menjadi “Young Explorer plus Public Campaigner.

Ikutin terus perjalanan aku ya! Aku akan banyak bercerita mengenai keindahan bentang alam Ambon dan Banda Neira juga misi kampanye laut bersama adik-adik Sekolah Alam Indonesia.

Salam Laut Sehat!

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan